Analisis Persepsi Stakeholder. A nalisi

2006, mencatat bahwa suhu permukaan di perairan Raja Ampat berkisar antara 28.5ºC – 31.8ºC dengan rata-rata 29.8ºC. Pada perairan tertutup Teluk Mayalibit suhu permukaan mencapai 31.8ºC. Tingginya suhu permukaan di Teluk Mayalibit diperkirakan karena pergantian massa air sangat lamban Pemda Kab. Raja Ampat 2006. S alinitas di lapisan permukaan perairan Raja Ampat berkisar antara 30‰ - 35‰, pada kedalaman 10 meter berkisar antara 32‰ - 35‰ dan di perairan tertutup Teluk Mayalibit berkisar antara 27.5‰ - 33.8‰. Rendahnya kadar salinitas di Teluk Mayalibit ini disebabkan oleh pengaruh massa air tawar dari darat yang mengalir melalui beberapa sungai yang masih aktif di teluk tersebut. Kecerahan di perairan Raja Ampat berkisar antara 4 - 23 m dengan rata-ata kecerahan 12.91 m. Kecerahan minimum berada di Teluk Mayalibit yang hanya mencapai 4 - 5 m karena memiliki kekeruhan yang cukup tinggi akibat banyaknya bahan tersuspensi. Sedangkan untuk kegiatan pengamatan kecerahan air laut baik dilakukan pada pagi dan siang hari kecuali mendung karena intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi hasil pengukuran kecerahan air dan akan memberikan hasil yang berbeda Alaerts dan Santika 1984 in Pemda kab. Raja Ampat 2006. Apabila mengacu pada baku mutu air laut menurut KEPMEN KLH. No. 021988, secara umum kecerahan Perairan Raja Ampat rata-rata 12.91 meter dan masih tergolong baik. Baik untuk taman lautkonservasi maupun untuk biota lautbudidaya. Menurut KEPMEN tersebut kecerahan air laut yang diperbolehkan untuk taman lautkonservasi ≤ 10 meter dan yang diinginkan ≤ 30 meter, sedangkan untuk biota lautbudidaya kecerahan air laut yang diperbolehkan ≥3 meter dan yang diinginkan 5 meter Wibisono 2005 Pola arus yang terbentuk di Raja Ampat lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari Samudera Pasifik Barat Western Pacific Ocean yang bergerak dari arah timur menuju barat laut North West dan sejajar dengan daratan Papua bagian utara. Ketika arus ini tiba di Laut Halmahera atau bagian utara Kepulauan Raja Ampat arus tersebut sebagian bergerak ke selatan dan sebagian berbalik menuju Samudera Pasifik. Diduga sebagian arus ini memasuki perairan Kepulauan Raja Ampat Anonim 2005. Untuk wilayah teluk dan pulau-pulau kecil yang berdekatan pola arus lebih dipengaruhi oleh pasang surut. Kecepatan rata-rata arus di perairan Raja Ampat adalah 0.11 mdet pada saat air laut duduk surut atau duduk pasang, sedangkan arus diperkirakan kencang pada saat duduk tengah pasang atau duduk tengah surut. Daerah-daerah yang diperkirakan mempunyai arus pasang surut yang deras antara lain Selat Mansuar, Selat Kabui, dan Selat Sagawin Pemda Kab. Raja Ampat 2006.

4.1.3. Potensi Karang Kepulauan Raja Ampat.

Hamparan karang Raja Ampat Provinsi Papua Barat, Indonesia dikenal menyokong beberapa fauna karang terkaya di dunia McKenna et al. 2002; Erdman dan Pet 2002. Berdasarkan hasil penelitian Marine RAP dan REA yang dilakukan CI, TNC dan WWF tahun 2001 dan 2002, tercatat sebanyak 537 species karang batu, mewakili 76 genus dan 19 famili. Dari jumlah spesies ini terdapat 295 species yang tergolong dalam 67 genus dan 15 famili, merupakan karang keras scleractinia. Bahkan Kondisi keanekaragaman ini diinventarisasi sampai pada kedalaman 34 meter di lebih dari 100 lokasi survei. Turak dan Souhoka in Pemda Kab. Raja Ampat et al. 2005 mencatat bahwa keanekaragaman hayati terumbu karang Raja Ampat tinggi jika dibandingkan dengan beberapa daerah lain di kawasan tersebut dan Lautan India bagian barat. Tercatat total 488 spesies karang scleractinian berhasil diidentifikasi di Raja Ampat dan merupakan skor tertinggi jika dibandingkan dengan Sulawesi Utara yaitu 445, Teluk PNG yaitu 393 dan Nort GBR Australia yaitu 318 Turak 2000, Kep. Banda yaitu 301 Turak et al. 2002, Teluk Kimbe Timur, PNG yaitu 351 Turak dan Aitsi dalam persiapan dan Barat Laut Madagaskar yaitu 318 Turak 2001. Veron 2002 juga mencatat bahwa sebanyak 565 spesies karang scleractinian yang mungkin ada di Raja Ampat. Kondisi ini akan membuat Kepulauan Raja Ampat sebagai salah satu dari daerah-daerah terkaya untuk spesies karang di dunia untuk daerah-daerah dengan ukuran yang sama. Fenner 2002 mencatat sebanyak 294 spesies karang scleractinia di 45 lokasi, dengan sepuluh lokasi memiliki hampir 100 spesies atau lebih per lokasi. Angka-angka per lokasi ini bahkan telah menempatkan Raja