h. Memfasilitasi ibu dalam membuat pilihan berdasarkan informasi tentang metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan
saran yang tepat dan sensitif untuk mendukung keputusannya i. Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam
suatu program terencana atau secara perorangan j. Bekerja sama dengan organisasi lain Fraser and Cooper
2009:248
3 Tujuan Antenatal Care a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayinya.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
serta sosial ibu dan bayi.
c. Menenemukan sejak dini bila ada masalah atau gangguan
dan komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan.
d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat,
baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI
ekslusif berjalan normal.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Asrinah, dkk.2010.
4 Pelayanan asuhan standar minimal termasuk “10T”: 1 Timbangan berat badan dan ukur Tinggi badan
Kenaikan berat badan wanita hamil akan naik diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg atau dengan kata lain ibu mengalami kenaikan
berat badan 0,5 kgminggu Wiknjosastro, 2006. Pengukuran berat badan berguna untuk mengetahui apakah ibu cukup gizi atau
tidak, sedangkan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui apakah panggul ibu cukup besar untuk proses persalinan normal.
Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil atara lain yaitu 145 cm. Kenaikan BB selama hamil rata-rata : 9-13,5 kg.
Kenaikan BB selama TM I : min 0,71,4kg
a Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg b Kenaikan BB selama TM III : 9,5 kg
2 Ukur Tekanan darah
Untuk mendeteksi dini terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Tekanan darah yang normal 11080–14090 mmHg, bila melebihi
14090 perlu di waspadai adanya preeklamsi.
3 Ukuran Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya
bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid
terakhir HPHT dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU
yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
Tafsiran Berat Janin TBJ menurut Widjanarko, 2007 untuk memperkirakan berat janin menggunakan rumus Jhonson Tausack
yaitu :
Keterangan: X : Tinggi Fundus Uteri dalam centimeter.
N : 12 = bila bagian terendah janin diatas Spina
Ischiadica. 11 = bila bagian terendah janin dibawah Spina
Ischiadica. K : 155.
4 Pemberian Imunisasi TT Tetanus Toksoid Lengkap.
Imunisasi selama hamil yaitu minimal 2 kali, TT 1 pada usia kehamilan 16 minggu TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT 1.
Saifuddin, 2009
Tabel 2.5 Imunisasi TT
Antigen Interval selang waktu
Lama perlindungan perlindungan
Tafsiran berat janin gram : K x X-n ±10
minimal TT1
Pada kunjungan antenatal pertama
- -
TT2 4 minggu setelah TT1
3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2
5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3
10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4
25 tahunseumur hidup
99
Keterangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN
Tetanus Neonatorum.Saifuddin, 2006
5 Pemberian Tablet Zat Besi
Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan. Membantu Hb dan protein dalam sel darah merah membawa O
2
kedalam jaringan tubuh, sehingga membantu mencegah anemia dan perdarahan saat persalianan serta mencegah cacat janin.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan
untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200
mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan
menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil. Manuaba, 2007.
6 Nilai Status Gizi IMT
Penilaian status gizi ibu hamil dapat ditentukan dari Indeks Massa Tubuh IMT dengan rumus :
Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT
Rekomendasi kg
Rendah 19,8
12,5 – 18 Normal
19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29
7 – 11,5 Obesitas
29 ≥ 7
Gemeli 16 – 20,5
Sumber : Cunningham 2010
7 Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin DJJ.
Pemeriksaan DJJ adalah salah satu cara untuk memantau janin. Pemeriksaan DJJ harus dilakukan pada ibu hamil. DJJ baru dapat
didengar pada usia kehamilan 16 minggu 4 bulan. Gambaran DJJ:
Takikardi berat : detak jantung diatas 180xmenit
Berat Badan kg IMT =------------------------------
[Tinggi Badan m]
2
Takikardi ringan : antara 160-180xmenit Normal : antara 120-160xmenit
Bradikardi ringan : antara 100-119xmenit Bradikardi sedang :antara 80-100xmenit
Bradikardi berat : kurang dari 80xmenit Pantikawati, 2010
8 Pemeriksaan Laboratorium rutin dan khusus
Pemeriksaan Hemoglobin Hb menurut Manuaba, 2010 yaitu pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester II dan III, sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian prefarat Fe
sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil. WHO mendapatkan Hb normal untuk ibu hamil yaitu 11 gr. Pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, sebagai berikut:
Hb : 11 gr
tidak anemia Hb
: 9-10 gr anemia ringan
Hb : 7-8 gr
anemia sedang Hb
: 7 gr anemia berat
Dosis : 60 mg per hari elemental besi dan 50 mg, asam folat untuk profilaksis anemia. Jika diduga anemia berikan 2-3 kali per
hari. Dan untuk anemia sedang berikan Fe 600-1000 mg dengan
suplemen besi 60 mg per hari. Sulfat ferosus 200 mg dan asam folat 0,25 mg dosis 2 kali per hari.Tarwono, 2007
9 Tatalaksana kasus
Memberikan penyuluhan tentang perawatan dini selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya
pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam peratwatan selanjutnya dan
mendengarkan keluhan yang di sampaikan oleh ibu dengan penuh nikmat, beri nasehat rujuk bila diperlukan. Prawiirohardjo, 2010
10 Temuwicara konseling termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi P4K serta KB pasca persalinan. Depkes RI, 2009
4 Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan :
a Satu kali pada triwulan pertama b Satu kali pada triwulan kedua
c Dua kali pada triwulan ketiga Saifuddin, 2006. Hal : 90.
