merupakan media yang efektif untuk mengkampanyekan program-program konservasi baik kepada pengunjung maupun masyarakat lokal.
2.5. Kesesuaian Kawasan dan Daya Dukung Kawasan untuk Ekowisata Bahari.
Kesesuaian ekologi untuk ekowisata bahari adalah suatu kriteria penilaian untuk sumberdaya dan lingkungan yang disyaratkan atau dibutuhkan bagi
pengembangan ekowisata bahari. Pengembangan ekowisata yang berbasis pada ketersedian potensi sumberdaya hayati suatu kawasan sangat ditentukan oleh
kesuaian secara ekologis. Wisata bahari seperti diving dan snorkeling sangat didukung oleh kesesuaian ekosistem terumbu karang yang sehat dan berada
dalam kondisi yang bagus, yang akan menjadi objek dan daya tarik yang diincar oleh wisatawan Salm 1986.
Daya dukung didefinisikan oleh Bengen dan Retraubun 2006 sebagai
tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya atau kondisi
maksimum suatu ekosistem untuk menampung komponen biotik makhluk hidup yang terkandung didalamnya dan memperhitungkan faktor lingkungan serta faktor
lainnya yang berperan di alam. Sedangkan daya dukung wisata merupakan tingkat pengunjung yang memanfaatkan suatu kawasan wisata dengan perolehan tingkat
kepuasan yang optimal dengan dampak yang minimal terhadap sumberdaya. Konsep ini memiliki dua konsep utama yang membatasi perilaku pengunjung
yang berkaitan dengan daya dukung, yaitu 1 kondisi lingkungan dan 2 kondisi sosial budaya masyarakat Mc Neely 1994.
Mc Neely 1994 menambahkan juga bahwa daya dukung ekowisata tergolong spesifik dan lebih berhubungan dengan daya dukung lingkungan
biofisik dan sosial terhadap kegiatan pariwisata dan pengembangannya. Daya dukung ekowisata juga diartikan sebagai tingkat atau jumlah maksimum
pengunjung yang dapat ditampung oleh sarana prasarana objek wisata alam. Jika daya tampung sarana dan prasarana tersebut dilampaui, maka akan terjadi
degradasi sumberdaya, kepuasan pengunjung tidak terpenuhi dan akan memberikan dampak merugikan terhadap masyarakat, ekonomi dan budaya
Ceballos - Lascurain 1991; Simon et al. 2004.
Ekosistem terumbu karang sebagai media wisata mempunyai kapasitas tertentu dalam melangsungkan fungsinya secara berkelanjutan. Berkait
a n den
g an
pem a
nfa a
t a
n non-eks t
r a
kti f,
dalam hal ini pari w
isata ,
maka upaya p e
l esta
r ia
n al
a m p
a d
a eko sistem t
e rumbu
k arang yan
g ada
h any
a a kan menamp
akka n
has i
l yang d
ih ara
p kan
b ila
pengembangan p a
r iw
isata yang dil a
ku ka
n te
rk o
ntrol dengan
b ai
k ,
sem e
nt a
r a
perencanaan penggunaan kawasan ter f
ormul as
ikan deng a
n b aik
dan b e
n a
r ,
se rt
a upaya pemantauan dan pengendalian atas k
e mun
g kinan d
a m
pa k
negatif y a
ng timbu l
dengan sela l
u melakukan upaya pen eg
akan hukum sec a
ra t
erarah dan konsiste n Wiharyanto 2007.
Ada enam faktor yang menentukan kapasitas daya dukung terumbu karang, yaitu: 1 Ukuran dan Bentuk Karang 2
Komposisi dan komunitas karang, Kedalaman, Arus dan Kecerahan perairan 4 Tingkat pengalaman snorkeler dan diver 5 Aksesbilitas dan 6 Atraksi Lim
1998. Konsep daya dukung digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menentukan kapasitas ekosistem terumbu karang sehingga dapat meminimalisasi bahkan mengurangi kerusakan akibat aktifitas kegiatan pariwisata Salm 1986
yang ditandai dengan penurunan persentase life hard coral cover atau meningkatnya kerusakan karang akibat kegiatan penyelaman Schleyer dan
Tomalin 2000. Kerusakan terumbu karang akan menjadi minimal jika pengelolaan kawasan sesuai pemanfaatannya berada di bawah konsep daya
dukung, sebaliknya apabila pemanfaatannya diatas daya dukung maka akan sangat meningkatkan kerusakan terumbu karang Hawkins dan Roberts 1997.
