IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Perkembangan Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer,
Sekunder dan Tersier
Investasi merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil. Sumber daya alam yang ada di masing-
masing negara diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara adil dan merata. Namun, dalam memanfaatkan sumberdaya alam
perlu memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup. Peranan investasi di Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan banyaknya dana yang
di butuhkan untuk melanjutkan pembangunan nasional. Oleh karena itu, investasi dapat dikatakan sebagai suatu faktor yang krusial bagi kelangsungan proses
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Akan tetapi, yang terpenting dari kegiatan investasi yaitu bukan besarnya investasi dalam nilai uang
atau jumlah proyek, melainkan bagaimana efisiensi atau produktivitas dari investasi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia, serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.
Secara umum, bila melihat perkembangan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier dari tahun 1993 hingga tahun 2008
menunjukkan bahwa para investor cenderung lebih tertarik pada investasi pada kelompok sekunder maupun tersier, dibandingkan berinvestasi pada kelompok
primer.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Realis as i Inves tas i dalam
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007 Tahun
SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER
SEKTOR TERSIER
Sumber: BKPM, 2008 diolah.
Gambar 4.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional
di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, 1993-2008
Berdasarkan Gambar 4.1. yang menunjukkan bahwa selama tahun 1993- 2008, kondisi perkembangan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor
primer, sekunder maupun tersier relatif berfluktuasi. Nilai total realisasi investasi di sektor primer terendah yaitu sebesar 0,67 persen pada tahun 1993 dan nilai
tertinggi yaitu sebesar 11,26 persen pada tahun 2006. Sektor sekunder memiliki nilai total realisasi investasi tertinggi, yaitu sebesar 95,60 persen pada tahun 1993
dan nilai total realisasi investasi terendah pada tahun 2003, yaitu sebesar 36,97 persen. Sedangkan sektor tersier memiliki nilai total realisasi investasi yang relatif
lebih berfluktuasi. Dimana pada tahun 1993 memiliki nilai total realisasi investasi terendah di sepanjang tahun 1993-2008 yaitu sebesar 3,73 persen dan meningkat
pada tahun 1994 menjadi 20,24 persen. Walaupun, pada tahun 1995 dan tahun 1997 mengalami penurunan, akan tetapi nilai total realisasi investasi di sektor
tersier cenderung mengalami peningkatan. Namun, tahun 2004 nilai total realisasi investasi di sektor tersier mengalami penurunan yang relatif signifikan yaitu dari
55,54 persen pada tahun 2003 menjadi 29,85 persen pada tahun 2004 hingga mencapai puncaknya pada tahun 2008 yaitu sebesar 59,94 persen.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara
umum tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Inflasi yang tinggi, terhambatnya pembangunan infrastruktur yang dapat dilihat dari rendahnya
pembangunan jalan, berfluktuasinya suku bunga riil mengakibatkan menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
penurunan baik nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer maupun tersier. Sektor primer menurun dari 6,18 persen pada tahun 1996 menjadi 5,83
persen pada tahun 1997. Sedangkan sektor tersier menurun dari 27,19 persen pada tahun 1996 menjadi 23,08 persen pada tahun 1997. Akan tetapi, sektor sekunder
justru mengalami peningkatan dari 66,63 persen pada tahun 1996 menjadi 71,09 persen pada tahun 1997. Hal ini didukung dengan fakta dimana sektor industri
yang pada umunya didukung oleh sektor industri makanan dan industri pengolahan akan lebih tahan terhadap krisis bila dibandingkan sektor perbankan,
perdagangan maupun pembangunan real estate.
4.2. Perkembangan Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier