Perkembangan Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

55,54 persen pada tahun 2003 menjadi 29,85 persen pada tahun 2004 hingga mencapai puncaknya pada tahun 2008 yaitu sebesar 59,94 persen. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Inflasi yang tinggi, terhambatnya pembangunan infrastruktur yang dapat dilihat dari rendahnya pembangunan jalan, berfluktuasinya suku bunga riil mengakibatkan menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari penurunan baik nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer maupun tersier. Sektor primer menurun dari 6,18 persen pada tahun 1996 menjadi 5,83 persen pada tahun 1997. Sedangkan sektor tersier menurun dari 27,19 persen pada tahun 1996 menjadi 23,08 persen pada tahun 1997. Akan tetapi, sektor sekunder justru mengalami peningkatan dari 66,63 persen pada tahun 1996 menjadi 71,09 persen pada tahun 1997. Hal ini didukung dengan fakta dimana sektor industri yang pada umunya didukung oleh sektor industri makanan dan industri pengolahan akan lebih tahan terhadap krisis bila dibandingkan sektor perbankan, perdagangan maupun pembangunan real estate.

4.2. Perkembangan Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

terhadap PDB Indonesia Perekonomian suatu negara sangat tergantung dari SDA dan faktor produksi yang dimilikinya. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama satu periode tertentu tidak terlepas dari perkembangan masing-masing sektor atau sub sektor yang ikut membentuk nilai tambah perekonomian suatu negara. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PDB menurut Sektor dalam 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Tahun SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER Kesanggupan mencapai pertumbuhan tersebut juga merupakan refleksi dari kondisi ekonomi pada periode yang bersangkutan. PDB sebagai suatu indikator mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dicapai serta menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Keberhasilan suatu negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat yang secara umum dapat diukur melalui besaran pendapatan nasional. Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu bangsa, namun pendapatan nasional cukup representatif dan lazim digunakan. Rincian pendapatan nasional berdasarkan sektor serta besarnya peranan sektor- sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dalam suatu negara dapat menerangkan struktur perekonomian di negara tersebut. Perbandingan struktur ekonomi tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.2. mengenai sumbangan sektor terhadap PDB menurut harga konstan 2000. Sumber: BPS, 2008, diolah. Gambar 4.2. Kontribusi Sektor terhadap PDB Menurut Harga Konstan Tahun 2000, 1993-2008 Berdasarkan Gambar 4.2. yang menunjukkan bahwa selama tahun 1993- 2008, kontribusi baik dari sektor primer, sekunder maupun tersier terhadap PDB Indonesia relatif berfluktuasi. Kontribusi sektor primer terhadap PDB Indonesia mencapai titik terendah yaitu sebesar 21,93 persen pada tahun 2008 dan nilai tertinggi yaitu sebesar 28,80 persen pada tahun 1993. Sektor sekunder memberikan kontribusi terhadap PDB Indonesia tertinggi, yaitu sebesar 34,84 persen pada tahun 2004 dan kontribusi terendah pada tahun 1993, yaitu sebesar 30,36 persen. Sedangkan sektor tersier memberikan kontribusi yang relatif memiliki trend meningkat, walaupun pada tahun 1998 dan pada tahun 1999 mengalami penurunan. Dimana pada tahun 1999 memberikan kontribusi terendah terhadap PDB Indonesia di sepanjang tahun 1993-2008 yaitu sebesar 38,09 persen dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 38,47 persen. Penurunan kontribusi sektor tersier pada tahun 1998 dan pada tahun 1999 didukung oleh fakta bahwa laju inflasi dan tingkat suku bunga pada tahun tersebut relatif tidak terkendali. Hal ini lah yang menjadi dasar terhambatnya kinerja perbankan, pembangunan serta kegiatan perdagangan, sehingga mendorong terjadinya penurunan kontribusi sektor tersier secara keseluruhan terhadap PDB Indonesia. Kontribusi sektor tersier terhadap PDB Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2008 yaitu sebesar 44,28 persen. Pada akhir tahun penelitian, kontribusi sektor primer dan juga sektor sekunder terhadap PDB Indonesia mengalami penurunan di bandingkan tahun sebelumnya. Sektor primer menurun dari 22,56 persen pada tahun 2007 menjadi 21,93 persen pada tahun 2008. Sedangkan sektor sekunder menurun dari 34,31 persen pada tahun 2007 menjadi 33,79 persen pada tahun 2008. Akan tetapi, kontribusi sektor tersier terhadap PDB Indonesia justru mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 43,13 persen pada tahun 2007 menjadi 44,28 persen pada tahun 2008. Apabila melihat nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier, dimana pada akhir tahun juga penelitian menunjukkan trend yang sama dengan kontribusi persektor perekonomian terhadap PDB Indonesia. Sektor primer mengalami penurunan realisasi investasi sebesar 4,50 persen dan sektor sekunder mengalami penurunan realisasi investasi sebesar 16,64 persen. Sedangkan sektor tersier justru mengalami peningkatan realisasi investasi sebesar 21,14 persen. Fakta ini sesuai dengan argumen yang berkembang selama ini bahwa penurunan kontribusi sebuah sektor perekonomian terhadap PDB di suatu negara akan diikuti oleh penurunan realisasi investasi di sektor tersebut.

4.3. Perkembangan Infrastruktur di Indonesia