BAB II TINJAUAN TEORITIS asuhan kebidanan Komprehensif dengan anemia ringan

(1)

2.1 Asuhan Kehamilan

2.1.1. Definisi Kehamilan

Definisi dari masa kehamilan dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2006). Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih 300 hari (43 minggu).(Prawirohardjo, 2010).

Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester: Trimester pertema, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu); Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan(12-28 minggu); Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu). Antenatal care adalah asuhan yang diberikan ibu sebelum persalinan dan prenatal (JHPIEGO. 2003:7).

2.1.2. Tanda-tanda Kehamilan

2.1.2.1 Tanda – tanda presumptive

a. Amenorea (tidak mendapat haid).

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan


(2)

dan taksiran tanggal persalinan (TTP),yang di hitung dengan menggunakan rumus dari naegle:

TT= (hari HT+7) dan (bulan HT-3)dan (tahun HT+1) b. Mual dan muntah (nausea and vomiting)

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.karena sering terjadi pada pagi hari,disebut morning sickness(sakit pagi).apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan,disebut hiperemesis gravidarum.

c. Mengidam (ingin makan khusus)

Ibu hamil sering meinta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.mereka juga tahan suatu bau-bauan.

d. Pingsan

Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,seorang wnita yang sedang hamil dapat pingsan. e. Tidak selera makan (anreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan,kemudian nafsu makannya timbul kembali. f. Lelah (fatigue)

g. Payudara membesar,tegang,dan sedikit nyeri,disebabkan pengaruh estrogendan progesteron yang merangsang


(3)

duktus dan alveolipayudara.kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

h. Miksi sering,karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.gejala itu akan ilang pada triwulan kedua kehamilan.pada ahkir kehamilan gejala tersebut muncul lagi karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. i. Konstipasi/obstipasikarena tonus otot-ototusus menurun

oleh pengaruh hormon steroid.

j. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,dijumpai dimuka (chloasma gravidarum),areola payudara,leher,dan dinding perut(linea nigra=grisea). k. Pemekaran vena-vena(varises)dapat terjadi pda

kaki,betis,dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir. (mochtar,2013)

2.1.2.2 Tanda-tanda kemungkinan hamil a. Perut membesar

b. Uterus membesar:terjadi perubahan salam bentuk,besar,dan konsistensi rahim

c. Tanda heger:ditmukan serviks dan isthmus uteri pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu


(4)

d. Tanda Chadwick:perubaha warna menjadi kebiruan yang terlihat di portio,vagina dan labia.Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena meningkatkan kadar estrogen

e. Tanda piskacek:pembesaran dan pelunakan rahim kesalah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine.Biasanya tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.

f. Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang =Braxton-Hicks

g. Teraba ballottement

h. Reaksi kehamilan positif(mochtar,2013)

2.1.2.3 Tanda pasti (tanda positif)

a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin

b. Denyut jantung janin

 Didengar dengan stetoskop

 Dicatat dan didengar dengan alat Doppler  Dicatat dengan feto-elektrokardiogram  Dilihat dengan ultasonografi


(5)

2.1.3. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan 2.1.3.1 Sistem Reproduksi dan Payudara

1. Perubahan uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawa pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar, sebesar telur bebek, pada 12 minggu sebesar telur angsa. Pada 16 minggu sebesar kepala bayi/tinju orang dewasa, dan semakin membesar sesuai dengan usia kehamilan dan ketika usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal, pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri 25 cm pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu TFU turun kembali dan terletak 3 jari dibawah prosesus xyfoideus.

Posisi rahim dalam kehamilan : Awal kehamilan Ante atau Retrofleksi; Akhir bulan kedua uterus teraba satu sampai dua jari di atas simphisis pubis keluar dari rongga panggul; Akhir 36 minggu 3 jari dibawah procesus xypidieus; Uterus yang hamil sering berkontraksi tanpa rasa nyeri juga kalau disentuh pada waktu pemeriksaan (palpasi) konsistensi lunak kembali; Kontraksi ini disebut kontraksi Braxton Hichs; Merupakan kehamilan mungkin dan untuk menemukan anak


(6)

dalam kandungan atau tidak; Kontraksi sampai akhir kehamilan menjadi his (Prawirohardjo, 2010).Mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, maka diperoleh :

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri

22-28 mg 28 mg 30 mg 32 mg 34 mg 36 mg 38 mg 40

24-25 cm di atas simfisis 26,7 cm di atas simfisis 29,5 – 30 cm di atas simfisis 29,5 – 30 cm di atas simfisis 31 cm di atas simfisis 32 cm di atas simfisis 33 cm di atas simfisis 37,7 cm di atas simfisis


(7)

mg

(Sumber : Mochtar, 2011)

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri

Usia Kehamilan Tinggi fundus

Dalam cm TFU

12 minggu - 1/3 diatas simpisis

16 minggu - ½ simpisis-pusat

20 minggu 20cm (±2cm) 2/3 diatas simpisis 24 minggu Usia kehamilan dalam

minggu = (±2cm) Setinggi pusat 28 minggu 28cm(±2cm) 1/3 diatas pusat 34 minggu Usia kehamilan dalam

minggu = (±2cm)

½ pusat-prosessus xifoideus

40 minggu 36cm (±2cm) 2 jari dibawah prosessus xifoideus

(Prawiroharjo,2006)


(8)

Serviks yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot tidak mempunyai fungsi sebagai sfingter pada multipara dengan portio yang bundar, porsio tersebut mengalami cedera lecet dan robekan, sehingga post partum tampak adanya porsio yang terbelah-belah dan menganga. Perubahan ditentukan sebulan setelah konsepsi, perubahan kekenyalan tanda Goodel serviks menjadi lunak warna menjadi biru, membesar (oedema) pembuluh darah meningkat, lendir menutupi oestium uteri (kanalis servikalis) serviks menjadi lebih mengkilap (Prawirohardjo, 2010)

3. Segmen Bawah Uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthmus uteri. Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-minggu terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung Presenting part janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan terjadi (Farrer, 2001).


(9)

Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyari di sepanjang kehamilan. Kontaksi ini barang kali membantu sirkulasi darah dalam plasenta (Farrer, 2001). 5. Vagina dan Vulva

Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak lebih merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina: membiru karena pelebaran pembuluh darah, PH 3.5-6 merupakan akibat meningkatnya produksi asam laktak karena kerja laktobaci Acidophilus, keputihan, selaput lendir vagina mengalami edematus, Hypertropy, lebih sensitif meningkat seksual terutama triwulan III (Prawirohardjo, 2010).

