Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas

Tabel 5.2. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier No. Sektor Perekonomian Nilai Durbin-Watson Statistic 1. Sektor Primer 1,54770 2. Sektor Sekunder 1,69680 3. Sektor Tersier 1,65103 Model realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier dikatakan terbebas dari masalah autokorelasi karena nilai Durbin-Watson Statistic mendekati 2.

5.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan meregresikan |ut| dengan seluruh variabel yang terdapat dalam model. Berdasarkan hasil pendugaan variabel dapat diketahui bahwa pendapatan riil tahun sebelumnya PDB t-1 , jumlah tenaga kerja TK, inflasi INF, suku bunga riil Indonesia r, jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya Jmlh. Pnddk t-1 , total jalan yang diaspal di Indonesia Jaspal tidak berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 persen α = 5 persen terhadap |ut|. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing variabel memiliki nilai p-value yang lebih besar dari alpha 5 persen α = 5 persen. Sehingga hasil regresi yang menunjukkan bahwa tidak terjadi pelanggaran asumsi heteroskedastisitas baik dalam model nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier.

5.1.4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar variabel eksogen pada correlations matrix. Pada persamaan model nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer terdapat variabel yang mempunyai nilai lebih besar dari |0,8|, yaitu PDBP t-1 dan jumlah penduduk tahun sebelumnya, PDBP t-1 dan total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah penduduk tahun sebelumnya dan total jalan yang diaspal di Indonesia. Tabel 5.3. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer r INF PDBP t-1 TKP Jmlh. Pddk t-1 Jaspal r 1,000 -0,768 -0,118 -0,374 -0,309 -0,211 INF -0,768 1,000 -0,163 -0,033 -0,128 -0,123 PDBP t-1 -0,118 -0,163 1,000 0,634 0,817 0,944 TKP -0,374 -0,033 0,634 1,000 0,553 0,584 Jmlh.Pddk t-1 -0,309 -0,128 0,817 0,553 1,000 0,860 Jaspal -0,211 -0,123 0,944 0,584 0,860 1,000 Pada persamaan model nilai total realisasi investasi nasional di sektor sekunder terdapat variabel yang mempunyai nilai lebih besar dari |0,8|, yaitu PDBS t-1 dan jumlah penduduk tahun sebelumnya, PDBS t-1 dan total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah penduduk tahun sebelumnya dan total jalan yang diaspal di Indonesia. Tabel 5.4. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder r INF PDBS t-1 TKS Jmlh. Pddk t-1 Jaspal r 1,000 -0,768 -0,047 0,167 -0,309 -0,211 INF -0,768 1,000 -0,246 -0,320 -0,128 -0,123 PDBS t-1 -0,047 -0,246 1,000 0,788 0,826 0,949 TKS 0,167 -0,320 0,788 1,000 0,586 0,684 Jmlh.Pddk t-1 -0,309 -0,128 0,826 0,586 1,000 0,860 Jaspal -0,211 -0,123 0,949 0,684 0,860 1,000 Pada persamaan model nilai total realisasi investasi nasional di sektor tersier terdapat variabel yang mempunyai nilai lebih besar dari |0,8|, yaitu PDBT t-1 dan jumlah tenaga kerja di sektor tersier, PDBT t-1 dan jumlah penduduk tahun sebelumnya, PDBT t-1 dan total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah tenaga kerja di sektor tersier dan total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah penduduk tahun sebelumnya dan total jalan yang diaspal di Indonesia. Tabel 5.5. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Realisasi Investasi