Selain itu, ketentuan dan peraturan yang berlaku saat ini menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan ekowisata di kecamatan Paloh. Salah satu
diantaranya adalah prosedur untuk memperoleh Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam IPPA khususnya bagi investor menengah ke bawah dan perorangan masih
dirasakan sangat panjang dan berbelit-belit. Guna mendukung pengembangan potensi sebagai kawasan ekowisata di
kecamatan Paloh, maka perlu ditunjang oleh suatu unit pusat informasi seperti yang telah direncanakan masyarakat dalam peta pemetaan partisipatif
sebelumnya. Di pusat informasi tersebut dapat disediakan aneka poster, leaflet atau brosur yang berkaitan dengan objek-objek wisata di kawasan pesisir
kecamatan Paloh, serta yang berkaitan dengan upaya pemanfaatan dan upaya konservasi wilayah tersebut. Pusat informasi ini dapat dijadikan pula sebagai
tourist information center yang menyediakan layanan informasi yang berkaitan dengan kegiatan wisata, baik akomodasi maupun lokasi-lokasi yang sesuai dengan
potensi wisata yang dimilikinya. Unit pusat informasi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pusat pertemuan stakeholder pengelola wisata, baik yang berada di
wilayah kecamatan Paloh maupun pihak-pihak lain yang memiliki komitmen dalam pengembangan ekowisata di wilayah tersebut, baik dari kalangan swasta,
pemerintah maupun masyarakat.
5.4. Konsep Pengembangan Ekowisata
Wilayah perbatasan kecamatan Paloh tergolong daerah tertinggal dengan sumber daya manusia yang kapasitas dan kualitasnya relatif rendah sebagai
dampak dari terbatasnya infrastruktur sosial dan komunikasi. Selain kurangnya pelibatan masyarakat, keterbatasan infrastruktur sosial dan komunikasi ini juga
yang mengakibatkan belum berkembangnya sektor ekowisata di wilayah ini. Padahal jika dilihat dari potensi alam teresterial dan akuatik yang dimiliki,
wilayah ini sangatlah berpotensi untuk lebih maju dan berkembang. Konsep perencanaan pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh adalah
ekowisata pesisir berbasis masyarakat dimana pengembangan wisata didasarkan pada potensi lingkungan dan masyarakat untuk melindungi sumber daya alam
dan kualitas lingkungan serta dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat lokal.
Konsep yang dikembangkan tersebut mengacu pada hasil analisis terhadap objek dan atraksi wisata, potensi kepariwisataan pesisir, kesesuaian dan daya dukung
kawasan serta akseptibilitas dan pemberdayaan masyarakat di kecamatan Paloh.
5.4.1. Arahan Pengembangan
Pengembangan ekowisata pesisir berbasis masyarakat ditentukan oleh kualitas lingkungan pesisir, daya tarik wisata yang dimiliki, dan peran serta
masyarakat yang dapat tetap terjaga dan dikembangkan hingga masa yang akan datang, sehingga mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan dapat menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Penerapan konsep pengembangan ekowisata pesisir berbasis masyarakat didukung juga oleh perencanaan dan pengembangan
aktivitas, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata yang relevan dengan kebutuhan masa kini dan akan datang.
Konsep pengembangan ekowisata pesisir berbasis masyarakat
mengedepankan perlindungan terhadap lingkungan yang menjadi wadah wisata untuk generasi mendatang dengan meminimalisasi dampak wisata bagi
lingkungan pesisir dan pengelolaan kawasan pesisir sebagai satu kesatuan yang utuh darat dan laut sehingga dapat terus mewadahi aktivitas wisata di dalamnya.
Konsep ini harus juga didukung dengan pengelolaan lingkungan pesisir secara terpadu dan peningkatan kesadaran kepada masyarakat lokal dan wisatawan akan
nilai penting lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia. Konsep pengembangan aktivitas, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata
didasari oleh keterhubungan ketiganya dalam pengembangan kawasan ekowisata sehingga ketiganya dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh. Penggalian potensi
wisata yang dimiliki untuk dapat terus menampilkan objek dan atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan sangatlah perlu untuk dilakukan sehingga
perencanaan dan pengembangan aktivitas, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata dapat memenuhi kebutuhan wisatawan. Konsep ini diterapkan melalui pengkajian
potensi sumber daya yang dimiliki untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata pesisir yang akan selalu memberi daya tarik bagi wisatawan. Perwujudan
konsep pengembangan dan keberlanjutan wisata bagi lingkungan pesisir dan aktivitas wisata yaitu melalui perencanaan jalur dan media interpretasi wisata
pesisir dengan menampilkan sumber daya pesisir yang dimiliki sebagai satu kesatuan yang utuh.
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan.
Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab
ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis
wisatawan. Pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh diharapkan bukan hanya menjual destinasi tetapi juga menjual filosofi, dengan ini ekowisata
di kecamatan paloh tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam usaha pengembangan
kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh, diantaranya :
•
Pariwisata melibatkan multisektor perhubungan, akomodasi, objek wisata, travel agent, dan sebagainya yang pengembangannya tidak hanya tergantung
pada pemerintah daerah.
•
Mengembangkan sektor ekowisata dengan mempertimbangkan kepekaan lingkungan dan budaya serta tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan
untuk memperoleh keuntungan semata.
•
Pembangunan ekowisata yang inklusif yang menyertakan potensi masyarakat lokal.
Pelaksanaan otonomi daerah saat ini tampaknya masih tidak berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Sejumlah kendala banyak dihadapi oleh daerah,
kendala yang sudah pasti adalah keterbatasan sumber dana atau pendapatan asli daerah PAD.
Di antara sejumlah sumber pendapatan asli daerah, sektor pariwisata harusnya dapat berperan besar. Pemanfaatkan potensi ekowisata khususnya
kawasan wisata pesisir, penggalangan kegiatan terpadu sektor pariwisata akan memberikan manfaat besar dalam kerangka pengembangan otonomi daerah.
Pemerintah kabupaten Sambas juga perlu melakukan pembaharuan produk wisata yang ditawarkan, mengingat produk wisata yang ada saat ini tengah
mengalami penurunan kualitas. Misalnya, dengan memberikan nilai plus kepada
objek-objek dan atraksi wisata yang ditampilkan, sehingga para wisatawan baik domestik maupun mancanegara mendapatkan produk wisata baru yang lebih unik
dan menarik, kendati objek dan atraksi wisata yang ditawarkan adalah produk lama. Hal penting yang perlu dibenahi dalam mendukung promosi pariwisata di
kabupaten Sambas khususnya kecamatan Paloh ke wisatawan adalah masalah keamanan dan kenyamanan yang belum sepenuhnya dapat diwujudkan sehingga
membuat enggan wisatawan untuk datang dan berkunjung ke wilayah ini. Konsistensi dalam menjaga keamanan dan kenyamanan merupakan prasyarat
mutlak untuk mendorong kegiatan promosi pariwisata di kecamatan Paloh. Promosi disertai informasi aktual dan akurat mengenai situasi dan kondisi
kepariwisataan di kecamatan Paloh secara kontinu akan membantu industri pariwisata di wilayah ini akan tetap eksis dan mampu bersaing dengan pariwisata
di wilayah lainnya.
5.4.2. Pengembangan Ekowisata Pantai dan Bahari
Konsep pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh mempunyai potensi sebagai daerah tujuan wisata pesisir terbesar di Kalimantan Barat. Untuk lebih
mengembangkan kegiatan ekowisata pantai dan bahari seperti pengamatan satwa, berkemah, bersampan, berenang, diving, snorkeling, fishing, dan sebagainya,
diperlukan perencanaan kawasan yang sejalan dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan dan masyarakat setempat. Untuk menunjang rencana tersebut
bersamaan dengan telah diberlakukannya otonomi daerah, Pemda dapat membuat aturan bersama tentang event development serta menyiapkan kawasan
ekowisata pesisir berbasis masyarakat di kecamatan Paloh. Sebenarnya kecamatan Paloh memiliki banyak tujuan wisata yang memiliki
potensi besar, tetapi permasalahannya adalah kurangnya peran serta berbagai stakeholder dalam pengembangannya serta keterbatasan infrastruktur penunjang
wisata. Misalnya, objek wisata pantai Selimpai di desa Sebubus. Di kawasan wisata tersebut terdapat panorama alam yang menampilkan keindahan yang
bernuansa eksotik. Objek wisata tersebut sangat menarik, suasana yang dihadirkan oleh objek wisata itu sangat alami, hanya saja fasilitas penunjang wisata disini
sangatlah terbatas. Tempat istirahat hanya berupa gazebo dan tenda-tenda
sederhana serta tidak terdapat jaringan listrik dan telepon. Pada hari-hari biasa, pengunjung yang ingin berwisata ke objek wisata ini harus terlebih dahulu
memesan kapal penyeberangan kapal klotok sebagai sarana transportasi menuju lokasi mengingat keterbatasan armada kapal yang beroperasi.