Pada awal kehamilan, vagina dan serviks memiliki warna merah yang hampir biru (normalnya, warna bagian ini pada wanita yang tidak hamil adalah merah muda). Warna kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormon progesteron (Farres, 2001).

6. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta dan kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter


(10)

kira-kira 3 cm. Lalu ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxing, suatu immunoreaktif inhibin dalam sirkulasi maternal. Relaxing mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.

7. Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak hingga mammae menjadi lebih besar. Apabila mammae akan membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti seluruh areola mammae akan hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari putting susu dapat keluar cairan berwana putih agak bening disebut colostrum.

Perubahan pada payudara yang membawa kepada fungsi laktasi disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen, progesteron, laktogen plasenta dan prolaktin. Stimulasi hormonal ini menimbulkan proliferasi jaringan, dilatasi pembuluh darah dan perubahan sekretorik pada payudara. Sedikit pembesaran payudara, peningkatan sensivitas dan rasa geli mingkin dialami, khususnya oleh primigravida pada kehamilan minggu keempat, cairan yang jernih ditemukan


(11)

dalam payudara pada usia kehamilan 4 minggu dan kolostrum dapat diperah keluar pada usia kehamilan 16 minggu (Farrer, 2001).

2.1.3.2 Sistem Endokrin, Kekebalan, Perkemihan 1. Sistem Endokrin

Selama berminggu-minggu pertama, korpus luteum dalam ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron, fungsi utamanya pada stadium ini adalah untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel trofoblast menghasilkan hormon korionik gonadotropin yang akan mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembang penuh dan mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus luteum.

Perubahan endokrin lainnya: sekresi kelnjar hipofisis umumnya menurun, dan penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi semua kelanjar endokrin (khususnya kelenjar tiroid, paratiroid dan andrenal). Kadar hormon hipofise, prolaktin meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir kehamilan, namun fungi prolaktin dalam


(12)

memicu laktasi disupresi sampai plasenta dilahirkan dan kadar estrogen menurun (Prawirohardjo, 2010).

2.1.3.3 Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang kearah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal.Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan. ( Prawirohardjo, 2010 ).

2.1.4. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan

Menurut Yuklandari (2012) Perubahan psikologis dapat diidentifikasi sebagai berikut:

2.1.4.1 Trimester pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap


(13)

kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan. 2.1.4.2. Trimester Kedua

Pada usia kehamilan 16-28 minggu ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan dalam meningkatnya libido dan kepuasan seks.

2.1.4.3. Trimester Ketiga

Pada usia kehamilan 39-40 minggu seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya. Rasa tidak nyaman timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh, berantakan, canggung dan jelek sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya, disamping itu ibu mulai sedih karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif).


(14)

2.1.5. Kebutuhan Dasar pada Ibu Hamil

2.1.5.1 Kebutuhan fisik ibu hamil trimester I, II, III 1. Oksigen

Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu udara yang bersih, tidak kotor atau populasi udara, tidak bau, dsb. Pada prinsipnya hindari ruangan ruangan / tempat yang dipenuhi polusi udara (terminal, ruangan yang sering dipergunakan untuk merokok).

2. Nutrisi

Ibu yang sedang hamil bersangkutan dengan proses pertumbuhan fetus yang ada di dalam kandungan dan pertumbuhan berbagai organ ibu, pendukung proses kehamilan seperti adneksa mammae, dll.

Makanan diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, buah dada, dan organ lain.

a. Kebutuhan gizi ibu hamil

1) Pada kehamilan trimester I (minggu 1-12) kebutuhan gizi masih seperti biasa.

2) Pada kehamilan trimester II (minggu 12-28) dimana pertumbuhan janin lebih cepat, ibu memerlukan


(15)

kalori + 285 dan protein lebih tinggi dari biasanya 1,5 g/kg BB.

3) Pada kehamilan trimester III (minggu 27-lahir) kalori sama dengan trimester II tetapi naik menjadi 2 g/kg BB.

b. Kenaikan BB selama hamil rata-rata : 9-13,5 kg. 1) Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4kg 2) Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg

3) Kenaikan BB selama TM III : 9,5 kg

Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, buah dada dan kenaikan metabolisme.

c. Anak aterm membutuhkan : 1) 400 gram protein 2) 220 gram lemak 3) 80 gram karbohidrat 4) 40 gram mineral

Uterus dan plasenta masing-masing membutuhkan 550 gram protein. Kebutuhan total protein 950 gram, Fe 0,8 gram dan asam folik 300μ perhari.

Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan


(16)

kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata antara 10-12 kg. Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu turun setelah kehamilan triwulan kedua, haruslah menjadi perhatian.

Tabel 2.3

Kebutuhan nutrisi pada perempuan tidak hamil, hamil, menyusui

Nutrisi Perempuan Tidak

Hamil (15-18 Tahun)

Hamil Menyusui

Makronutrisi

Kalori (Kcal) 2200 2500 2600

Protein (g) 55 60 65

Mikronutrisi

Vitamin larut dalam lemak

A (mg RE) 800 800 1300

D (mg) 10 10 12

E (mg TE) 8 10 12

K (mg) 55 65 65

Vitamin larut dalam air

C (mg) 60 70 95

Folat (mg) 180 400 270


(17)

Ribiflavin (mg) 1,3 1,6 1,8 Tiamin (mg) 1,2 1,5 1,6 Piridoksin B6 (mg) 1,6 2,2 2,1

Kobalamin (mg) 2,0 2,2 2,6

Mineral

Kalsium (mg) 1200 1200 1200

Fosfor (mg) 1200 1200 1200

Iodin (mg) 150 175 200

Iron (mg Fe Iron) 15 30 15

Magnesium (mg) 280 320 355

Zink (mg) 12 15 19 (Prawirohardjo, 2010).