Beberapa penelitian tentang d aya
dukung pengunjung dan damp a
k penyelam
t erhadap terumbu karang yang f
o ku
s pada SCUBA di
ve r
s di Laut
Mer a
h Mesir
, La ut Karibia dan Gr
e a
t Barri
e r R
eef A
u s
t ra
lia Da v
is dan Ti
s dell 1995
; Ha wk
i n
s dan Robert 19
9 7
; J
a m
eso n
e t aI
. 1999.
Dari ha si
penel i
tian ini didapatk an
bahwa daya dukun g
carr y
i n
g cap a
city untuk
w i
s ata
bah a
ri d
i kawas an
t erumbu karang tergantun
g tid
a k h
a n
ya p
a d
a jumlah
pe n
y elam
, t
e t
ap i juga tip
e p enyelaman
, latihan, p
en d
i d
i k
a n me
rek a
, tipe d
a r
i bentuk pertumbuh
a n karang
dan stru ktur komunitas k
a r
a n
g. Has i
l pene l
i t
ian i
n i
m e
n y
impu l
kan b a
h wa
karang dapa
t dirusak o
l e
h ker
u s
a kan lingk
u ngan
akibat dari aktivitas p
enyela m
a m
ati r
, d
a n pada berber
apa ka sus
p emb
a n
g u
nan
infrastr u
ktu r yang
berasos i
asi d
e n
ga n
wis ata b
a h
a ri dapat men
ye babk
a n
kerus a
kan pa
d a lokasi penye
l aman i
tu se n
dir i.
Pengemban ga
n wisata bahari dan pener a
p a
n batas pelestarian mela
l ui
kapasi t
as daya dukung atau toleransi batas perubahan s a
ngat tergantung pada situas
i kondisi lin
gk ungan perairan. Damp
a k yang berp
e ngaruh pada
kual i
tas lingkungan laut j
uga akan berdampak pada w i
sata b a
har i baik yang
berdiri se ndir
i, maupun yang tid
a k berhubung
an l
a ngsun
g d
eng an p
a r
iw isata,
tapi m
em ili
k i
efek yang men gga
n gg
u D
avis d
a n Tisd
e ll
19 96
. Selanjutn y
a d
i ta
m b
a hkan oleh de Vantier d
a n
T ur
a k
2 004
b a
h w
a d ar
i pe rs
p e
ktif e
stetis sosial ken
ya manan mengendalikan jum
la h penyelam dilakukan
dengan mengatur jumlah r
a ta-rat
a pen
y e
la m sehingga penyelam memp
e r
o l
e h
keny a
m a
nan ketika menyel
am. Berbagai ak
t i
f itas wisata bahari seperti diving dan snorkeling yang tidak
terkontrol, dapat menimbulkan kerusakan terhadap karang baik dari peralatan seperti tabung diving
, fin
dan kamera underwater .
Aktifitas gerakan penyelam seperti kayuhan fin dapat menyebabkan pengadukan sedimen didekat k
a rang
Zakai dan
Chadwick 2002. Begitu juga beberapa in t
eraksi dan kontak y a
ng kompleks d
a ri kegiat
a n penyelam terhadap terumbu
k arang seperti tipe
pen y
elam a
n ,
kondisi al a
m lok a
si h
a mp
a r
a n karang
, arus, tipe komunitas karang
dan kharakteristik lainnya yang beragam antara lokasi, pengalaman tingkah
l a
ku peny e
lam ,
tingkat kerusakan karang, konsentras i
penumpukan penyelam, pemisahan
a ktifitas selam, akses ke lokasi selam
, berjalan di karang pada
snork e
ling ,
tambatan atau j
angkar kapal dan ukuran dari lokasi selam ,
yan g
kesemuan y
a dapat mempengaruhi da y
a dukung, dan sangat pen ti
ng diperhatikan dalam men
e ta
p kan jumlah penyelam per lokasi Barker dan Roberts 2003.
Beberapa penelitian tentang daya dukung carryng capacity terumbu karang dan dampak yang diakibatkan oleh penyelam terhadap terumbu karang
telah dilakukan di Laut Merah Mesir, Laut Karibia dan di Great Barrier Reef Australia Davis dan Tisdell 1995;
Ha wk
i n
s dan Robert 19
9 7;
dan Jameson et al. 1999. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa daya dukung untuk wisata bahari,
tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah penyelam, tapi tergantung juga pada tipe penyelam, latihan dan pendidikan mereka, tipe pertumbuhan karang, dan struktur