Contoh lain dari sebuah kawasan berskala desa yang sangat indah yang memiliki banyak objek wisata menarik Pantai Tanjung Datok, Pantai Mauludin,
Pantai Camar Bulan, Pantai Bayuan, dan Pantai Tanjung Bendera adalah desa Temajuk. Desa ini ditempati oleh 1.472 jiwa dengan mata pencaharian utamanya
saat ini adalah tani dan nelayan sehingga desa ini sangat cocok untuk dijadikan desa wisata. Pola pemukiman di desa ini adalah terpusat, dimana penduduk hidup
berkumpul dan hanya menghuni sebagian dari wilayah desa tersebut, sedangkan bagian lainnya merupakan lahan kosong termasuk objek wisata alami yang belum
dikelola. Secara umum, objek dan daya tarik wisata yang ada di kecamatan Paloh merupakan aktivitas yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke
wilayah ini. Adanya objek wisata di kecamatan Paloh memiliki pembeda khas dengan
objek wisata di daerah lainnya. Objek-objek tersebut memiliki keunikan dan karakteristik serta atraksi wisata yang menarik. Keunikan yang ada dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata. Sehingga diperlukan adanya pengelolaan pada objek dan daya tarik wisata di wilayah ini.
Pengelolaan objek wisata diharapkan mampu mendorong peluang-peluang usaha baru bagi masyarakat di sekitarnya. Hal ini dimungkinkan apabila objek-
objek tersebut dikembangkan di kawasan potensial, di luar dari wilayah yang sudah berkembang saat ini. Sebagai contoh, pengembangan objek wisata Pantai
Bayuan, Tanjung Bendera, Bayuan, Mauludin, dan Pantai Tanjung Datok yang dapat dijadikan wisata bahari.
Pengelolaan objek dan daya tarik wisata yang ada harus dapat dikelola dengan baik. Dalam kegiatan ekowisata, daya tarik wisata harus dikoordinasikan
dalam suatu penyajian atraksi yang harmonis, didukung dengan latar belakang panorama keindahan alam yang ada. Sebab pengelolaan objek ini berhubungan
erat dengan atraksi suatu kawasan tujuan wisata. Penyediaan ruang yang berkenaan dengan fasilitas, aktivitas, dan jalur sirkulasi di kawasan ekowisata
sangatlah penting, dengan penataan ruang yang memadai serta aksesibilitas menuju kawasan ekowisata yang menunjang, maka akan lebih menarik minat
wisatawan. Konsep ruang pada dasarnya diarahkan untuk menjaga dan mengatur ruang
sesuai dengan pemanfaatannya. Ruang-ruang kawasan ekowisata di kecamatan Paloh disusun berdasarkan potensi ekowisata dan pola penggunaan lahan yang
ada. Ruang yang dikembangkan di lokasi penelitian terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang utama ekowisata, ruang pendukung ekowisata serta ruang
penyangga.
Ruang Utama Ekowisata, merupakan ruang tempat berlangsungnya aktivitas
ekowisata secara intensif. Ruang ini adalah ruang yang memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumber daya alam berupa objek dan atraksi ekowisata
bagi wisatawan untuk turut serta dalam melakukan aktivitas ekowisata.