Untuk dapat menentukan tingkat obesitas (tingkat kegemukan) seseorng adalah dengan menggunakan Index Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI), dengan menggunakan Bodi Mass Index lebih mudah mengkatagorikan normal, kurus, atau gemuk. (Paat, 2006) Yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

IMT= Berat Badan(Kg)

Tinggi Badan(m)x Tinggi Badan(m)

Tabel 2.4

Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan Indeks Massa Tubuh


(18)

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah < 19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5

Obesitas > 29 ≥ 7

Gemeli 16 – 20,5

Sumber : Cunningham (2010)

3. Pemerisaan Hb Menurut Manuaba, 2005 yaitu :

Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu pada trimester II dan Trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil. WHO menetapkan Hb normal untuk ibu hamil yaitu 11 gr%. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, sebagai berikut :

a. Hb 11 gr% : Tidak Anemia b. Hb 9-10 gr% : Anemia Ringan c. Hb 7-8 gr% : Anemia Sedang d. Hb <7 gr% : Anemia Berat

Teori lain mengatakan bahwa nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3


(19)

kategori yaitu : normal > 11 gr/dl, ringan 8-9 gr/dl, berat <8 gr/dl. (Sukrisno, 2010)

4. Personal hygiene a. Mandi

Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama untuk perawatan kulit karena pada ibu hamil fungsi ekskresi keringat bertambah. Dan menggunakan sabun yang ringan dan lembut agar kulit tidak teriritasi.

Manfaat mandi :

1) Merangsang sirkulasi 2) Menyegarkan

3) Menghilangkan kotoran yang harus diperhatikan: a) Mandi hati-hati jangan sampai jangan jatuh b) Air harus bersih

c) Tidak terlalu dingin atau terlalu panas

d) Gunakan sabun yang mengandung antiseptik (Pantikawati, 2010)

b. Perawatan gigi

Pemeriksaaan gigi minimal dilakukan satu kali selama hamil. Pada ibu hamil gusi menjadi lebih peka dan mudah berdarah karena dipengaruhi oleh hormon kehamilan yang menyebabkan hipertropi. Bersihkan


(20)

gigi dan gusi dengan benang gigi atau sikat gigi dan boleh memakai obat kumur.

Cara merawat gigi :

1) Tambal gigi yang berlubang 2) Mengobati gigi yang terinfeksi 3) Untuk mencegah gigi caries :

a) Menyikat gigi dengan teratur

b) Membilas mulut dengan air setelah makan atau minum saja

c) Guanakan pencuci mulut yang bersifat alkali atau basa

d) Pemenuhan kebutuhan kaslium c. Perawatan rambut

Rambut harus bersih, keramas satu minggu 2-3 kali d. Payudara

1) Putting harus dibersihkan

2) Persiapan menyusui dengan perawatan putting dan kebersihan payudara.

e. Perawatan vagina/ vulva 1) Celana dalam harus kering

2) Jangan gunakan obat/ penyemprot kedalam vagina. 3) Sesudah BAK/BAB dilap dengan lap khusus


(21)

4) Vaginal touching

Sebaiknya selama hamil tidak melakukan vaginal touching bisa menyebabkan perdarahan atau embolus (udara masuk kedalam peredaran darah) f. Perawatan kuku

Kuku bersih dan pendek g. Kebersihan kulit

Apabila terjadi infeksi kulit segera diobati, dan dalam pengobatan dilakukan dengan resep dokter.

5. Pakaian

Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut dan leher.

a. Stocking tungkai tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi.

b. Pakailah BH yang menyokong payudara, dan harus mempunyai tali yang besar sehingga tidak terasa sakit pada bahu.

c. Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi. d. Pakaian dalam yang selalu bersih. (Pantikawati, 2010) 6. Eliminasi

Masalah eliminasi tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal,


(22)

sehingga daerah kelamin menjadi basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trikomonas) kambuh sehingga mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu sehingga sering di garuk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa) yang memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan sekitar alat kelamin. (Pantikawati, 2010)

7. Seksual

Seksual adalah ekspresi atau ungkapan cinta dari 2 individu / perasaan kasih sayang, menghargai, perhatian dan saling menyenangkan satu sama lain, tidak hanya terbatas pada satu tempat tidur/ bagian-bagian tubuh.

a. Aspek biologis

Berdasarkan hasil penelitian ada perbedaan respon psikologis terhadap sex anatara wanita hamil dan wanita tidak hamil.

Ada 4 selama siklus respon seksual 1) Fase gairah seksual (exitment)


(23)

b) Nulipara/ wanita tidak hamil, pembesaran labia mayora sama.

c) Multipara lebih besar daripada nulipara. 2) Fase plateu

a) Lanjutan dari fase gairah seksual menuju orgasmus. Terjadi perubahan warna kulit dari labia minora berwarna merah menjadi merah tua bahkan keunguan bersamaan dengan terjadinya orgasmus.

b) Umumnya pada wanita hamil dan wanita tidak hamil fase ini sama.

3) Fase orgasmus (Saryono, 2010). 8. Istirahat / Tidur

Beberapa wanita mempunyai kekhawatiran mengenai posisi tidur dan kebiasaan tidur selama kehamilan. Beberapa ini mengetahui apakah mereka boleh tidur tengkurap. Dengan semakin berkembang kehamilan, anda akan sulit memperoleh posisi tidur yang nyaman. Cobalah untuk tidak berbaring terlentang sewaktu tidur (Pantikawati, 2010). 9. Imunisasi

Vakin adalah substensi yang diberikan untuk melindungi dari zat asing (infeksi).


(24)

Ada 4 macam vaksin :

a. Toksoid dari vaksin yang mati. b. Vaksin virus mati.

c. Virus hidup

d. Preparat lobulin imun (Pantikawati, 2010).

2.1.6. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obsetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan meonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo,2010).

1. Melakukan palpasi abdomen ( uterus) 1)Leopold 1

- Menghitung usia kehamilan dengan mengukur tfu - Menentukan bagian tubuh janin yang berada di fundus uteri

2) Leopold II

- Menentukan situs janin ( letak membujur, letak melintang atau letak sungsang)

- Menentukan letak punggung janin ( kanan / kiri) serta bagian kecil janin


(25)

- Menentukan bagian tubuh janin yang berada dibawah - Menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk PAP

4) Leopold IV

- Dilakukan bila hasil leopold III sudah masuk PAP

- Menentukan seberapa dalam masuknya bagian tersebut kedalam PAP

1) Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:

a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.

b. Mengupayakanterwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.

c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan bayi yang di kandungnya.

d. Mengidentifikasi dan menatalaksanakan kehamilan risiko tinggi. e. Memberikan pendidikan kesehatan yang yang diperlukan dalam

menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.

f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya (Prawirohardjo, 2010).


