32 Hauptmanová dan Polak 2011. Eliminasi virus juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kombinasi metode yang dilaksanakan dalam dua tahapan seperti yang dilaporkan Budiarto et al. 2011. Tahapan pertama berupa perlakuan
kemoterapi pada eksplan dan tahapan ke dua dilanjutkan dengan isolasi bagian meristem.
Ukuran eksplan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi efektivitas eliminasi virus. Oana et al. 2009 melaporkan bahwa persentase
eliminasi virus mengalami peningkatan dengan mengulturkan eksplan meristem apikal maupun meristem yang disertai satu primordia daun, Ashnayi et al. 2012
juga menyatakan bahwa pada umumnya eksplan yang berukuran besar telah terinfeksi virus.
RT-PCR merupakan metode yang umum digunakan untuk pendeteksian virus karena hasil yang diperoleh lebih akurat. Penelitian ini menggunakan sampel
daun yang dikompositkan dari beberapa tanaman, sehingga dikhawatirkan hasil deteksi menjadi kurang akurat apabila diantara tanaman yang dikompositkan bebas
dari infeksi virus. Oleh karena itu, pendeteksian virus sebaiknya menggunakan sampel daun yang dikoleksi dari masing-masing individu tanaman.
4.4 Kesimpulan
Peningkatan konsentrasi ribavirin secara nyata menghambat pemanjangan tunas cv. Bima Brebes, munculnya daun, pemanjangan tunas, dan jumlah daun cv.
Tiron. Ukuran shoot tip yang lebih besar 2.1 - 3.0 mm meningkatkan persentase eksplan tumbuh dan mempercepat waktu muncul daun cv. Bima Brebes dan Tiron.
Konsentrasi ribavirin yang diaplikasikan pada percobaan ini belum dapat mengeliminasi virus OYDV pada dua ukuran shoot tip kedua kultivar.
33
5 PERTUMBUHAN TANAMAN BAWANG MERAH ASAL
IN VITRO, UMBI, DAN BIJI
Abstract
The aims of this experiment were to evaluate the shallot growth originating from 3 different propagules meristem tip culture, bulb, and seed and to determine
the percentage of OYDV infection in different propagules. This experiment was arranged in completely rendomized block design with 3 kind of different shallot
propagules plant originated from meristem tip culture, bulb, and seed and 3 replications. The result showed that plant originated from meristem tip culture,
bulb, and seed, exhibited less growth and development. During the observation, it was found that the shallot showed symptoms like wrinkle leaves and yellow spot.
The percentage of wrinkle leaf symptom was found in plant planted from meristem tip culture, bulb, and seed, respectively 6.7, 60, and 40 . The percentage of
plant from seed infected by OYDV detected by DIBA was 80, whereas those from meristem tip and bulb were 100.
Keywords: disease symptoms, DIBA, OYDV, virus detection
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan tanaman bawang merah asal kultur meristem tip dan tanaman yang berasal dari umbi serta biji dan
mengetahui tingkat infeksi OYDV pada tanaman yang berasal dari bahan tanam yang berbeda. Penelitian ini menggunakan RKLT dengan 3 jenis bahan tanam
tanaman yang berasal dari kultur meristem tip, umbi, dan biji dan 3 ulangan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tanaman yang berasal dari kultur meristem tip,
umbi, dan biji memperlihatkan pertumbuhan yang kurang maksimal. Selama pengamatan ditemukan bahwa tanaman bawang merah memperlihatkan gejala daun
berkerut dan bercak kuning. Persentase tanaman dengan gejala daun berkerut ditemukan pada tanaman kultur meristem tip, umbi, dan biji, masing-masing 6.7,
60, dan 40. Tanaman yang berasal dari bahan tanam biji yang terinfeksi OYDV berdasarkan hasil deteksi DIBA sebesar 80, sedangkan tanaman yang berasal dari
kultur meristem tip dan umbi 100.
Kata kunci: deteksi virus, DIBA, gejala penyakit, OYDV.
34
5.1 Pendahuluan
Bawang merah merupakan tanaman sayuran yang bagi masyarakat Indonesia dianggap penting. Tanaman hortikultura ini sangat diminati petani karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga budidaya bawang merah dilakukan secara intensif Sumarni dan Hidayat 2005 hampir di seluruh provinsi di Indonesia
BPS 2016. Pada umumnya, sistem budidaya bawang merah yang diterapkan oleh petani dan penangkar menggunakan umbi bibit, karena dianggap lebih efisien.
Namun, hal ini berdampak terhadap menurunnya kualitas umbi yang disebabkan akumulasi virus di dalam umbi bibit dan selanjutnya menjadi inokulum bagi
tanaman sehat lainnya Gunaeni et al. 2011.
Onion yellow dwarf virus OYDV merupakan salah satu virus yang dilaporkan menginfeksi bawang merah di Indonesia Gunaeni et al. 2011;
Wulandari 2016. OYDV ditemukan menginfeksi berbagai kultivar bawang merah di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa daun mosaik
bergaris vertikal kuning, bergaris vertikal hijau, klorosis, daun kerdil, melintir, dan terdapat spot-spot hijau Gunaeni et al. 2011. Selain itu, infeksi campuran dari
beberapa virus sering ditemukan di dalam satu umbi, sehingga dapat menimbulkan gejala. Pada tanaman bawang putih di Perancis, virus ini dapat menurunkan rerata
bobot umbi 39 dan hasil panen menurun sebesar 60, persentase tersebut meningkat apabila terjadi infeksi campuran dengan Leek yellow stripe virus Lot et
al. 1998. Virus ini juga ditemukan menginfeksi bawang putih di wilayah Mesir dan menyebabkan bobot siung, jumlah siung per umbi, dan bobot umbi menurun, akan
tetapi besarnya tingkat kehilangan hasil panen dipengaruhi oleh kultivar Elnagar et al. 2009.
Pengembangan terhadap tanaman bawang bebas virus memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena mampu meningkatkan hasil panen Brewster
2008. Evaluasi yang dilakukan pada tanaman bawang putih bebas virus di Argentina menunjukkan bahwa tanaman bebas virus yang ditanam di lapang selama
5 tahun memiliki hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang telah terinfeksi virus kronis Conci et al. 2003. Namun, sejauh ini penelitian yang
mengkaji tingkat infeksi virus pada bawang merah masih terbatas, terutama sekali penelitian yang terkait dengan pengaruh infeksi virus terhadap hasil panen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan tanaman bawang merah asal kultur meristem tip dan tanaman yang berasal dari umbi serta biji dan untuk
mengetahui tingkat infeksi OYDV pada tanaman yang berasal dari bahan tanam yang berbeda.
5.2 Bahan dan Metode 5.2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Screenhouse Kebun Percobaan Leuwikopo IPB 250 m di atas permukaan laut dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen
Proteksi Tanaman, pada bulan Januari hingga Juni 2016.