5 Asuhan perkunjungan K1 sampai dengan K4
a. Kunjungan 1 0-16 minggu - Penapisan dan pengobatan anemia
- Perencanaan persalinan - Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
b. Kunjungan 2 24-28 minggu dan Kunjungan 3 32 minggu - Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
- Penapisan Pre-Eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan. c. Kunjungan 4 36 minggu
- Sama seperti kegiatan kunjungan 2 dan 3. - Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
- Memantapkan rencana persalinan. - Mengenali tanda – tanda persalinan. Saifuddin, 2009
6 Ketidaknyamanan yang umum selama kehamilan 1. Sakit kepala: normal jika nyerinya ringan-sedang danberkurang
dengan beristirahat atau dengan obat. Tanda bahaya adalah jika sakit yang hebat, tidak berkurang atau hilang dengan beristirahat atau
dengan obat, dan di sertai dengan perubahan visual. Mungkin merupakan suatu tanda pre-eklamsi.
2. Nyeri ligamentum rotundum: normal jika rasa nyeri akutnya
berlangsung beberapa menit dan dapat berkurang dengan bersandar. Tanda bahaya adalah jika ibu mengalami nyeri abdomen yang
menetap. Mungkin merupakan tanda appendisitis, penyakit radang
pelviks, kehamilan ektopik, abortus, persalinan preterem, gastritis, penyakit kandung empedu, iritasi uterus. Abrusio plasenta, infeksi
saluran kemih atau infeksi lainnya.
3. Bengkak: normal jika hanya didaerah kaki dan biasanya muncul pada
sore hari dan biasanya hilang dan setelah beristirahat dengan kaki ditinggikan. Merupakan tanda bahaya jika muncul dimuka dan
tangan, tidak kurang dengan beristirahat, dan disertai dengan keluhan keluhan fisik lain. Mungkin suatu tanda anemia, gagal jantung atau
pre-eklamsia.
4. Rasa panas dalam perut heart burn: normal jika berhubungan
dengan makanan dan akan berkurang setelah makan sedikit makanan, mengurangi makanan berlemak, atau menggunakan antasid. Tanda
bahaya jika menjadi nyeri ulu hati atau nyeri abdomen yang menetap. Mungkin merupakan tanda pre-eklamsia.
5. Kram pada kaki: Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang
lebih lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika
duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas atau menekuk kaki ke arah yang berlawanan.
6. Peningkatan pengeluaran cairan pervaginam: normal jika
pengeluaran tersebut encer berwarna putih, tidak berbau. Tanda bahaya jika ada perdarahan pervaginam yang berwarna merah dan,
banyak, bergumpal, dan dapat terasa sakit atau tidak sakit. Pada awal kehamilan mungkin suatu keadaan abortus, kehamilan mola, atau
kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan mungkin suatu tanda dari plasenta previa atau abrupsio plasenta Saifuddin, 2009.
7. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan yaitu :
a. Terjadinya perdarahan pervaginam Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta
previa atau abrupsio plasenta.Asrinah dkk, 2010 Hal : 153 b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia. Asrinah dkk, 2010 Hal: 154
c. Penglihatan kabur Biasanya pengaruh hormonal,ketajaman penglihatan ibu berubah
selama kehamilan. Perubahan yang ringan adalah normal,tetapi masalah penglihatan ini terjadi secara medadak ataupun taba-tiba,
misalnya pandangan menjadi kabur perlu diwaspadai karena bisa mengacu pada tanda kehamilan. Asrinah dkk,2010 Hal: 154
d. Bengkak diwajah dan jari- jari tangan Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki, biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki.
Asrinah dkk,2010 Hal: 154 e. Keluar cair pervaginam
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan baerlangsung, yang disebabkan karena
berkurang nya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus. Asrinah dkk, 2010 Hal: 154 f. Gerakan janin sudah dirasakan oleh ibu pada kehamilan bulan ke-
5 atau ke-6. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 1 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Asrinah dkk, 2010 Hal: 154
g. Masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahatAsrinah
dkk,2010 Hal : 155
Bila sebagian besar ibu pada masa reproduksi belum pernah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid TT pada masa anak
ataupun sebelum kehamilan, direkomendasikan untuk melakukan imunisasi pada kunjungan pertama kehamilan TT1 dan dosis
kedua TT2 paling sedikit 4 minggu setelah pemberian TT1. Prawirohardjo, 2010 .
h. Index masa tubuh IMT Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Analisis dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa berat badan yang
bertambah berhubungan dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan dalam lebih dirasakan pada ibu primigravida
untuk menambah berat badan pada masa kehamilanAsrinah dkk,2010 Hal: 69.