(26)

2) Tujuan Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Penting bagi bidan untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologis kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan:

a. Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu

b. Melakukan pendekatan yang holistik dalam memberikan asuhan kepada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan individualnya

c. Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat bagi ibu dan keluarganya

d. Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat mereka mampu menentukan pilihan berdasarkan informasi tentang kehamilan dan kelahiran

e. Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan, mendukung hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang sesuai dengan kebutuhannya sendiri dan keluarganya

f. Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat dalam tim multidisiplin

g. Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan kelahiran, dan membuat rencana persalinan


(27)

h. Memfasilitasi ibu dalam membuat pilihan berdasarkan informasi tentang metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan saran yang tepat dan sensitif untuk mendukung keputusannya i. Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam

suatu program terencana atau secara perorangan

j. Bekerja sama dengan organisasi lain ( Fraser and Cooper 2009:248)

3) Tujuan Antenatal Care

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayinya.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta sosial ibu dan bayi.

c. Menenemukan sejak dini bila ada masalah atau gangguan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan. d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat,

baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI

ekslusif berjalan normal.

f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Asrinah, dkk.2010).


(28)

4) Pelayanan asuhan standar minimal termasuk “10T”: 1)Timbangan berat badan dan ukur Tinggi badan

Kenaikan berat badan wanita hamil akan naik diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg atau dengan kata lain ibu mengalami kenaikan berat badan 0,5 kg/minggu (Wiknjosastro, 2006). Pengukuran berat badan berguna untuk mengetahui apakah ibu cukup gizi atau tidak, sedangkan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui apakah panggul ibu cukup besar untuk proses persalinan normal. Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil atara lain yaitu > 145 cm. Kenaikan BB selama hamil rata-rata : 9-13,5 kg. Kenaikan BB selama TM I : min 0,71,4kg

a) Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg b) Kenaikan BB selama TM III : 9,5 kg 2) Ukur Tekanan darah

Untuk mendeteksi dini terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Tekanan darah yang normal 110/80–140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 perlu di waspadai adanya preeklamsi.

3) Ukuran Tinggi Fundus Uteri

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid


(29)

terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang

dicantumkan dalam HPHT.

Tafsiran Berat Janin (TBJ) menurut Widjanarko, 2007 untuk memperkirakan berat janin menggunakan rumus Jhonson Tausack yaitu :

Keterangan:

X : Tinggi Fundus Uteri dalam (centimeter). N : 12 = bila bagian terendah janin diatas Spina

Ischiadica.

11 = bila bagian terendah janin dibawah Spina Ischiadica.

K : 155.

4) Pemberian Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Lengkap.

Imunisasi selama hamil yaitu minimal 2 kali, TT 1 pada usia kehamilan 16 minggu TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT 1. (Saifuddin, 2009)

Tabel 2.5 Imunisasi TT

Antigen Interval (selang waktu Lama perlindungan % perlindungan Tafsiran berat janin (gram) : K x (X-n) ±10%


(30)

minimal)

TT1 Pada kunjungan antenatal pertama

-

-TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun * 80

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup

99

Keterangan : *artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN / Tetanus Neonatorum.(Saifuddin, 2006)

5) Pemberian Tablet Zat Besi

Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan. Membantu Hb dan protein dalam sel darah merah membawa O2 kedalam jaringan tubuh, sehingga membantu mencegah anemia dan perdarahan saat persalianan serta mencegah cacat janin. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan


(31)

menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil. (Manuaba, 2007). 6) Nilai Status Gizi (IMT)

Penilaian status gizi ibu hamil dapat ditentukan dari Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :

Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah < 19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5

Obesitas > 29 ≥ 7

Gemeli 16 – 20,5

Sumber : Cunningham (2010)

7) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

Pemeriksaan DJJ adalah salah satu cara untuk memantau janin. Pemeriksaan DJJ harus dilakukan pada ibu hamil. DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ:

Takikardi berat : detak jantung diatas 180x/menit Berat Badan (kg)

IMT [Tinggi Badan (m)]2


(32)

Takikardi ringan : antara 160-180x/menit Normal : antara 120-160x/menit

Bradikardi ringan : antara 100-119x/menit Bradikardi sedang :antara 80-100x/menit

Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit (Pantikawati, 2010)

8) Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) menurut (Manuaba, 2010) yaitu pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu pada trimester II dan III, sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian prefarat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil. WHO mendapatkan Hb normal untuk ibu hamil yaitu 11 gr%. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, sebagai berikut:

Hb : 11 gr% tidak anemia

Hb : 9-10 gr% anemia ringan Hb : 7-8 gr% anemia sedang Hb : <7 gr% anemia berat

Dosis : 60 mg per hari elemental besi dan 50 mg%, asam folat untuk profilaksis anemia. Jika diduga anemia berikan 2-3 kali per hari. Dan untuk anemia sedang berikan Fe 600-1000 mg dengan


(33)

suplemen besi 60 mg per hari. Sulfat ferosus 200 mg dan asam folat 0,25 mg dosis 2 kali per hari.(Tarwono, 2007)

9) Tatalaksana kasus

Memberikan penyuluhan tentang perawatan dini selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam peratwatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang di sampaikan oleh ibu dengan penuh nikmat, beri nasehat rujuk bila diperlukan. (Prawiirohardjo, 2010) 10)Temuwicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. (Depkes RI, 2009)

4) Kebijakan program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan :

a Satu kali pada triwulan pertama b Satu kali pada triwulan kedua

c Dua kali pada triwulan ketiga (Saifuddin, 2006. Hal : 90). 5) Asuhan perkunjungan K1 sampai dengan K4

a. Kunjungan 1 (0-16 minggu)


(34)

- Perencanaan persalinan

- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan b. Kunjungan 2 (24-28 minggu) dan Kunjungan 3 (32 minggu) - Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan

- Penapisan Pre-Eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.

- Mengulang perencanaan persalinan. c. Kunjungan 4 (36 minggu)

- Sama seperti kegiatan kunjungan 2 dan 3. - Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi. - Memantapkan rencana persalinan.

