6
2.2 Media Kultur dan Zat Pengatur Tumbuh
Media dasar yang umum digunakan untuk kultur meristem tip adalah media Murashige and Skoog MS. Media juga memerlukan penambahan zat pengatur
tumbuh ZPT yang berguna untuk mendukung perkembangan meristem tip yang optimal Bhojwani dan Dantu 2013. Pemilihan ZPT dan konsentrasi yang
digunakan akan bergantung pada jenis tanaman dan ukuran eksplan meristem yang digunakan Wang dan Hu 1980.
Sitokinin merupakan jenis ZPT yang dapat menstimulasi pembelahan sel dan pembentukan tunas meristem apikal Gaba 2005. Sidaros et al. 2005
melaporkan bahwa media MS + 0.5 mg L
-1
BA dapat meningkatkan persentase eksplan hidup dibandingkan dengan MS + 0.1 mg L
-1
NAA pada tiga kultivar bawang putih. Pada bawang merah cv. Sumenep yang dikulturkan oleh Karjadi dan
Buchory 2008, penambahan BAP pada konsentrasi 1 mg L
-1
dan 2 mg L
-1
dapat meningkatkan jumlah daun, akan tetapi pertumbuhan akar terlihat lebih baik
dikulturkan pada media MS tanpa ZPT atau dengan penambahan pada konsentrasi yang sangat rendah. Hal ini juga didukung Gaba 2005 yang menyatakan bahwa
sitokinin pada konsentrasi yang tinggi dapat menghambat perkembangan akar. Umumnya aplikasi sitokinin 2ip, BA, BAP dan kinetin pada kultur meristem tip
dengan konsentrai tinggi 0.5 - 2.0 mg L
-1
dilaporkan dapat menginduksi multiplikasi tunas pada bawang putih, yang dapat diberikan dalam bentuk
kombinasi auksin-sitokinin maupun sitokinin tunggal Roksana et al. 2002; Taşkin
et al. 2013. Auksin merupakan ZPT yang dapat merangsang pemanjangan sel dan
bersama dengan sitokinin dapat menstimulasi diferensiasi dari xilem dan floem. Kombinasi auksin-sitokinin dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada
pertumbuhan eksplan, bergantung pada konsentrasi ZPT yang digunakan Gaba 2005. Ma et al. 1994 menyatakan bahwa konsentrasi NAA yang tinggi dapat
menghambat pertumbuhan tunas dan menyebabkan primordia daun memanjang dan mengeriting. Sementara itu, aplikasi auksin dengan konsentrasi yang rendah
dikombinasikan dengan sitokinin yang tinggi 1:10 akan mengarah pada proliferasi dan pertumbuhan tunas. Tunas yang dihasilkan tebal dan pendek, serta menurunkan
tingkat multiplikasi tunas.
GA
3
merupakan ZPT yang penggunaannya dalam kultur biasanya ditujukan
untuk menstimulasi pemanjangan tunas ataupun merangsang pembentukan tunas. Ma et al. 1994 mengulturkan eksplan bawang putih pada media MS yang
mengkombinasikan giberelin dan auksin 0.3 mg L
-1
NAA + 0.3 mg L
-1
GA
3
. Kombinasi ZPT tersebut menyebabkan pemanjangan primordia daun dan
membentuk tunas. Ashnayi et al. 2012 juga menambahkan bahwa pertumbuhan tunas yang dikulturkan pada media dengan kandungan GA
3
terlihat normal dan persentase planlet yang mengalami vitrifikasi rendah.
2.3 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan aplikasi penggunaan senyawa kimia yang bertujuan untuk menghentikan infeksi pada tanaman yang telah terinfeksi virus. Senyawa
kimia antiviral harus memiliki kemampuan untuk menghambat proses perbanyakan,
7 penyebaran atau gejala yang ditimbulkan dari serangan virus, memiliki aktivitas
spektrum yang luas dalam mengeliminasi sejumlah virus penyebab penyakit. Sejumlah senyawa telah teridentifikasi memiliki kemampuan dalam mengeliminasi
virus Sastry dan Zitter 2014.
Ribavirin 1- β-D-ribofuranosil-1,2,4-trizole-3-carboxamide merupakan
senyawa yang memiliki kemampuan aktifitas antiviral, yang dapat menghambat proses sintesis RNA dan DNA virus Streeter et al. 1973. Hal ini dikarenakan
senyawa ini mampu menyerupai bentuk purin nukleotida, baik guanosin maupun adenosin dengan cara memutar rantai C3 - C6 180
o
Gambar 3. Kemampuan ribavirin memutar rantai C memungkinkannya untuk menargetkan virus dan enzim
inang yang berikatan dengan ribonukleotida ataupun nukleotida purin, yang meyebabkan ribavirin memiliki kemampuan sebagai antiviral spektrum luas.
Ribavirin atau disebut juga dengan virazole mulai ditemukan pada tahun 1969, yang disintesis dari nukleotida showdomycin dan pyrazomycin. Kedua nukleotida
tersebut diisolasi dari kultur bakteri, dan memperlihatkan aktivitas antiviral pada sejumlah virus Wu et al. 2003. Penggunaan senyawa kimia antiviral secara in vitro
dapat memberikan efek fitotoksik pada eksplan yang diberi perlakuan. Oleh karena itu, hal ini menjadi penting untuk mempertimbangkan pemilihan konsentrasi yang
efektif dalam mengeliminasi virus dan persentase tanaman yang mampu beregenerasi Verma et al. 2005.
Penggunaan senyawa ribavirin sebagai kemoterapi yang dikombinasikan dengan teknik kultur meristem dalam mengeliminasi virus secara in vitro sudah
banyak dilakukan pada berbagai tanaman dan telah berhasil mendapatkan tanaman bebas virus. Kombinasi dari kedua teknik ini juga dapat meningkatkan persentase
bebas virus pada tanaman tebu Neelamathi et al. 2014.
Lassois et al. 2013 menyatakan bahwa ketersediaan tanaman bebas virus sangatlah bergantung pada teknik yang dikembangkan dalam mengeliminasi virus,
dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teknik eliminasi adalah karakteristik virus, tipe jaringan yang diberikan perlakuan, dan jenis tanaman yang
digunakan. Dewi dan Slack 1994 menambahkan bahwa efisiensi protokol yang digunakan untuk mengeliminasi virus akan menurun jika eksplan yang digunakan
Gambar 3 Ribavirin beranalog dengan ribonukleotida adenosin dan guanosin dengan memutar rantai C3 - C6.