2.1.7 Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar yaitu:
A. Standar pelayanan Umum 2 standart B. Standar pelayanan Antenatal 6 standart
C. Standar pelayanan Persalinan 4 standart D. Standar pelayanan Nifas 3 standart
E. Standar penanganan Kegawat daruratan obstetri-neonatal 9 standart
A.Standar Pelayanan Umum 1. Standar 1: yaitu Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan
kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan dan menjadi calon orang tua, persalinan
dan nifas. Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat
untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang yang bertanggungjawab.
Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat dan perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai
kehamilan yang sehat. Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan
pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan diketahui oleh masyarakat dan ibu.
2. Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan
Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan yang dilakukannya , yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamilbersalinnifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat.
Disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan
ibu dan bayi baru lahir .Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk
meningkatkan pelayanannya. Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan, menggunakan dan
mempelajari data untuk pelaksanaan penyuluhan , kesinambungan pelayanan dan penilaian kerja.
Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan pencatatan
dan pelaporan yang maksimal adalah sebagai berikut : a Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar
semua ibu hamil dapat tercatat b Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa
pulang.Dan memberitahu ibu agar membawa buku tersebut setiap pemeriksaan.
c Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat pada patograf.
d Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala . Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu terlaksananya
pencatatatn dan pelaporan yang baik. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
kehamilan , kelahiran bayi dan pelayanan kebidanan.
B. Standar Pelayanan Antenatal 1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi
ibu,suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contohnya sebagai berikut
a Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur b Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil
c Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas
manfaat pemeriksaan kehamilan. Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami
tanda dan gejala kehamilan.Ibu,suami, masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu
hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan dengan ristikelainan ,
khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi , PMSinfeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan
serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu
memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.Meningkatnya
pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.Deteksi dini dan penanganan
komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
3. Standar 5 : Palpasi abdominal
Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur
kehamilan bertambah ,memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan untuk
merujuk tepat waktu. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia
kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.
Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan.
Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.
4. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia
pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan minggu ke 28.
Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan
yang mengandung zat besi, dll. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu
hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan
anemiaBBLR.
5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan
menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan
yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan mencatatnya.Jika terdapat tekanan darah diatas 14090 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat
waktu.Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia.
6. Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih
dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba
terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan
memadai dengan pertolongan bidan terampil. Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak
untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan
bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila
diperkirakan .
C. Standar Pelayanan Persalinan 1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan
memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang
bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu
diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi. Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan pertolongan
yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya
kematiankesakitan ibu bayi akibat partus lama.
2. Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak
pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat .disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat
persalinan. Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan
yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih dan
aman.Menigkatnya kepercayaan masyarakat kepada bidan.Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan.Menurunnya angka sepsis
puerperalis.
3. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.
Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya
atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan perdarahan post partum akibat
salah penanganan pada kala tiga.
4. Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar
persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum. Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan
dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.Hasil yang diharapkan yaitu
penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua .
D. Standar Pelayanan Nifas 1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan
infeksi.
Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan
infeksi. Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan
perawatan dengan segera dan tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.
2. Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang
bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.
3. Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga,
minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini,
penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa
nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir ,
pemberian ASI , imunisasi dan KB. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi
sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.
E.Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal 1.Standart 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada
Trimester Tiga
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester tiga.
Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester
tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang, dan meningkatnya
pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.
2. Standar 17 : Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia
Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk danatau memberikan pertolongan pertama.
Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan
memadai.Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia.Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat.Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat.Penurunan kesakitan dan
kematian akibat eklamsia.
3. Standar 18 : Penanganan Kegawat daruratan Pada Partus Lama macet.
Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lamamacet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk
untuk persalinan yang aman. Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang
tepat keadaan darurat pada partus lamamacet. Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus
lamamacet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan. Penurunan
kematiankesakitan ibu dan bayi akibat partus lamamacet.
4. Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraksi
Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan
persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan janinnya. Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan
dalam keadaan tertentu.Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan
atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat .
5. Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika
terjadi retensio plasenta . Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta.Ibu
dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.
6. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan pertama
kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuannya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang
tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum primer atoni uteri.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan
pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.
7. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk
penyelamatan jiwa ibu atau merujuk. Tujuannya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan penanganan
yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat
perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemukan secara dini dan
segera di beri penanganan yang tepat.
8. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, melakukan perawatan dengan segera merujuknya. Tujuannya
adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat .hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis
puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat .penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya
pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.
9. Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum
Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan
bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat.
Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan
pertolongan kegawatdaruratan.
2.1.8 Anemia 2.1.8.1 Konsep Dasar Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah eritrosit dalam sirkulasi darah atau massa hemiglobin
sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.
Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok
orang yang bersangkutan. Anemia secara laboratorik yaitu keadaan apabila terjadi
penurunan dibawah normal kadar hemoglobi, hitung eritrosit dan hemotokritpackedredcell I Made Bakta, 2003.
2. Kriteria Anemia
Penentuan anemia pada seseorang bergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat tinggal.
Kriteria anemia menurut WHO adalah: Laki-laki dewasa
: Hemoglobin 13 gdl Wanita dewasa tidak hamil
: Hemoglobin 12 gdl
Wanita hamil : Hemoglobin 11 gdl
Anak umur 6-14 tahun : Hemoglobin 12 gdl
Anak umur 6 bulan-6 tahun : Hemoglobin 11 gdl
Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah 1. Hemoglobin 10 gdl
2. Hemotokrit 30 3. Eritrosit 2,8 jutamm
3
I Made Bakta, 2003
3. Derajat Anemia
Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO: a. Ringan sekali
: Hb 10 gdl – Batas normal b. Ringan
: Hb 8 gdl - 9,9 gdl c. Sedang
: Hb 6 gdl – 7,9 gdl d. Berat
: Hb 6 gdl Departemen Kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai
berikut: a. Ringan sekali
: Hb 11 gdl – Batas normal b. Ringan
: Hb 8 gdl - 11 gdl c. Sedang
: Hb 5 gdl - 8 gdl d. Berat
: Hb 5 gdl
Tabel 2.6 Kadar hemoglobin pada perempuan dewasa dan ibu hamil
menurut WHO
Jenis Kelamin Hb Normal
Hb Anemia kurang dari
grdl Lahir aterm
Perempuan dewasa tidak hamil
Perempuan dewasa hamil
TM I TM II
TM III 13,5-18,5
12,0-15,0
11,0-14,0 10,5-14,0
11,0-14,0 13,5 Ht 34
12,0 Ht 36
11,0 Ht 33 10,5 Ht 31
11,0 Ht 33
4 Etiologi
1 Genetik 1 Hemoglobinopati
2 Thalasemia 3 Abnormal enzim glikolitik
4 Fanconi anemia 2 Nutrisi
3 Perdarahan 4 Immunologi
5 Infeksi 6 Obat-obatan dan zat kimia
5. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap
plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65 pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada
pada bulan ke-9, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 :
115
6. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan
Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga,
karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir
Sinsin, Lis, 2008 : 65 . Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.
Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan bervariasi
dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan Abortus, partus prematurus, gangguan
proses persalinan atonia uteri, partus lama, gangguan pada masa nifas daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI
rendah dan gangguan pada janin abortus, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114-115.
2.1.8.2 Klasifikasi Anemia
1. Anemia karena penurunan produksi 1 Anemia Defisiensi Besi
anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak di dunia, terutama pada negara miskin dan berkembang.
1 ketidakseimbangan pola makan dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dengan kebutuhan
dalam tubuh.
2 gangguan absorbsi besi pada usus, dapat disebabkan oleh karena infeksi peradangan, neoplasma pada gaster,
duadenum maupun jejenum. asorbsi besi dipengaruhi oleh folattannin dan vitamin C.
3 keh ilangan darah oleh sebab perdarahan saluran cerna, neoplasma, gastritis, hemoroid dll. pada wanita kurang
zat besi dapat diakibatkan karena menstruasi. 4 kebutuhan sel darah merah meningkat. pada ibu hamil
dan menyusui kebutuhan besi sangat besar sehingga memerlukan asupan yang besar pula.
a Tanda dan Gejala 1 cepat lelah kelelahan karena simpanan oksigen dalam
jaringan otot kurang 2 Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana
otak kekurangan oksigen 3 kesulitan bernafas, dimana tubuh memerlukan lebih
banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernafasan lebih dipercepat.
4 palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi
5 pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan kunjungtiva.
b Hasil laboratorium
Pemeriksaan darah perifer menunjukan keadaan sel mikrositik dan pucat
penurunan Hb kurang dari 9,5 gdl
Jumlah RBC berkurang
2 Anemia Megaloblastik anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang
mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 Cobalamin dan
asam folat. sel megaloblastik ini fungsinya tidak normal, dihancurkan dalam sumsung tulang shingga terjadinya
eritropoesis tidak efektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan:
leukopenia menurunnya jumlah SDP
Trombositopenia
Pansitonenia
Gangguan pada oral, gastrointestinal dan neurologi
a Tanda dan gejala
anemia yang kadar disertai ikterik
adanya glositis
gangguan neuropati seperti mati rasa, rasa terbakar pada jari
b hasil Laboratorium
Hemoglobin menurun
Trombositopenia
Kadar bilirubin indirek serum dan LDH meningkat
3 Anemia Defisiensi Vit. B 12 Pernicius Anemia merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya intriksik
faktor IF yang diproduksi di sel perietal lambung sehingga terjadi gangguan absorbsi vitamin B 12.
1. Etiologi dan faktor resiko
tidak ada intrinsik faktor
Gangguan pada mukosa lambung, ileum dan pankreas
Tidak adekuatnya intake vitamin B 12 tapi asam folat banyak.
Obat-obatan yang menggangu diabsorpsi dilambung
Obat-obatan yang merusak ileum
kerusakan absorpsi
2. Manifestasi klinik
Hb, hematokrit, SDM rendah
Anemia
BB menurum, diare, konstipasi
Gangguan neurologi
Defisiensi vitamin B 12 dengan cara test schiling
4 Anemia Defisiensi Asam Folat kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang
kurang makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, akoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat,
wanita hamil, masa pertumbuhan. defisiensi asam folat juga padat mengakibatkan sindrom mal-absorpsi.