Ruang Pendukung Ekowisata, merupakan ruang yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada wisatawan atas kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan terhadap aktivitas ekowisata, serta mendukung konsep ekowisata yang
diharapkan. Ruang pendukung ini terdiri dari ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang transisi, dan ruang masyarakat.
a. Ruang Penerimaan Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai wisatawan ketika memasuki
kawasan ekowisata. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus bagi kawasan ekowisata serta memberikan fungsi
informasi bagi wisatawan sehingga dapat menarik minat wisatawan. b. Ruang Pelayanan
Merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan bagi wisatawan berupa fasilitas umum ataupun jasa. Ruang ini terdapat memusat pada suatu
lokasi yang dapat dengan mudah dicapai oleh wisatawan sebelum memasuki ruang utama ekowisata serta pada titik-titik tertentu dalam kawasan ekowisata.
c. Ruang Transisi Merupakan ruang persiapan di dalam kawasan menuju ruang utama ekowisata,
serta sebagai penunjang aktivitas ekowisata pasif yang direncanakan di dalam kawasan ekowisata.
d. Ruang Masyarakat Merupakan ruang kehidupan masyarakat yang terdapat di dalam kawasan
ekowisata, sehingga dalam perencanaanya tidak mengabaikan ruang ini sebagai bagian dari total perencanaan. Pola kehidupan masyarakat menjadi potensi
yang dapat dikembangkan sebagai objek ekowisata.
Ruang Penyangga, sebagai ruang yang berfungsi untuk menyangga ruang
konservasi kawasan ekowisata terhadap aktivitas wisata serta untuk mempertahankan kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan fungsi
kawasan sesungguhnya. Di dalam ruang ini tetap dikembangkan aktivitas wisata namun bersifat terbatas non-intensif.
Sedangkan konsep sirkulasi ekowisata di kecamatan Paloh diarahkan pada orientasi ketersediaan objek dan atraksi wisata serta fasilitas yang ada dalam satu
kesatuan yang utuh. Jalur sirkulasi yang direncanakan diharapkan dapat mengarahkan dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Selain itu jalur
sirkulasi juga diharapkan dapat memberikan pengalaman dan gambaran ekowisata termasuk di dalamnya pengetahuan terhadap kehidupan masyarakat lokal.
Perencanaan jalur sirkulasi ini diduga akan memberikan peluang yang tinggi dalam melihat banyak atraksi dan informasi serta memberikan peluang yang
tinggi untuk meningkatkan waktu dan pengeluaran yang merupakan dua hal utama dalam merencanakan suatu jalur wisata Gunn, 1994.
Berdasarkan pertimbangan kepentingan masyarakat dan pelestarian lingkungan, maka pengembangan kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh
tetap mempertimbangkan faktor daya dukung kawasan, oleh sebab itu kawasan ini perlu dipilah-pilah dalam zona-zona yang berfungsi untuk menyalurkan
keinginan masyarakat dengan masih memperhatikan aspek kesesuaian dan daya dukung kawasan. Arah pengembangan zona ekowisata di kecamatan Paloh
terbagi dalam empat zona pengembangan, yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Zona I
Kawasan ini merupakan kawasan perkampungan yang cukup padat penduduk, tujuh dari delapan desa yang ada di kecamatan Paloh berada di
kawasan ini sehingga aktivitas masyarakat disini cukup kompleks. Oleh sebab itu
zona ini diarahkan untuk mendukung kegiatan ekowisata di kecamatan Paloh. sehingga akan dikembangkan banyak fasilitas penunjang wisata di sini. Di antara
fasilitas yang akan dikembangkan adalah pusat informasi wisata, rumah makanrestoran, penginapanhotel, dermaga, motor air wisata, papan interpretasi
wisata, dan pusat cenderamata. Selain itu kawasan ini juga difokuskan sebagai kawasan wisata budaya karena memang kawasan ini telah menjadi pusat
pertunjukan budaya masyarakat Melayu pesisir di kecamatan Paloh, potensi ini dapat dikembangkan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan
keseimbangan lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tanpa mempengaruhi kelangsungan ekosistem di kecamatan Paloh secara menyeluruh. Kawasan ini
juga dapat berfungsi sebagai alternatif lain dari kegiatan wisata di kecamatan Paloh terutama yang berkenaan dengan aktivitas harian masyarakat.