- Mengenali tanda – tanda persalinan. (Saifuddin, 2009) 6) Ketidaknyamanan yang umum selama kehamilan

1. Sakit kepala: normal jika nyerinya ringan-sedang danberkurang dengan beristirahat atau dengan obat. Tanda bahaya adalah jika sakit yang hebat, tidak berkurang atau hilang dengan beristirahat atau dengan obat, dan di sertai dengan perubahan visual. Mungkin merupakan suatu tanda pre-eklamsi.

2. Nyeri ligamentum rotundum: normal jika rasa nyeri akutnya berlangsung beberapa menit dan dapat berkurang dengan bersandar. Tanda bahaya adalah jika ibu mengalami nyeri abdomen yang menetap. Mungkin merupakan tanda appendisitis, penyakit radang


(35)

pelviks, kehamilan ektopik, abortus, persalinan preterem, gastritis, penyakit kandung empedu, iritasi uterus. Abrusio plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.

3. Bengkak: normal jika hanya didaerah kaki dan biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang dan setelah beristirahat dengan kaki ditinggikan. Merupakan tanda bahaya jika muncul dimuka dan tangan, tidak kurang dengan beristirahat, dan disertai dengan keluhan keluhan fisik lain. Mungkin suatu tanda anemia, gagal jantung atau pre-eklamsia.

4. Rasa panas dalam perut (heart burn): normal jika berhubungan dengan makanan dan akan berkurang setelah makan sedikit makanan, mengurangi makanan berlemak, atau menggunakan antasid. Tanda bahaya jika menjadi nyeri ulu hati atau nyeri abdomen yang menetap. Mungkin merupakan tanda pre-eklamsia.

5. Kram pada kaki: Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas atau menekuk kaki ke arah yang berlawanan.

6. Peningkatan pengeluaran (cairan) pervaginam: normal jika pengeluaran tersebut encer berwarna putih, tidak berbau. Tanda bahaya jika ada perdarahan pervaginam yang berwarna merah dan,


(36)

banyak, bergumpal, dan dapat terasa sakit atau tidak sakit. Pada awal kehamilan mungkin suatu keadaan abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan mungkin suatu tanda dari plasenta previa atau abrupsio plasenta (Saifuddin, 2009).

7. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan yaitu : a. Terjadinya perdarahan pervaginam

Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta.(Asrinah dkk, 2010 Hal : 153) b. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia. (Asrinah dkk, 2010 Hal: 154) c. Penglihatan kabur

Biasanya pengaruh hormonal,ketajaman penglihatan ibu berubah selama kehamilan. Perubahan yang ringan adalah normal,tetapi masalah penglihatan ini terjadi secara medadak ataupun taba-tiba,


(37)

misalnya pandangan menjadi kabur perlu diwaspadai karena bisa mengacu pada tanda kehamilan. (Asrinah dkk,2010 Hal: 154) d. Bengkak diwajah dan jari- jari tangan

Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki, biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki.

(Asrinah dkk,2010 Hal: 154) e. Keluar cair pervaginam

Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan baerlangsung, yang disebabkan karena berkurang nya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus. (Asrinah dkk, 2010 Hal: 154)

f. Gerakan janin sudah dirasakan oleh ibu pada kehamilan bulan ke-5 atau ke-6. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 1 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. (Asrinah dkk, 2010 Hal: 154 )

g. Masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat(Asrinah dkk,2010 Hal : 155)


(38)

Bila sebagian besar ibu pada masa reproduksi belum pernah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid (TT) pada masa anak ataupun sebelum kehamilan, direkomendasikan untuk melakukan imunisasi pada kunjungan pertama kehamilan (TT1) dan dosis kedua (TT2) paling sedikit 4 minggu setelah pemberian TT1.

( Prawirohardjo, 2010 ). h. Index masa tubuh (IMT)

Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Analisis dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa berat badan yang bertambah berhubungan dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan dalam lebih dirasakan pada ibu primigravida untuk menambah berat badan pada masa kehamilan(Asrinah dkk,2010 Hal: 69).

2.1.7 Standar Pelayanan Kebidanan

Standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar yaitu:

A. Standar pelayanan Umum (2 standart) B. Standar pelayanan Antenatal (6 standart) C. Standar pelayanan Persalinan (4 standart) D. Standar pelayanan Nifas (3 standart)


(39)

A.Standar Pelayanan Umum

1. Standar 1: yaitu Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan dan menjadi calon orang tua, persalinan dan nifas).

Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang yang bertanggungjawab.

Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat dan perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat. Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan diketahui oleh masyarakat dan ibu.

2. Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan yang dilakukannya , yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan


(40)

ibu dan bayi baru lahir .Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya.

Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan, menggunakan dan mempelajari data untuk pelaksanaan penyuluhan , kesinambungan pelayanan dan penilaian kerja.

Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan pencatatan dan pelaporan yang maksimal adalah sebagai berikut :

a) Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil dapat tercatat

b) Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa pulang.Dan memberitahu ibu agar membawa buku tersebut setiap pemeriksaan.

c) Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat pada patograf.

d) Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala .

Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu terlaksananya pencatatatn dan pelaporan yang baik. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan , kelahiran bayi dan pelayanan kebidanan.

B. Standar Pelayanan Antenatal

1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu,suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.


(41)

Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.

Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contohnya sebagai berikut

a) Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur b) Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil

c) Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan kehamilan.

Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala kehamilan.Ibu,suami, masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan dengan risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi , PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.

Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.Deteksi dini dan penanganan


(42)

komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

3. Standar 5 : Palpasi abdominal

Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah ,memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu.

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.

Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.

4. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.


(43)

Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.

5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan mencatatnya.Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

6. Standar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih


(44)

dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan .

C. Standar Pelayanan Persalinan

1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.


(45)

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.

Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan pertolongan yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama.

2. Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat .disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat persalinan.

Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.

Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih dan aman.Menigkatnya kepercayaan masyarakat kepada bidan.Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan.Menurunnya angka sepsis puerperalis.

3. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk


(46)

mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.

Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga.

4. Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi

Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum.

Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua .

D. Standar Pelayanan Nifas

1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.


(47)

Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.

Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.

2. Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.

3. Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa


(48)

nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

E.Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal

1.Standart 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester Tiga

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester tiga. Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang, dan meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.

2. Standar 17 : Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia

Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama.

Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai.Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.


(49)

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia.Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat.Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

3. Standar 18 : Penanganan Kegawat daruratan Pada Partus Lama / macet.

Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk untuk persalinan yang aman.

Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus lama/macet.

Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet.

4. Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraksi Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan janinnya.

Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan tertentu.Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan


(50)

atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat .

5. Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.

Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta .

Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta.Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.

6. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuannya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum primer/ atoni uteri.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.

7. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk


(51)

penyelamatan jiwa ibu atau merujuk. Tujuannya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.

Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemukan secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat.

8. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis

Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, melakukan perawatan dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat .hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat .penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.

9. Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum

Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat.

Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan.


(52)

2.1.8 Anemia

2.1.8.1 Konsep Dasar Anemia 1. Pengertian

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemiglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.

Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.

Anemia secara laboratorik yaitu keadaan apabila terjadi penurunan dibawah normal kadar hemoglobi, hitung eritrosit dan hemotokrit(packedredcell) (I Made Bakta, 2003).

2. Kriteria Anemia

Penentuan anemia pada seseorang bergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat tinggal.

Kriteria anemia menurut WHO adalah:

Laki-laki dewasa : Hemoglobin < 13 g/dl Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin < 12 g/dl


(53)

Wanita hamil : Hemoglobin < 11 g/dl Anak umur 6-14 tahun : Hemoglobin < 12 g/dl Anak umur 6 bulan-6 tahun : Hemoglobin < 11 g/dl Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah

1. Hemoglobin < 10 g/dl 2. Hemotokrit < 30 % 3. Eritrosit <2,8 juta/mm3 (I Made Bakta, 2003) 3. Derajat Anemia

Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO: a. Ringan sekali : Hb 10 g/dl – Batas normal

b. Ringan : Hb 8 g/dl - 9,9 g/dl c. Sedang : Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl d. Berat : Hb < 6 g/dl

Departemen Kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut:

a. Ringan sekali : Hb 11 g/dl – Batas normal b. Ringan : Hb 8 g/dl - < 11 g/dl c. Sedang : Hb 5 g/dl - < 8 g/dl d. Berat : Hb < 5 g/dl


(54)

Tabel 2.6

Kadar hemoglobin pada perempuan dewasa dan ibu hamil menurut WHO

Jenis Kelamin Hb Normal

Hb Anemia kurang dari

(gr/dl) Lahir (aterm)

Perempuan dewasa tidak hamil

Perempuan dewasa hamil

TM I TM II TM III

13,5-18,5 12,0-15,0

11,0-14,0 10,5-14,0 11,0-14,0

13,5 (Ht 34 %) 12,0 (Ht 36%)

11,0 (Ht 33%) 10,5 (Ht 31%) 11,0 (Ht 33%)

4 Etiologi 1) Genetik


(55)

(2) Thalasemia

(3) Abnormal enzim glikolitik (4) Fanconi anemia

2) Nutrisi 3) Perdarahan 4) Immunologi 5) Infeksi

6) Obat-obatan dan zat kimia

5. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada bulan ke-9, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 115)

6. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan

Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir (Sinsin, Lis, 2008 : 65 ).


(56)

Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus), gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal) (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114-115).

2.1.8.2 Klasifikasi Anemia

1. Anemia karena penurunan produksi 1) Anemia Defisiensi Besi

anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak di dunia, terutama pada negara miskin dan berkembang.

(1) ketidakseimbangan pola makan dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dengan kebutuhan dalam tubuh.


(57)

(2) gangguan absorbsi besi pada usus, dapat disebabkan oleh karena infeksi peradangan, neoplasma pada gaster, duadenum maupun jejenum. asorbsi besi dipengaruhi oleh folattannin dan vitamin C.

(3) keh ilangan darah oleh sebab perdarahan saluran cerna, neoplasma, gastritis, hemoroid dll. pada wanita kurang zat besi dapat diakibatkan karena menstruasi.

(4) kebutuhan sel darah merah meningkat. pada ibu hamil dan menyusui kebutuhan besi sangat besar sehingga memerlukan asupan yang besar pula.

a) Tanda dan Gejala

(1) cepat lelah/ kelelahan karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang

(2) Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen

(3) kesulitan bernafas, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernafasan lebih dipercepat.

(4) palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi


(58)

(5) pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan kunjungtiva.

b) Hasil laboratorium

 Pemeriksaan darah perifer menunjukan keadaan sel mikrositik dan pucat

 penurunan Hb kurang dari 9,5 g/dl  Jumlah RBC berkurang

2) Anemia Megaloblastik

anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 (Cobalamin) dan asam folat. sel megaloblastik ini fungsinya tidak normal, dihancurkan dalam sumsung tulang shingga terjadinya eritropoesis tidak efektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan:

 leukopenia (menurunnya jumlah SDP)  Trombositopenia

 Pansitonenia


(59)

a) Tanda dan gejala

 anemia yang kadar disertai ikterik  adanya glositis

 gangguan neuropati seperti mati rasa, rasa terbakar pada jari

b) hasil Laboratorium

 Hemoglobin menurun  Trombositopenia

 Kadar bilirubin indirek serum dan LDH meningkat

3) Anemia Defisiensi Vit. B 12 (Pernicius Anemia)

merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya intriksik faktor (IF) yang diproduksi di sel perietal lambung sehingga terjadi gangguan absorbsi vitamin B 12.

1. Etiologi dan faktor resiko  tidak ada intrinsik faktor

 Gangguan pada mukosa lambung, ileum dan pankreas  Tidak adekuatnya intake vitamin B 12 tapi asam folat


(60)

 Obat-obatan yang menggangu diabsorpsi dilambung  Obat-obatan yang merusak ileum

 kerusakan absorpsi 2. Manifestasi klinik

 Hb, hematokrit, SDM rendah  Anemia

 BB menurum, diare, konstipasi  Gangguan neurologi

 Defisiensi vitamin B 12 dengan cara test schiling

4) Anemia Defisiensi Asam Folat

kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, akoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan. defisiensi asam folat juga padat mengakibatkan sindrom mal-absorpsi.

Manifestasi klinik

 hampir sama dengan defisiensi vit. B 12 yaitu adanya gangguan neuroligi seperti gangguan kepribadian dan daya ingat.


(61)

 biasanya disertai ketidakseimbangan elektrolit (magnesium, kalsium)

 Defisinsi asam folat kurang dari 3-4 ng/ml  Vit. B 12 normal

5) Anemia Aplastik

terjadi akibat ketidaksanggupan sumsung tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel mengakibatkan anemia, leukopenia dan thrombosipenia. Zat yang dapat merusak sumsung tulang disebut Meilotoksin.