Manifestasi klinik
hampir sama dengan defisiensi vit. B 12 yaitu adanya gangguan neuroligi seperti gangguan kepribadian dan daya
ingat.
biasanya disertai ketidakseimbangan elektrolit
magnesium, kalsium
Defisinsi asam folat kurang dari 3-4 ngml
Vit. B 12 normal
5 Anemia Aplastik terjadi akibat ketidaksanggupan sumsung tulang membentuk
sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel mengakibatkan anemia, leukopenia dan
thrombosipenia. Zat yang dapat merusak sumsung tulang disebut Meilotoksin.
1. Etiologi dan faktor resiko
Idiopatik
Kemoterapi, radioterapi
Toksik Kimia
2. Manifestasi klinik
Kelemahan, letih
Nyeri kepala, dyspnea
Nadi cepat, pucat
Mudah infeksi : hepatitis
2. Anemia karena kerusakan eritrosit 1. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi dimana terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usianya lebih pendek.
1 Etiologi dan faktor resiko
Merupakan 5 dari jenis anemia
Herediter
Hb abnormal, membran eritrosit rusak
Thalasemia
Toksik
2 Tanda dan gejala
Anemia
Demam
Kelemahan, pucat
Hepatomegali, kekuningan
Defiseinsi folat, hemosiderosis
2. Anemia Bulan Sabit
Anemia bulan sabit adalah anemia hemolitika berat ditandai SDM kecil sabit dan pembesaran limpa akibat kerusakan
molekul Hb. 1 Etiologi dan faktor resiko
Banyak pada area endemik malaria
Herediter
2 Manifestasi klinik
kurang darah akan mengakibatkan hipoksia
mempunyai masa hidup pendek 15-25 hari
Hb 7-10 gdl
Ikterik pada sklera
sumsung tulang membesar
Disritmia, gagal jantung.
2.1.8.3 Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil
1. Anemia Defisiensi Besi 1 pemberian diet tinggi zat besi
2 atasi penyebab seperti cacingan 3 pemberian preparat zat besi seperti sulfat ferrosus dosis
3x200 mg, ferro glukonat 3x200 mghari atau diberikan
secara parenteral jika alergi dengan obat peroral 250 mg Fe dosis: 3 mgkg BB
4 pemberian vitamin C dosis 3x100 mghari 5 transfusi darah jika diperlukan
2. Anemia Megaloblastik 1 Diet nutrisi tinggi vitamin B 12 dan asam folat
2 Pemberian hydroxycobalamin IM 200 mghari atau 1000 mg diberikan setiap minggu selama 7 minggu
3 berika asam folat 5 mghari selama 4 bulan.
3. Anemia Defisiensi vitamin B 12 1 Pemberian vitamin B 12 oral, apabila IF kurang diberikan
IM, 100 g tiap bulan 2 Pemberian diet zat besi daging, hati, kacang hijau, telor,
produk susu, asam folat.
4. Anemia Defisiensi asam folat 1 Berikan asam folat 0.1 – 5 mg setiap hari, jika mal-absorpsi
diberikan IM. 2 Berikan vit. C untuk membantu penyerapan dan eritropoitis
3 Berikan diet tinggi asam folat asparagus, brokoli, nanas, melon, sayuran hijau, ikan, daging, hati, stroberi, susu, telor,
kentang, roti.
5. Anemia Aplastik 1 Monitor adanya perdarahan dan pansitoprnia menurunnya
sel darah merah, leukosit dan trombosit 2 Transfusi darah
3 Pengobatan infeksi : Jamur, bakteri 4 Tranplantasi sumsung tulang pasien dibawah 60 tahun
5 Immunosupresive terapi: kombinasi cyclosporine, antithymocyte globulin ATG, Antilymphocyte globulin
ALG. 6 Diet bebas bakteri
7 Pendidikan kesehtan untuk mencegah infeksi
6. Anemia Hemolitik 1 Pencegahan faktor resiko
2 Transfusi darah 3 Cairan adekuat
4 Pemberian asam folat 5 Pemberian eritropoitin
6 Pemberian kortikosteroid 7 Pendidikan kesehatan
7. Anemia Sel Sabit 1 Belum ada obat yang efektif
2 Penanganan nyari 3 Penanganan infeksi dan pencegahan
4 Transfusi darah 5 Mengurangi kekentalan darah
6 Transplantasi sumsung tulang
2.2. Asuhan Persalinan 2.2.1. Definisi Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu
dan keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping itu bersama keluarga memberi kan bantuan dan dukungan pada
ibu bersalin Saifuddin, 2006. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar Prawiriharjo, 2007. Sedangkan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam,
tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin Wiknjosastri dalam Prawirahardjo, 2010.
2.2.2 Tanda-tanda Persalinan
1. Adanya his persalinan dengan ciri-ciri sebagai berikut: a Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek.
b terasa nyeri di abdomen dan menjalar ke pinggang.
c menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa penulakan dan pembukaan.
d dengan aktifitas his persalinan makin bertambah. 2. Pengeluaran Lendir dan darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendaratan dan pembukaan.
