Nilai Apgar Score Penanganan Bayi Baru Lahir

2.4.2 Nilai Apgar Score

Skor Apgar atau nilai Apgar sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran.Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. yang di nilai Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration. Tabel 2.10 Apgar Score Komponen SKOR 1 2 Frekuensi Jantung Tidak ada 100 xm 100xm Kemampuan Bernafas Tidak ada Lambattidak teratur Menangis kuat Tonus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuatmelawan Warna kulit Birupucat Tubuh kemerahanekstre mitas biru Seluruh tubuh kemerahan Paula Kelly, M.D. 2010

2.4.3. Penanganan Bayi Baru Lahir

2.4.2.1 Penanganan Bayi Baru Lahir 1. Membersihkan jalan nafas Pertolongan untuk membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut: a Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. b Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menengkuk, posisi kepala harus lurus sedikit mengadah ke belakang. c Bersihkan hidung, rongga, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan kasa steril. Wiknjosastro, 2008 2. Memotong dan merawat tali pusat Pemotongan dan pengikatan tali pusat pada bayi baru lahir normal dilakukan segera sekitar 2 menit setelah bayi lahir atau setelah bidan menyuntikan oksitosin kepada ibu. Hal ini dilakukan untuk member cukup waktu bagi tali tali pusat mengalirkan darah kaya zat besi kepada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting bayi dengan gunting steril. Sebelumnya tali pusat telah diklem dengan baik, lalu tali pusat diikat dengan pengikat steril. Jangan membungkus pusat atau perut serta jangan mengoleskan bahan atau ramuan apapun atau kepuntung tali pusat, dan dianjurkan untuk tidak memberikan apapun pada tali pusat bayi. Wiknjosastro, 2008 3. Mempertahankan suhu tubuh pada bayi Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui proses konveksi, konduksi, evaporasi, dan radiasi. Setelah bayi baru lahir, upayakan mencegahnya hilangnya panas dari tubuh bayi, hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a Mengeringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan kainhanduk kering. b Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu kekulit bayi. Letakkan bayi tengkurap pada dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel kedadaperut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling sedikit 1 jam. Prawirohardjo, 2010. c Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi dikepala bayi. Bagian kepala bayi lebih luas permukaan yang relative luas dan bayi akan cepat kehilangan panas jika bagin tersebut tidak ditutup. d Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian. Tunda untuk memandikan bayi sehingga sedikitnya 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi setelah beberapa jam pertama dapat mengarah pada kondisi hipotermia yang dapat membahayakan keselamatan pada bayi. e Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Wiknjosastro, 2008 4. Memberi vitamin K1 Untuk mencegah terjadinya pendarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberikan injeksi 1 mg secara IM setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui. Wiknjosastro, 2008 5. Upaya profilaksis terhadap gangguan pada mata Bayi biasa diberikan ASI dan “bertemu’’ dengan ibu dan keluarganya sebelum mendapatkan tetes mata profilaktif larutan perak nitrat 1 atau salep salep tetraksilin 1 atau salep mata eritromisin 0,5 tetes mata atau salep antibiotic tersebut harus diberikan pada satu jam pertama kelahirannya. Wiknjosastro,2008 6. Memulai pemberian ASI dengan Inisiasi Menyusui Dini IMD Prinsip menyusu adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segara setelah bayi baru lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarlah kontak kulit kekulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusui sendiri. Langkah IMD antara lain : 1 Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segara setelah bayi lahir. 2 Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bayinya siap menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan. Menunda prosedur lainnya seperti menimbang, memberikan injeksi vitamin K, hingga dilakukan IMD. Muslihatun, 2010 7. Memulai pemberian ASI secara dini akan dapat : a Merangsang produksi air susu ibu. b Memperkuat repleks menghisap repleks menghisap awal pada bayi, paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh yang positip bagi kesehatan bayinya. c Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum d Merangsang kontraksi uterus. Muslihatun, 2010 8. Pedoman umum untuk saat menyusui : a Mulai menyusui segera setelah lahir dalam 30 menit pertama. b Jangan memberikan makanan atau minuman lain pada bayi yang baru lahir kecuali ASI dan ada indikasi yang jelas atas alas an-alasan medis yang jelas, berikan ASI selama 6 bulan pertama dalam kehidupannya. c Berikan ASI pada bayi sesuai kebutuhannnya baik siang maupun malam delapan kali atau lebih dalam 24 jam selama bayi menginginkannya. Wiknjosastro, 2008 . d Sebagian besar bayi tidak banyak mendapat nutrisi selama 3 atau 4 hari pertama, mereka akan secara progresif kehilangan berat badan sampai mendapat ASI atau makanan lain secara lancar. Disamping itu dalam tiga hari pertama bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, sedang cairan yang masuk belum cukup. e Jika bayi normal mendapat makanan dengan benar, berat lahir biasanya dicapai kembali pada akhir hari ke-10. kemudian berat biasanya terus meningkat dengan kecepatan sekitar 25 grhari selama beberapa bulan pertama. Wiknjosastro, 2008.

2.4.4. Pemantauan Bayi Baru Lahir