Kondisi Sumberdaya Terumbu Karang.

Perbandingan ikan indikator, ikan target dan ikan major adalah 1 ikan indikator berbanding 1 ikan target dan 4 ikan major, ini berarti bahwa untuk setiap 6 jenis ikan yang ditemukan di lokasi pengamatan kemungkinan komposisinya terdiri dari 1 individu ikan indikator, 1 individu ikan target dan 4 individu ikan major. Gambar 16. Komposisi ikan karang di lokasi penelitian. Keberadaan ikan di terumbu karang sangat tergantung pada kondisi terumbu karang itu sendiri. Beberapa kelompok ikan menunjukkan kecenderungan kelimpahan yang meningkat dalam jangka waktu panjang pada kondisi terumbu karang dengan persentase tutupan hidup karang yang tinggi. Sementara pada kondisi terumbu karang dengan tutupan yang rendahpun dijumpai peningkatan kelimpahan pada beberapa kelompok ikan. Hal ini masih belum dapat diterangkan dengan jelas karena masih terbatasnya penelitian tentang ini. Jumlah inidividu untuk setiap jenis ikan karang yang dijumpai pada lokasi penelitian disajikan dalam Lampiran 2. 5.4.3.Kualitas Visual Objek Wisata Bahari SBE. Salah satu hal terpenting yang dimiliki oleh sumberdaya alam adalah keindahanpemandangan indah. Namun keindahan pemandangan “kecantikan scenic” telah terbukti sebagai salah satu yang paling sulit diukur secara, objektif ilmiah dan hanya sebagian ditentukan oleh karakteristik lingkungan, dan tergantung pada sebagian besar penilaian manusia. Penilaian persepsi publik terhadap keindahan sumberdaya alam dapat dijadikan indikator estetika yang 14,677 64,078 109,437 2,562 84,083 34,720 3,120 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 Ju m la h i n d h a Ikan Mayor Ikan Target Ikan Indikator diperlukan untuk perencanaan yang komprehensif, multiguna dari pengelolaan suatu kawasan Daniel dan Boster 1976. Penilaian visual landscape pemandanganobjek wisata menggunakan metode Scenic Beauty Estimation SBE untuk menetapkan penilaian kualitas landscape pemandanganobjek dalam kaitannya dengan pengembangan wisata bahari. Metode SBE adalah metode yang fleksibel yang dapat digunakan dalam membantu desainer, perencana, dan pembuat keputusan Daniel dan Boster 1976 bahkan dikenal efektif dan dapat dipercaya dalam menentukan nilai visual sumberdaya Yu 1995 in Khakim 2009. Penggunaan metode ini telah digunakan untuk menilai secara visual lanskap wilayah pesisir untuk pengembangan kawasan wisata pesisir coastal tourism, dengan menyesuaikan pada kondisi dan jenis lanskap yang ada di wilayah pesisir Khakim 2009. Tabel 31. Nilai visual objek wisata bahari SBE di lokasi penelitian. No. DPL Nomor Photo Nilai SBE No. DPL Nomor Photo Nilai SBE 1 89.02 13 119.73 1 Indip 2 98.20 5 Yendesner 14 69.00 3 68.29 15 113.01 4 58.24 16 2 Imburnos 5 73.95 6 Tanadi 17 81.55 6 61.37 18 56.55 7 92.23 19 89.62 3 Warasmus 8 68.29 7 Mansaswar 20 61.37 9 88.06 21 77.31 10 16.68 22 106.26 4 Ikwan iba 11 101.32 8 Kormansiwin 23 115.39 12 64.18 24 11.51 Sumber: Hasil olahan data sekunder. Hasil penilaian kualitas visual lanskap oleh responden merupakan skor untuk masing-masing foto. Terdapat 24 foto, yang mewakili 8 lokasi penelitian. Setiap lokasi penelitian diwakili oleh 3 buah foto, berupa hamparan karang dan jenis-jenis ikan karang. Foto-foto tersebut dinilai oleh responden sebanyak 50 responden, dimana selama penelitian didapat 8 orang wisatawan asing 16 persen dan 42 wisatawan lokal termasuk didalamnya adalah pelaku wisata, penyelam dan aparatur bidang kelautan dan perikanan serta pariwisata 84 persen. Dari 50 responden yang didapat, 25 orang bisa menyelam dan memiliki sertifikat menyelam 50 persen dan 25 orang tidak bisa menyelam dan tidak memiliki sertifikat menyelam 50 persen. Nilai visual objek wisata bahari SBE untuk masing-masing lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 31. Perhitungan nilai SBE untuk foto lanskap menunjukkan bahwa nilai tertinggi SBE yang diperoleh adalah 119.73 dan nilai terendah adalah 0. Dari sebaran nilai SBE untuk semua foto yang dinilai, kemudian diklasifikasi menjadi 3 yaitu nilai SBE tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan jenjang sederhana simplified rating dengan rumus: I Nilai tertinggi nilai terendah Jumlah kelas Sehingga kelas interval untuk foto yang diambil adalah: I 119.73 0 3 Berdasarkan hasil pengklasifikasian dengan menggunakan jenjang sederhana tersebut didapatkan nilai sebaran dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Nilai SBE berdasarkan kategori disajikan dalam Tabel 32. Tabel 32. Pengelompokan nilai SBE berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah. Sebaran nilai SBE Kategori 0.00 - 39.91 Rendah 39.92 - 79.83 Sedang 79.84 - 119.75 Tinggi Nilai SBE yang diperoleh akan menjadi petunjuk untuk melihat seberapa besar minat responden terhadap foto landscape ekosistem terumbu karang yang mereka lihat dan ini menjadi gambaran tentang seberapa besar minat wisatawan terhadapekosistem terumbu karang yang ada di lokasi tersebut.

5.4.4. Kesesuaian Kawasan Terumbu Karang untuk Wisata Bahari Kategori Selam.

Pengembangan wisata bahari memerlukan kesesuaian sumberdaya dan lingkungan pesisir, sesuai dengan kriteria yang disyaratkandengan tujuan untuk mendapatkan kesesuaian karakteristik sumberdaya wisata. Kesesuaian karakteristik sumberdaya dan lingkungan untuk pengembangan wisata mempertimbangkan aspek keindahan alam, keamanan, keterlindungan kawasan, keanekaragaman biota, keunikan sumberdayalingkungan dan aksesibilitas.