3. Pengeluaran cairan Umumnya ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap. Namun dalam
beberapa jenis kasus, ketuban pecah pada saat pembukaan masih kecil. Dengan pecahnya ketuban dapat memicu proses persalinan melalui
peningkatan his atau pengeluaran prostaglandin yang semakin meningkat Manuaba, 2007.
2.2.3. Penyebab Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan
factor-faktor humoral, struktu rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
1. Teori Keregangan Otot
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksisehingga
persalinan di mulai. 2.
Teori Penurunan Progesteron a. Produksi penurunan mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. b. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah penurunan
progesteron tertentu. 3. Teori Oksitosin Internal
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. b. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat dimulai.
4. Teori Prostaglandin
a. Konsentrasi prostaglandin meningkatkan sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
konsentrasi otot rahim sehingga dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan Rohani dkk, 2011Hal:4
2.2.4. Permulaan terjadinya Persalinan
Faktor-faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor
yang mengakibatkan partus mulai.Seperti telah dikemukakan, “plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi korialis mengalami
perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasiFaktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak dibelakang
serviks. Bila ganglion ini tertekan,kontraksi uterus dapat dibangkitkan. Prawirohadjo 2010
2.2.5. Tahapan Persalinan
1. Kala I Pada Kala I Persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai
dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap, fase
kala I Persalinan terdiri dari Fase Laten yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm, Kontraksi mulai teratur
tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, Tidak terlalu mules; fase
aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap,
penurunan bagian terbawah janin, Waktu pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10 cm, fase pembukaan dibagi menjadi 2 fase
yaitu fase laten: berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm. Fase aktif : dibagi menjadi
3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm. Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam 2 jam pembukaan dari 9
menjadi lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dengan pembukaan 1 cm perjam dalam pada multigravida 8 jam
dengan pembukaan 2 cm per jam. Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu: ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstrupsi
plasenta, gawat janin, inersia uteri. 2. Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin
meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan springter ani membuka,
peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Pada
kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refletoris
menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum menegang. Dengan adanya his ibu dipimpin untuk
mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan janin. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu: eklamsi,
kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung,penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak,
infeksi intra partum, inersia uteri, tanda-tanda lilitan tali pusat. 3. Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta tanda-tanda lepasnya plasenta: terjadi perubahan
bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vaginavulva, adanya semburan darah secara
tiba-tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus utri agak diatas pusat beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan palsenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat
atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.
a Cara pelepasan plasenta 1 Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering terjadi 80. Yang lepas duluan adalah bagian tangah,
lalu retroplasenter hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,
perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
2 Duncan Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan
20. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
b Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri 1 Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat sedang tangan kiri menekan diatas simfisis. Bila tali pusat
masuk kembali kedalam vagina berarti belum terlepas dan sebaliknya jika tidak masuk kembali berarti sudah terlepas.
2 Strassman
Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri mungetok fundus. Bila terasa getaran tali pusat bararti plasenta belum
terlepas. 3 Klein
Pasien disuruh mengedan, bila setelah mengedan tali pusat masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta belum terlepas.
Manajemen aktif kala III persalinan untuk melahirkan plasentadan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post partum yaitu:
Pemberian suntikan oksitosin, selambat-lambatnya dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, dipastikan tidak ada bayi kedua, maka
dilakukan segera suntikan oksitosin 10 unit IM pada 13 bawah paha bagian luar. Setelah itu penegangan tali pusat terkendali. Dan setelah
terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan keatas korpus dorso –
cranial. Segera setelah kelahiran plasenta lakukan rangsangan taktil dengan lembut tapi mantap selama 15 detik sehingga uterus
berkontraksi. APN,2008.
4. Kala IV Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah: sub
involusi dikarenakan oleh uerus tidak berkontraksi, perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta.
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalianan
Faktor yang mempengaruhi persalinan ada5 yaitu ; a. Janin Passenger
b. Jalan Lahir Passage c. Kekuatan Power
d. Psikiologis e. Penolong
Rohani,2011
1. Janin Passenger
Pembahasan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar adalah mengenai ukuran kepala janin, karena kepala adalah bagian terbesar
dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan.Tulang- tulang penyusun kepala janin terdiri dari : dua buah os. Parietalis, satu buah os.
Oksipitalis dan dua buah os. Frontalis. Antara tulang satu dengan tulang yang lainnya berhubungan melalui membran yang kelak
setelah hidup di luar uterus akan berkembang menjadi tulang. Batas antara dua tulang disebut sutura dan diantara sudut–sudut tulang
terdapat ruang yang ditutupi membrane yang disebut fontanel. 1.Pada tulang tengkorak janin dikenal beberapa sutura, antara lain:
- Sutura sagitalis superior, menghubungkan antara kedua os. Parietalis kanan dan kiri.
- Sutura koronaria, menghubungkan os. Parietalis dengan os. Frontalis.