1. Etiologi dan faktor resiko  Idiopatik

 Kemoterapi, radioterapi  Toksik Kimia

2. Manifestasi klinik  Kelemahan, letih  Nyeri kepala, dyspnea  Nadi cepat, pucat


(62)

2. Anemia karena kerusakan eritrosit 1. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi dimana terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usianya lebih pendek.

1) Etiologi dan faktor resiko

 Merupakan 5 % dari jenis anemia  Herediter

 Hb abnormal, membran eritrosit rusak  Thalasemia

 Toksik

2) Tanda dan gejala  Anemia  Demam

 Kelemahan, pucat

 Hepatomegali, kekuningan  Defiseinsi folat, hemosiderosis


(63)

Anemia bulan sabit adalah anemia hemolitika berat ditandai SDM kecil sabit dan pembesaran limpa akibat kerusakan molekul Hb.

1) Etiologi dan faktor resiko

 Banyak pada area endemik malaria  Herediter

2) Manifestasi klinik

 kurang darah akan mengakibatkan hipoksia  mempunyai masa hidup pendek 15-25 hari  Hb 7-10 g/dl

 Ikterik pada sklera

 sumsung tulang membesar  Disritmia, gagal jantung. 2.1.8.3 Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil

1. Anemia Defisiensi Besi

(1) pemberian diet tinggi zat besi (2) atasi penyebab seperti cacingan

(3) pemberian preparat zat besi seperti sulfat ferrosus (dosis 3x200 mg), ferro glukonat 3x200 mg/hari atau diberikan


(64)

secara parenteral jika alergi dengan obat peroral 250 mg Fe (dosis: 3 mg/kg BB)

(4) pemberian vitamin C (dosis 3x100 mg/hari) (5) transfusi darah jika diperlukan

2. Anemia Megaloblastik

(1) Diet nutrisi tinggi vitamin B 12 dan asam folat

(2) Pemberian hydroxycobalamin IM 200 mg/hari atau 1000 mg diberikan setiap minggu selama 7 minggu

(3) berika asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.

3. Anemia Defisiensi vitamin B 12

(1) Pemberian vitamin B 12 oral, apabila IF kurang diberikan IM, 100 g tiap bulan

(2) Pemberian diet zat besi (daging, hati, kacang hijau, telor, produk susu), asam folat.

4. Anemia Defisiensi asam folat

(1) Berikan asam folat 0.1 – 5 mg setiap hari, jika mal-absorpsi diberikan IM.


(65)

(3) Berikan diet tinggi asam folat (asparagus, brokoli, nanas, melon, sayuran hijau, ikan, daging, hati, stroberi, susu, telor, kentang, roti).

5. Anemia Aplastik

(1) Monitor adanya perdarahan dan pansitoprnia (menurunnya sel darah merah, leukosit dan trombosit)

(2) Transfusi darah

(3) Pengobatan infeksi : Jamur, bakteri

(4) Tranplantasi sumsung tulang (pasien dibawah 60 tahun) (5) Immunosupresive terapi: kombinasi cyclosporine,

antithymocyte globulin (ATG), Antilymphocyte globulin (ALG).

(6) Diet bebas bakteri

(7) Pendidikan kesehtan untuk mencegah infeksi

6. Anemia Hemolitik

(1) Pencegahan faktor resiko (2) Transfusi darah

(3) Cairan adekuat (4) Pemberian asam folat (5) Pemberian eritropoitin


(66)

(6) Pemberian kortikosteroid (7) Pendidikan kesehatan

7. Anemia Sel Sabit

(1) Belum ada obat yang efektif (2) Penanganan nyari

(3) Penanganan infeksi dan pencegahan (4) Transfusi darah

(5) Mengurangi kekentalan darah (6) Transplantasi sumsung tulang


(67)

2.2. Asuhan Persalinan 2.2.1. Definisi Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping itu bersama keluarga memberi kan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifuddin, 2006).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawiriharjo, 2007). Sedangkan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastri dalam Prawirahardjo, 2010).

2.2.2 Tanda-tanda Persalinan

1. Adanya his persalinan dengan ciri-ciri sebagai berikut: a) Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek. b) terasa nyeri di abdomen dan menjalar ke pinggang.


(68)

c) menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa penulakan dan pembukaan.

d) dengan aktifitas his persalinan makin bertambah. 2. Pengeluaran Lendir dan darah

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendaratan dan pembukaan.

3. Pengeluaran cairan

Umumnya ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap. Namun dalam beberapa jenis kasus, ketuban pecah pada saat pembukaan masih kecil. Dengan pecahnya ketuban dapat memicu proses persalinan melalui peningkatan his atau pengeluaran prostaglandin yang semakin meningkat (Manuaba, 2007).

2.2.3. Penyebab Persalinan

Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan factor-faktor humoral, struktu rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.

1. Teori Keregangan Otot

a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.


(69)

persalinan di mulai. 2. Teori Penurunan Progesteron

a. Produksi penurunan mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

b. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah penurunan progesteron tertentu.

3. Teori Oksitosin Internal

a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. b. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat dimulai.

4. Teori Prostaglandin

a. Konsentrasi prostaglandin meningkatkan sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.

b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan konsentrasi otot rahim sehingga dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan( Rohani dkk, 2011Hal:4)


(70)

2.2.4. Permulaan terjadinya Persalinan

Faktor-faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus mulai.Seperti telah dikemukakan, “plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi korialis mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasiFaktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan,kontraksi uterus dapat dibangkitkan. (Prawirohadjo 2010)

2.2.5. Tahapan Persalinan 1. Kala I

Pada Kala I Persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap, fase kala I Persalinan terdiri dari Fase Laten yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm, Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, Tidak terlalu mules; fase


(71)

aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin, Waktu pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10 cm, fase pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten: berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm. Fase aktif : dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm. Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam 2 jam pembukaan dari 9 menjadi lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dengan pembukaan 1 cm perjam dalam pada multigravida 8 jam dengan pembukaan 2 cm per jam. Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu: ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstrupsi plasenta, gawat janin, inersia uteri.

2. Kala II

Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Pada


(72)

kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refletoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum menegang. Dengan adanya his ibu dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan janin.

Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu: eklamsi, kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung,penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri, tanda-tanda lilitan tali pusat.

3. Kala III

Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta tanda-tanda lepasnya plasenta: terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus utri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan palsenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat


(73)

atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.

a) Cara pelepasan plasenta 1) Schultze

Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tangah, lalu retroplasenter hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.

2) Duncan

Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan (20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

b) Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri 1) Kustner

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat sedang tangan kiri menekan diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali kedalam vagina berarti belum terlepas dan sebaliknya jika tidak masuk kembali berarti sudah terlepas. 2) Strassman


(74)

Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri mungetok fundus. Bila terasa getaran tali pusat bararti plasenta belum terlepas.

3) Klein

Pasien disuruh mengedan, bila setelah mengedan tali pusat masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta belum terlepas. Manajemen aktif kala III persalinan untuk melahirkan plasentadan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post partum yaitu: Pemberian suntikan oksitosin, selambat-lambatnya dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, dipastikan tidak ada bayi kedua, maka dilakukan segera suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bawah paha bagian luar. Setelah itu penegangan tali pusat terkendali. Dan setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan keatas korpus (dorso – cranial). Segera setelah kelahiran plasenta lakukan rangsangan taktil dengan lembut tapi mantap selama 15 detik sehingga uterus berkontraksi. (APN,2008).

4. Kala IV

Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah: sub


(75)

involusi dikarenakan oleh uerus tidak berkontraksi, perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta.

2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalianan Faktor yang mempengaruhi persalinan ada5 yaitu ;

a. Janin (Passenger) b. Jalan Lahir (Passage) c. Kekuatan (Power) d. Psikiologis

e. Penolong (Rohani,2011)

1. Janin (Passenger)

Pembahasan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar adalah mengenai ukuran kepala janin, karena kepala adalah bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan.Tulang- tulang penyusun kepala janin terdiri dari : dua buah os. Parietalis, satu buah os. Oksipitalis dan dua buah os. Frontalis. Antara tulang satu dengan tulang yang lainnya berhubungan melalui membran yang kelak setelah hidup di luar uterus akan berkembang menjadi tulang. Batas antara dua tulang disebut sutura dan diantara sudut–sudut tulang terdapat ruang yang ditutupi membrane yang disebut fontanel.

1.Pada tulang tengkorak janin dikenal beberapa sutura, antara lain:

- Sutura sagitalis superior, menghubungkan antara kedua os. Parietalis kanan dan kiri.


(76)

- Sutura koronaria, menghubungkan os. Parietalis dengan os. Frontalis.

- Sutura lambdoidea, menghubungkan os. Parietalis dengan os. Oksipitalis.

- Sutura frontalis, menghubungkan kedua os. Frontalis kanan dan kiri.

2.Terdapat dua fontanel ( ubun – ubun ) antara lain : A. Fontanel minor ( ubun – ubun kecil )

- Berbentuk segitiga.

- Terdapat di sutura sagitalis superior bersilang dengan sutura lambdoidea.

- Sebagai penyebut ( petunjuk presentasi kepala ).

B. Fontanel mayor ( ubun–ubun besar / bregma ).

- Berbentuk segiempat panjang

- Terdapat di sutura sagitalis superior dan sutura frontalis bersilang dengan sutura koronaria.

C. Plasenta dan talipusat a. Plasenta :

- Berbntuk bundar atau hamper bundar dengan diameter 15 – 20 cm dan tebal 2 – 2,5 cm.


(1)

Penularan terjadi karena mengkonsumsi makan yang terkontaminas seperti: Tercemar dengan Salmonella, hal ini paling sering terjadi karena daging sapi yang tidak dimasak dengan baik (terutama daging sapi giling) dan juga susu mentah dan buah atau sayuran yang terkontaminasi dengan kotoran binatang pemamah biak. Seperti halnya Shigella, penularan juga terjadi secara langsung dari orang ke orang, dalam keluarga, pusat penitipan anak dan asrama yatim piatu. Penularan juga dapat melalui air, misalnya pernah dilaporkan adanya KLB sehabis berenang di sebuah danau yang ramai dikunjungi orang dan KLB lainnya di sebabkan oleh karena minum air PAM yang terkontaminasi dan tidak dilakukan klorinasi dengan semestinya.

2.2.6 Tanda dan gejala

Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.

1. Cengeng, rewel. 2. Gelisah

3. Suhu meningkat


(2)

5. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan ada darahnya. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam.

6. Anus lecet

7. Dehidrasi, bial menjadi dehidrasi berat akan menjadi penurunan volume dan tekana darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jangtung, penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok.

8. Berat badan menurun 9. Turgor kulit menurun

10. Mata dan ubun-ubun cekung

11. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

2.2.7 Komplikasi

1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elekktrolit, yang dibagi menjadi: a) Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB.

b) Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB. 2. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB.

3. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.

4. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemhan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG. 5. Hipoglikemia

6. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus.

7. Kejang.

8. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan.


(3)

Prinsip perawatan diare adalah sebgai berikut. 1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan) 2. Diatetik (pemberian makanan)

3. Obat-obatan

a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.

b. Sesuaikan dengan umur anak:  <2 tahun diberikan ½ gelas

 2-6 tahun diberikan 1 gelas

 >6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas)

c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-100 ml/kg/BB dalam sehari atau setiap jam 2 kali.

d. Oralit diberikan sebanyak ± 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat.

Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)

 Larutan gula garam (LGG): 1 sendoj teh gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat.

 Air tajin (2 liter + 5 g garam) a) Cara trasional

3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit. b) Cara biasa

2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak hingga mendidih. 4. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.

Menurut Kemenkes RI 2011 (dalam Tami, 2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi mempebaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak


(4)

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program Lintas Diare yaitu :

1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan makanan

4. Antibiotik selektif


(5)

2.6 Pendokumentasian (Varney dan SOAP)

Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu:

1. Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.

2. Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan hasil diagnostik lain yang di rumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment sebagai dua langkah dua Varney.

3. Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subtektif dan obyektif dalam satu identifikasi.

a. Diagnosa atau masalah

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

c. Tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney

4. Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian:


(6)

a. Metode ini merupakan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan untuk bertujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.

b. SOAP merupakan urutan yang dapat mendapat membantu bidan dalam mengoraganisasi pikiran dan member asuhan yang menyeluruh.