Data Nilai Objek Wisata Bahari.

Sumber: Yulianda 2007.

3.3.3. Analisis Nilai Visual Objek Wisata Bahari

Analisis spasial dilakukan dalam bentuk penilaian visual objek wisata bahari suatu kawasan dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata. Penentukan nilai visual objek wisata bahari dapat dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation Daniel dan Bostes 1976. Tahapan penentuan nilai SBE meliputi: 1. Penentuan hamparan titik pengamatan dan pengambilan foto. Titik pengamatan yaitu stasiun pengamatan yang memiliki nilai kesesuaian wisata diving kategori S1 sangat sesuai dan S2 cukup sesuai. Pengambilan foto dilakukan pada masing-masing jenis terumbu karang dalam berbagai sudut pengamatan, serta biota-biota yang khas dari setiap stasiun. 2. Seleksi foto. Foto-foto yang kan diperlihatkan pada responden merupakan hasil seleksi dari keseluruhan foto yang diambil. Seleksi dilakukan dengan memilih foto yang dianggap dapat mewakili keanekaragaman ekosistem terumbu karang yang dilihat dari tiap stasiun. Untuk mengurangi bias akibat pengaruh cahaya perairan, maka khusus untuk foto dilakukan editing dengan menggunakan software ACDSee, sehingga diharapkan foto yang dipresentasikan memiliki kualitas gambar yang sama dengan aslinya. 3. Penilaian oleh responden. Responden yang dipilih adalah wisatawan asing atau lokal, pelaku wisata selam atau penyelam yang memiliki sertifikat selam minimal A1. Jumlah responden yang dipilih sebayak 50 orang, penilaian oleh responden dalam bentuk penilaian melalui kuisioner dengan memperlihatkan foto yang telah dipilih. Dari setiap foto yang ditampilkan, responden akan menilai setiap foto yang ditampilkan dengan memberikan skor 1-10, dimana skor 1 menunjukan nilai yang paling tidak disukai dan skor 10 merupakan nilai yang paling disukai. 4. Perhitungan nilai SBE. Bock dan Jones 1968 in Khakim 2009 mengemukakan bahwa perhitungan nilai visual dengan metode SBE diawali dengan tabulasi data, perhitungan frekuensi setiap skor f, perhitungan frekuensi kumulatif cf dan cumulative probabilities cp. Selanjutnya dengan menggunakan tabel z, ditentukan nilai z untuk setiap nilai cp. Khusus untuk nilai cp = 1.00 atau cp = z = ± ∞ digunakan rumus perhitungan cp = 1 – 1 2n atau cp = 12n. Rata-rata nilai z yang diperoleh untuk setiap foto kemudian dimasukan dalam rumus SBE sebagai berikut : SBEx = Zx - Zo x 100 Keterangan : SBEx = Nilai penduga pada nilai keindahan pemandangan landskap melalui foto ke-x Zx = Nilai rata-rata z untuk lanskap ke-x Zo = Nilai rata-rata suatu lanskap tertentu sebagai standar Selanjutnya nilai SBE dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu nilai SBE tertinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan jenjang sederhana simplified rating menurut Hadi 2001 in Khakim 2009 dengan rumus : I Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah kelas

3.3.4. Analisis Keterlibatan Stakeholder.

Brown et al. 2001 mengatakan bahwa Analisis Keterlibatan Stakeholder adalah suatu system yang digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off. Proses penentuan keterlibatan Stakeholder. dilakukan dengan cara: 1. Mengindentifikasi sendiri berdasarkan pengalaman berkenaan dengan perencanaan kebijakan dan berdasarkan catatan statistik serta laporan penelitian. Hasilnya berupa daftar panjang individu dan kelompok yang terkait dalam pengelolaan terumbu karang.