- Sutura lambdoidea, menghubungkan os. Parietalis dengan os. Oksipitalis.
- Sutura frontalis, menghubungkan kedua os. Frontalis kanan dan kiri.
2.Terdapat dua fontanel ubun – ubun antara lain : A. Fontanel minor ubun – ubun kecil
- Berbentuk segitiga. - Terdapat di sutura sagitalis superior bersilang dengan
sutura lambdoidea. - Sebagai penyebut petunjuk presentasi kepala .
B. Fontanel mayor ubun–ubun besar bregma . - Berbentuk segiempat panjang
- Terdapat di sutura sagitalis superior dan sutura frontalis bersilang dengan sutura koronaria.
C. Plasenta dan talipusat a. Plasenta :
- Berbntuk bundar atau hamper bundar dengan diameter 15 – 20 cm dan tebal 2 – 2,5 cm.
- Berat rata – rata 500 gram.
- Letak plasenta umumnya berada di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus.
Terdiri dari 2 bagian, antara lain :
- Pars maternal, bagian plasenta yang menempel pada desidua, terdapat kotiledon
rata – rata 20 kotiledon . Dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan
janin. - Pars fetal : terdapat talipusat
b. Talipusat Struktur talipusat :
- Terdiri dari 2 arteri umbilicus dan 1 vena umbilicus. - Bagian luar talipusat berasal dari lapisan amnion.
- Didalamnya terdapat jaringan yang lembek yang dinamakan selai warthon.
- Panjang rata – rata 50 cm. c.Air ketuban
Struktur amnion: - Volume pada kehamilan cukup bulan kira – kira
500 – 1000 cc.
- Berwarna putih keruh, berbau amis dan terasa manis.
- Reaksinya agak alkalis sampai netral. - Komposisinya terdiri atas 98 air, dan sisanya
albumin, urea, asam uric, kreatinin, sel -sel epitel, lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.
2. Jalan Lahir Passage
Jalan lahirterdiri dari bagian tulang pelvis dengan sendi-sendinya bagian lunak terdiri dari otot-otot pelvis, jaringan-jaringan
ligament-ligament. a. Bidang Hodge
Bidang-bidang hodge di pelajari untuk menentukan sampai dimana bagian terendah janin turun dalam panggul dalam
persalinan. Bisa dilakukan melalui pemeriksaan dalam vagina toucher VT
Bidang hodge : i.
Hodge I : ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium. Bidang ini dibentuk pada
lingkaran pintu atas panggul. ii.
Hodge II : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi bagian bawah simfisis.
iii. Hodge III : ialah bidang yang sejajar dengan bidang
hodge I dan II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang hodge III ini disebut juga
bidang O. kepala yang berada diatas 1 cm disebut -1 atau sebaliknya.
iv. Hodge IV : ialah bidang yang sejajar dengan bidang
hodge I, II, III, terletak setinggi os. Koksigis. Prawirohardjo, 2010 Hal:195.
Tabel 2.7 Penurunan kepala janin saat persalinan
2 Periksa luar Periksa dalam
Keterangan
= = 55 Kepala di atas
PAP,Mudah di gerakkan
= 45 H I-II
Sulit di gerakkan, bagian terbesar
kepala belum masuk panggul
=35 H II-III
Bagian terbesar kepala belum masuk
panggul
=25 H III +
Bagian terbesar kepala sudah masuk
panggul
=15 H III- IV
Kepala di dasar panggul
=05 H IV
Di perineum
3. Kekuatan Power
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,kontraksi otot-otot perut,kontraksi diafragma, dan asli dari ligamen
kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his,sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran
ibu. His adalah kontaksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada
bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai,sudah ada kontaksi rahim yang disebut his. His dibedakan sebagai berikut.
a. His pendahuluan atau his palsu yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontaksi dari Brexton hicks.
b. His persalinan
Suatau kontaksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat
nyeri.
4. Psikologi
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran, anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi langkah–langkah yang mungkin akan
sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu.
5. Penolong
Peran dari penolong persalin adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin,dalam
hal ini tergantung dari kemampun dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
Rohani dkk,2011
2.2.7. Perubahan Fisiologis dalam Persalinan
2.2.7.1 Tekanan darah Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 15 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg.
Pada waktu-waktu diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari
terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran
dapat semakin meningkatkan tekanan darah. 2.2.6.2 Metabolisme
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ansietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat
dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
2.2.6.3 Suhu Meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan, yang dianggap normal ialah peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0.5
sampai 1 Celcius.
2.2.6.4 Denyut Nadi Perubahan yang mencolok selama kontaksi diserta
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi
diantara kontaksi, dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan
yang mencolok selama puncak kontaksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang. Frekuensi
denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan. 2.2.6.5 Pernafasan
Sedikit peningkatan pernafasan masih normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi. 2.2.6.6 Perubahn pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada
posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan. Sedikit proteinuria renik 1+
umun ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah wanita bersalin. Proteinuria 2+ dan lebih adalh data abnormal.
