Metode PRA TINJAUAN PUSTAKA

untuk dikembangkan. Pada tahapan riset, selain informasi juga dibuat peta tematik digital yang berdasarkan faktor-faktor dasar yang terdiri dari sumber daya alam dan sumber daya budaya. Pemetaan dilakukan dengan perangkat lunak SIG Arc View. Selanjutnya peta yang telah didigitasi tersebut diberi peringkat dan bobot kemudian di-overlay untuk melihat zona yang memiliki peluang terbaik untuk dikembangkan.

2.7. Metode PRA

Untuk menciptakan ekowisata yang berbasis masyarakat Community- Based Ecotourism perlu stimulasi agar peran masyarakat meningkat dalam ekowisata ini, hal ini dapat dilakukan dengan metode pendekatan Participatory Rural Appraisal PRA yang merupakan metode pendekatan partisipatif dengan menekankan pada upaya-upaya peningkatan partisipatif masyarakat lokal dalam mengkaji lingkungan sekitarnya untuk melakukan perencanaan lanskap kawasan ekowisata di suatu daerah. Sehingga dengan metode tersebut diharapkan hasil dari penelitian dilakukan nantinya berperan dalam pelaksanaan pembangunan ekowisata di suatu wilayah. Berdasarkan buku Panduan Pengambilan Data dengan Metode RRAPRA 2006, Teknik penerapan metode PRA dapat dilakukan dengan metode kelompok yang terdiri atas FGD dan Brainstorming; matrik terdiri atas ranking masalah, ranking sosial ekonomi, analisis SWOT, visualisasi dan diagram hubungan yaitu dengan pohon masalah dan diagram venn, metode tempo terdiri atas; kalender musim, lintasan sejarah, aktivitas harian, transek dan trend, metode spasial ruang seperti pemetaan partisipatif, teknik manta taw, transek plot, dan beberapa teknik Perubahan sosial merupakan tujuan yang sangat mendasar dalam penerapan metode PRA ini. Secara harfiah metode ini dapat diartikan sebagai pengkajian pedesaan dan atau pesisir secara partisipatif. Menurut Robert Chambers yang mengembangkan metode ini mengartikan sebagai sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan dan atau pesisir untuk turut serta meningkatkan dan mengkaji pengetahuan mereka mengenai hidup dan keadaan mereka sendiri agar meraka dapat menyusun rencana dan tindakan pelaksanaannya. lainnya. Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode spasialruang dengan pemetaan partispatif untuk menilai kondisi kawasan ekowisata secara partisipatif. Metode pemetaan partisipatif bertujuan untuk memplot informasi yang ada pada suatu daerah dalam suatu peta. Pemetaan ini dilakukan berdasarkan partisipasi masyarakat. Dimana masyarakat yang mengetahui keberadaan informasi tersebut memplot sendiri informasi yang ada pada peta dasar atau langsung membuat peta sendiri dengan panduan peneliti. Peta yang dibuat ada dua macam yaitu peta sket dan peta berdasarkan peta dasar. Informasi yang ada dalam peta tersebut pada akhir pemetaan harus dicek kebenarannya langsung di lapangan. Jadi, pemetaan partisipatif berupa metode untuk mengumpulkan dan memetakan informasi yang ada serta yang terjadi dalam masyarakat serta kondisi sekitar. Informasi tersebut dikumpulkan, dipetakan dan dianalisis untuk membantu pengelola memahami kondisi yang lalu, kondisi saat ini serta memperkirakan potensi atau kondisi akan datang bagi pengelolaan kawasan pesisir. Juga untuk mengidentifikasi keterbatasan serta kesempatan pemanfaatan sumber daya alam bagi pembangunan kawasan ekowisata pesisir yang berbasis masyarakat Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, 2006.

BAB III KEADAAN UMUM KECAMATAN PALOH

3.1. Sejarah Wilayah

Kecamatan Paloh awalnya merupakan wilayah yang secara administratif termasuk dalam kecamatan Teluk Keramat. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan efektifitas penyelengaraan pemerintahan, serta pembangunan maka kecamatan Teluk Keramat dikembangkan dengan membentuk kecamatan Paloh pada tahun 1963 yang meliputi 10 desa yaitu: desa Sebubus, Nibung, Mentibar, Tanah Hitam, Peradah, Matang Danau, Matang Putus, Kalimantan dan Sungai Bening. Tetapi desa Sungai Bening sekarang telah masuk dalam wilayah baru yaitu kecamatan Sajingan Besar. Sebelum dibentuk kecamatan Paloh, wilayah ini termasuk daerah terbelakang, jalur transportasi utama hanya mengandalkan sungai dan laut, sehingga sering terjadi kerawanan pangan, terutama disaat bulan Oktober sampai Pebruari, sebab pada bulan tersebut sering terjadi pasang tinggi dan gelombang laut sangat kuat sehingga hasil usaha masyarakat seperti hasil pertanian dan perikanan sulit untuk diangkut dan dipasarkan. Kondisi ini diperburuk oleh adanya konfrontasi dengan Malaysia serta PGRS tahun 1965 sampai 1967. Setelah kerusuhan karena PGRSPARAKU berakhir, pembangunan di kecamatan Paloh mulai berjalan. Pada tahun 1980 pemerintah membangun arus transportasi darat dari Teluk Kalong kecamatan Teluk Keramat hingga ke Liku dan Setingga dan Merbau kecamatan Paloh. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Barat Nomor 353 Tahun 1987 tentang Regruping desa penyatuanmerger desa yang penduduknya sedikit maka kecamatan Paloh yang semula terdiri dari 10 desa menjadi 7 desa yaitu: desa Sebubus, desa Nibung, Malek regrouping desa Malek dan desa Mentibar, Tanah Hitam regruping desa Tanah Hitam dengan desa Danau Peradah, Matang Danau regruping desa Matang Danau dan Matang Putus, Kalimantan, dan desa Sungai Bening. Kemudian kecamatan Paloh menjadi 6 desa, dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kecamatan di