Zona II
Kawasan ini tersusun oleh hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu yang relatif masih belum terganggu oleh aktivitas manusia sehingga
kawasan ini dijadikan sebagai kawasan ekowisata yang memiliki klasifikasi jenis aktivitas dan fasilitas yang terbatas semi intensif dan merupakan lokasi wisata
konservasi dan edukasi sekaligus sebagai zona penyangga bagi kawasan ekowisata di kecamatan Paloh.
Dasar pertimbangan penentuan lokasi ini sebagai lokasi wisata konservasi adalah: 1.
Kawasan hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu merupakan kawasan konservasi yang perlu dijaga kelestarian dan kelanggengan
ekosistemnya. 2.
Kondisi kawasan hutan sudah sangat memperihatinkan akibat dari kebakaran hutan, perburuan binatang, penebangan liar, dan perambahan hutan.
3. Penggunaan lahan yang dominan disini adalah hutan pantai yang relatif belum terganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat memperlihatkan proses
pembelajaran pada sebagian wisatawan atas kerusakan dan kelanggengan suatu ekosistem.
4. Kawasan hutan mangrove dapat dijadikan model wisata edukatif bagi wisatawan dan masyarakat setempat akan arti penting pelestarian hutan
mangrove, sedangkan kawasan objek wisata Pantai Selimpai dan Pantai Tanjung Kemuning dapat dimanfaatkan secara semi intensif dengan
penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem yang ada.
Sehubungan dengan itu, zona II ini ditujukan untuk wisatawan dalam jumlah terbatas misalnya untuk wisatawan pemerhati lingkungan yang sekedar
menikmati pemandangan dan keindahan alam kawasan hutan mangrove dan cemara laut serta pengamatan satwa penyu atau melakukan aktivitas wisata yang
tidak merusak alam seperti berkemah, memancing, dan berfoto. Dengan pentingnya peranan zona ini, maka diharapkan agar meminimalkan faktor-faktor
yang menggangu kelestarian alam seperti adanya pencemaran dan perusakan lingkungan yang semuanya dapat menggangu ekosistem hutan mangrove, hutan
cemara laut, dan habitat penyu.
Zona III
Kawasan ini merupakan kawasan tanpa penghuni yang terdapat di desa Sebubus dan Temajuk dengan penggunaan lahan dominan hutan sekunder.
Kawasan ekowisata ini memiliki tiga objek wisata yaitu Pantai Sungai Belacan, Pantai Bayuan, dan Pantai Tanjung Bendera. Kawasan ini dijadikan sebagai ruang
utama kegiatan ekowisata yang menonjolkan aspek sumber daya alam pesisir di kecamatan Paloh dan bersifat intensif, hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa: 1. Apabila penjagaan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kerusakan
lingkungan dapat dieliminir maka kondisi kawasan pantai secara keselurhan dapat menampung jumlah wisatawan dalam skala cukup besar tidak
mempengaruhi kondisi ekosistem secara langsung. 2. Pemanfaatan kawasan wisata pantai dapat diintensifkan dengan penanaman
modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem di kecamatan Paloh secara keseluruhan.
Dengan konsep ekowisata pesisir berbasis masyarakat, pengembangan daerah ekowisata intensif dapat diarahkan dengan perencanaan aktivitas dan
fasilitas wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dengan
memanfaatkan ruang yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian pengembangan kawasan ekowisata intensif dapat sejalan dengan upaya
pelestarian lingkungan. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sini meliputi aktivitas snorkeling,
diving, berenang, memancing, mengamati satwaekosistem, dan menikmati keindahan alam. Sedangkan fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini
berupa rumah makan, rest room dan toilet, papan interpretasi wisata, dan pemandu wisata.