2.2.6.7 Perubahan Pada saluran Cerna
Motilitas dan absorbs lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan
lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan ambat sehingga waktu pengosongan
lambung menjadi lebih lama
2.2.6.8 Perubahan Hematologi Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr 100 ml selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selam kala I persalinan sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata
15.000 pada saat pembukaa lengkap. Tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah in. gula darah menurun selama persalinan, menurun
drastic pada persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka.Varney.2007
2.2.8. Partograf 2.2.8.1 Definisi
Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupaka
alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala I. Kegunaan partograf yaitu untuk mencatat
observasi dan kemajuan persalinan, mendeteksi apakah proses peralinan berjalan secara normal. Bagian-bagian partograf terdiri
dari kemajuan persalinan pembukaan serviks, turunnya bagian terendah dan kepala janin, dan kontraksi uterus, kondisi janin
denyut jantung janin, warna dan volume air ketuban, dan moulase kepala janin, san kondisi ibu tekanan darah, nadi, suhu
badan, serta volume urine, obat dan cairan Sumarah, 2009. Cara mencatat temuan pada partograf yaitu observasi
dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang masih dalam fase laten, maka hasil observasi ditulis dilembar observasi bukan pada
partograf, karena partograf dipakai setelah ibu masuk fase aktif yang meliputi identifikasi ibu, kondisi janin, dan kemajuan
persalinan. Identifikasi ibu meliputi nama, umur, gravida, para, abortus, nomor rekam medis nomor klinik, tanggal dan waktu
mulai dirawat, waktu pecahnya ketuban. Kondisi janin meliputi denyut jantung janin DJJ, warna dan adanya air ketuban, dan
penyusupan moulase kepala janin. Kemajuan persalinan meliputi dilatasi serviks,penurunan bagian terendah janin, dan
kontraksi uterus his Sumarah, Widyastuti dan Wiyati, 2009.
2.2.8.2 Penggunaan Partograf
World Health Organization WHO, 2000 telah memodifikasi partograf agar lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Fase
laten telah dihilangkan, dan pencatatan pada partograf dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4 cm.
Partograf harus digunakan untuk 1 semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai
elemen penting asuhan persalinan; 2 semua tempat pelayanan persalinan rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit,
dan lain-lain; 3 semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran spesialis
Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen, dan Mahasiswa kedokteran.
2.2.8.3 Halaman Depan Pertograf
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur dan
kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk :
1 Informasi tentang ibu, meliputi Nama, Umur; Gravida, Para, Abortus; Nomor catatan mediknomor Puskesmas; Tanggal
dan waktu mulai dirawat atau jika di rumah: tanggal dan waktupenolong persalinan mulai merawat ibu.
2 Waktu pecahnya selaput ketuban.
3 Kondisi janin, meliputi DJJ denyut jantung janin
2.2.8.4 Landasan
Partograf WHO telah dirancang oleh suatu kelompok kerja informal yang meneliti hampir semua karya yang dipublikasikan
tentang partograf dan desainnya yang berlandaskan prinsip- prinsip:
a Fase aktif persalinan dimulai pada pembukaan 4 cm. b Fase laten persalinan harus berlangsung tidak lebih dari 8
jam. c Fase aktif, kecepatan pembukaan tidak boleh lebih lambat
dari 1 cmjam. d Tenggang waktu 4 jam antara melambatnya persalinan dan
diambilnya tindakan tidak akan membahayakan janin atau ibunya untuk menghindari dari suatu tindakan yang tidak
perlu. e Periksa dalam tidak boleh dilakukan terlalu sering. Dalam
suatu praktek kedokteran yang baik direkomendasikan setiap 4 jam.
Sebaiknya memakai partograf yang sudah ada garis waspada dan garis tindakan.
2.2.8.5 Komponen-komponen
a. Kemajuan persalinan
a Pembukaan serviks Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam lebih
sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit.Tanda “X” harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Yang harus diperhatikan dalam pengisisan kolom
pembukaan serviks ini dalah : 1. Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan
serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks.
2. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks hasil periksa dalam dan cantumkan tanda “ X” pada
ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan gris waspada.
3. Hubungkan tanda “ X “ dari setiap pemeriksaann dengan garis utuh tidak terputus.
b Penurunan Bagian Terbawah Janin. Dilakukan setiap kali melakukan periksa dalam setiap 4
jam, atau lebih sering jika ditemukan tanda-tanda penyulit. Tapi adakalanya, penurunan bagian terbawah
janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm
cTulisan “Turunnya Kepala” dan garis tidak terputus 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan
serviks. Berikan tanda “O“ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil
pemeriksaan palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 45 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4.
Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
d Garis Waspada dan Garis Bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm
dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per
jam. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada pembukaan kurang adri 1 cm per
jam, maka harus dipertimbangkan adanya penyulit. Garis bertindak tertera sejajar dan disebelah kanan
berjarak 4 jam garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis
bertindak maka hal ini menunjukan perlu dilakukan
tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus sudah ada di tempat rujukan.
e Kontraksi Uterus Dibawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak
dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan
kontrraksi. Nyatakan lamanya kontraksi dengan :
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontarksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
b. Keadaan Janin