Analisis Daya Dukung Kawasan untuk Wisata Bahari Kategori Selam.

2. Indentifikasi stakeholder menggunakan pendekatan partisipatif dengan teknik snow ball dimana setiap stakeholder mengindentifikasi stakeholder lainnya. Berdiskusi dengan stakeholder yang teridentifikasi pertama kali dapat mengungkapkan pandangan mereka tentang stakeholder penting lainnya yang berkaitan dengannya. Metode ini dapat membantu pengertian yang lebih mendalam terhadap kepentingan dan keterkaitan stakeholder sebagai stakeholder penentu pengambil kebijakan dan lembaga legislatif, stakeholder penunjang LSM, Perguruan Tinggi, Pengusaha dan Lembaga donor swasta, stakeholder kunci nelayan, dan lainnya dimana sumber ekonominya sangat tergantung pada terumbu karang. Berdasarkan indentifikasi stakeholder tersebut dilakukan analisis pengaruh influence dan kepentingan importance masing-masing stakeholder dalam kaitan dengan kebijaksanaan pengelolaan terumbu karang. Pengaruh merujuk pada kekuatan yang dimiliki stakeholder sedangkan kepentingan merujuk pada peran stakeholder didalam pencapaian output dan tujuan serta menjadi fokus pertimbangan terhadap keputusan yang akan dibuat. Untuk menganalisis keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang ditiap stasiun maka responden yang dipilih adalah 55 orang, yang terdiri dari masyarakat lokal pengelola kampung wisata 20 orang 36.4 persen, tokoh masyarakat 5 orang 9.1 persen, Dinas Kelautan dan Perikanan DKP 5 orang 9.1 persen, Pemerintah Desa 5 orang 9.1 persen, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinkebudpar 5 orang 9.1 persen, COREMAP II, 5 orang 9.1 persen, LPSTK 5 orang 9.1 persen, dan PT. Papua Diving 5 orang 9.1 persen. Responden terdiri dari 10 orang 18.2 persen perempuan dan 45 orang 81.8 persen laki-laki yang berusia antara 30 - 45 tahun. Sedangkan untuk mengetahui pemahaman dan keterlibatan dari masing- masing stakeholder terhadap pengelolaan terumbu karang, digunakan tiga variabel yaitu: Pengetahuan tentang manfaat dan fungsi terumbu karang, peraturan yang mengatur pengelolaan terumbu karang dan partisipasi stakeholder dalam pengelolaan kawasan terumbu karang. Daftar kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.4.5. Analisis Persepsi Stakeholder.

Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan proses integral dalam diri individu. Persepsi mencakup penafsiran objek, tanda, dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan terhadap stimulus yang diterima yang akhirnya mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap setiap individukomunitas atau masyarakat. Walgito 2003 in Yuditrinurcahyo 2005. Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi adalah faktor internal: perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, motivasi dan kerangka acuan sedangkan faktor eksternal adalah: stimulus itu sendiri dan keadaan lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi. Bila stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi persepsi. Sebagai proses kognitif, proses persepsi dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam Gambar 4. Gambar 4. Proses penentuan persepsi. Perilaku responden tentang ekosistem terumbu karang dan pengelolaannya Proses pemaknaan fenomena kelompok bidang kajian Hasil analisis persepsi responden tentang PT. Papua Diving Hasil analisis persepsi responden tentang terumbu karang Kesimpulan dan rekomendasi 4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Raja Ampat. Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang masih relatif baru yang dibentuk berdasarkan UU No. 26 tahun 2002. Kabupaten Raja Ampat secara resmi berdiri pada tanggal 12 April 2003 dan secara otonom terpisah dari Kabupaten Sorong. Ibukota Kabupaten Raja Ampat terletak dikota Waisai yang berjarak 36 mil laut 67 km dari Sorong dan untuk mencapainya hanya dengan menggunakan transportasi laut. Sebagai gambaran, dalam kondisi cuaca bagus dengan menggunakan speedboat berkecapatan 30 knot maka rata - rata jarak sejauh ini dapat dicapai dalam tempo 1.5 jam. Raja Ampat dikenal juga sebagai kabupaten bahari karena ± 80 persen dari luas wilayahnya yaitu 8 034 440 km 2 , didominasi oleh laut BPS Kab. Raja Ampat 2009. Kabupaten Raja Ampat terletak pada posisi 2 o 25´LU - 4 o 25´LS 130 o - 132 o 55´BT dan secara administratif memiliki batas wilayah BAPPEDA 2010, sebagai berikut : • Sebelah Utara : dibatasi oleh Republik Federal Palau, Samudera Pasifik • Sebelah Selatan : dibatasi oleh Laut Seram • Sebelah Barat : dibatasi oleh Laut Seram, Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara • Sebelah Timur : dibatasi oleh Kota Sorong, Kabupaten Sorong dan Laut Seram. Pada awal perkembangan, Kabupaten Raja Ampat memiliki 7 distrik UU RI No. 26 Tahun 2002. Sejalan dengan perkembangan kabupaten ini, maka hingga tahun 2010 telah terjadi beberapa kali pemekaran distrik dan kampung, sehingga sampai saat ini Kabupaten Raja Ampat memiliki 24 distrik seperti tertera pada Tabel 7. Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 adalah 42 471 jiwa, terdiri atas 22 669 laki-laki dan 19 802 perempuan dengan laju pertumbuhan sebesar 5.66 persen per tahun. Penyebaran penduduk masih bertumpu di Distrik Waigeo Selatan yaitu sebesar