Zona IV
Kawasan ini berada di desa Temajuk yang memiliki kawasan pantai terbuka yang cukup luas dan sebagian wilayahnya menjadi perkampungan masyarakat
nelayan desa Temajuk sehingga sebagian zona ini diarahkan untuk kawasan desa wisata, terdapat objek wisata Pantai Camar Bulan, Pantai Mauludin, dan Pantai
Tanjung Datok di zona ini. Sama halnya seperti zona III, bahwa kawasan ini juga dijadikan sebagai
ruang utama dengan mengedepankan aspek sumber daya alam dan budaya. Zona IV ini merupakan kawasan ekowisata yang berklasifikasi intensif, hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa: 1.
Aktivitas wisata yang mengarah pada kerusakan lingkungan dapat diantisipasi dengan peningkatan peran serta masyarakat lokal.
2. Pemanfaatan kawasan wisata pantai dan bahari dapat diintensifkan dengan
penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem di kecamatan Paloh secara keseluruhan.
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan disini meliputi aktivitas photo hunting, diving, snorkeling, berenang, berperahu, memancing, mempelajari
ekosistem, menikmati keindahan alam melalui menara pandang, dan menyaksikan kehidupan sosial budaya masyarakat lokal. Sedangkan fasilitas yang akan
dikembangkan pada zona ini berupa dek lokasi photo hunting, menara pandang, rumah makan, rest room dan toilet, homestay, papan interpretasi wisata, dermaga,
motor air wisata, dan pemandu wisata.
Agar kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh dapat berfungsi dengan baik, maka perkembangan kegiatan ekowisata haruslah diiringi dengan
penataan lanskap kawasan ekowisata yang baik pula. Berdasarkan hasil analisis data yang didukung oleh hasil pemetaan partisipatif yang dilakukan masyarakat
maka disusunlah peta pembagian ruang kawasan ekowisata yang kemudian dikembangkan dalam rencana pengembangan kawasan ekowisata pesisir berbasis
masyarakat di kecamatan Paloh seperti yang terlihat pada Gambar 8 dan 9.
Gambar 8. Pembagian Rua ng Ekowisata Pesisir Kecamatan Paloh
Gambar 9. Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir Kecamatan Paloh
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kecamatan Paloh merupakan wilayah perbatasan yang memiliki potensi
pengembangan kawasan ekowisata pesisir.
2. Kecamatan Paloh memiliki 6 60 objekatraksi ekowisata pesisir dengan
kategori cukup potensial S2 dan 4 40 objekatraksi ekowisata dengan kategori kurang potensial S3, sedangkan untuk kesesuaian wisata pantai
memiliki tiga kelas kesesuaian yaitu kategori sangat sesuai S1, cukup sesuai S2, dan Sesuai bersyarat S3, untuk wisata bahari juga terdapat tiga kelas
kesesuaian yaitu dengan kategori sesuai S2, sesuai bersyarat S3, dan tidak sesuai N. Daya tampung wisatawan untuk keseluruhan zona ekowisata pantai
adalah 3.798 orang per hari, sedangkan untuk ekowisata bahari adalah 990 orang per hari untuk aktivitas diving dan 3.961 orang per hari untuk aktivitas
snorkeling. 3.
Perencanaan pengembangan ruang di dalam kawasan ekowisata kecamatan Paloh berdasarkan potensi pemanfaatan lahan kawasan dibagi atas ruang utama
ekowisata, ruang pendukung ekowisata serta ruang penyangga. Rencana ruang serta pengembangan aktivitas dan fasilitas di dalam kawasan dihubungkan
dengan jalur sirkulasi ekowisata yang dibagi atas jalur sirkulasi primer, jalur sirkulasi sekunder, dan jalur sirkulasi ekowisata yang bertujuan untuk
melestariakan kawasan ekowisata, pelayanan bagi pengunjung dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kecamatan Paloh.
B. Saran
1. Kecamatan Paloh memiliki potensi wisata yang cukup tinggi sehingga perlu
adanya kebijakan pemerintah daerah untuk dapat menjadikan wilayah ini sebagai kawasan ekowisata pesisir dengan arahan pengembangan ekowisata yang
lebih memperhatikan perlindungan alam dan pelestarian budaya, serta adanya pembinaan bagi masyarakat ke arah masyarakat wisata untuk dapat lebih
meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan ekowisata.