Lanskap Sejarah HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Lanskap Sejarah

Bogor sebagai suatu kota, terbentuk dari suatu perjalanan panjang sejarah dari masa ke masa. Akibat dari perjalanan sejarah tersebut, banyak elemen sejarah maupun area lanskap bersejarah yang membentuk Kota Bogor, terutama peninggalan sejarah pada masa penjajahan kolonial. Khususnya pada daerah di sekitar Kebun Raya Bogor yang merupakan peninggalan masa penjajahan kolonial.

5.2.1 Ragam Area Bersejarah di Sekitar Kebun Raya Bogor

Area-area bersejarah yang terdapat di Kota Bogor merupakan hasil peninggalan masa kolonial. Masa tersebut meninggalkan bukti-bukti kesejarahan, baik yang masih dalam kondisi optimal, maupun sudah dalam kondisi yang tidak lagi optimal. Area-area tersebut memberikan karakteristik tertentu terhadap perkembangan Kota Bogor dan membentuk Kota Bogor menjadi suatu kota yang kompleks pada masa itu. Salah satu area bersejarah yang membentuk Bogor, yaitu area dengan karakteristik lanskap yang khas. Area ini terbentuk ketika bangsa Eropa sedang menjajah Indonesia, khususnya Bogor. Area tersebut membagi-bagi Kota Bogor menjadi suatu area dengan etnis tertentu, yaitu area etnis Eropa, Cina, Arab, dan pribumi. Sebagian besar dari etnis-etnis tersebut memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan Kota Bogor di masa itu. Pada masa kolonial, ketika Belanda menduduki Kota Bogor, penambahan berbagai fungsi pemerintahan di Bogor menyebabkan perlunya suatu aturan mengenai pemukiman agar para bangsa pribumi tidak mendapat pengaruh berbahaya dari bangsa timur asing. Mereka membagi tanah jajahan ke dalam tiga zona, yaitu zona bangsa Eropa, Zona Timur Asing dan Zona Pribumi. Pada tahun 1835, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan kebijakan yang mengatur pembagian zona pemukiman berdasarkan etnis, yaitu etnis Cina, etnis Arab, dan etnis Eropa. Kebijakan itu dikenal dengan nama wijkenstelsel. Lalu, kebijakan tersebut diperjelas kembali pada tanggal 6 Juli 1845 dengan ditetapkannya keputusan pemerintah Hindia Belanda tentang peraturan pemukiman di Kota Bogor oleh Gubernur Jendral Belanda J.J Rochussen, diantaranya: 1. Etnis Eropa dan yang disamakan haknya diberi izin membangun rumah disebelah barat Jalan Raya Jalan Sudirman mulai dari White Paal atau Pilar Pabaton sampai sebelah selatan Kebun Raya dan Paledang. 2. Etnis Cina diberi peruntukan lahan di daerah yang berbatasan dengan jalan raya sepanjang Jalan Suryakencana sampai tanjakan Empang. Hasil karakter lanskap tersebut berdasarkan etnis dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23 Area dengan Karakter Lanskap yang Khas Berdasarkan Etnis Tahun 1920 Peraturan mengenai pemukiman yang ditetapkan pada masa penjajahan Belanda ini membentuk suatu pola pemanfaatan ruang dengan karakteristik tertentu. Masing-masing area tersebut memiliki ciri tersendiri baik dalam bentuk bangunannya maupun penataan unsur-unsur kawasan hingga perbedaan tata guna lahannya. Sehingga setiap area tersebut memberikan efek karakteristik yang berbeda-beda bagi Kota Bogor, seperti karakteristik lanskap kolonial, lanskap pecinan, lanskap kauman, dan lanskap jawa. Ragam kesejarahannya pun hingga saat ini masih ada yang bertahan dalam kondisi yang baik. Hal tersebut menjadi bukti peninggalan sejarah masa lampau, yaitu masa penjajahan. Selain lanskap dengan karakteristik berdasarkan etnis, Kota Bogor juga memiliki area sejarah berdasarkan suatu konsep kota yang dikenal dengan konsep Garden City. Konsep yang dari Ebenezer Howard ini, diduga diterapkan di Kota Bogor pada masa awal perkembangan dan pembentukan kota di masa kolonial. Pada masa itu, kota telah dispesifikasi menurut zona-zona yang telah ditentukan. Zona-zona tersebut diantaranya zona pusat kota, pemukiman, fasilitas umum publik, sub urban, dan pertanian. Zona pusat kota zona1 merupakan zona utama dari kota. Pada zona ini terdapat istana dan Kebun Raya Bogor beserta kantor-kantor gedung-gedung penting dan besar pada masa itu. Zona pemukiman zona 2 terdiri dari pemukiman yang terbagi-bagi berdasarkan suatu etnis tertentu, ketika masa itu peraturannya disebut Wijkenstelsel. Zona fasilitas umum zona 3 yang yang terdiri dari sekolah, taman dan tempat beribadah seperti gereja. Zona ini tidak memiliki batas yang jelas karena letaknya tersebar di zona 1 dan zona 2. Zona sub urban zona 4 merupakan zona terluar kota yang terdiri dari pabrik-pabrik, gudang dan perkebunan. Sedangkan zona 5 zona 5 merupakan zona yang hanya digunakan sebagai lahan pertanian Gambar 24. Gambar 24 Pembagian Area Berdasarkan Konsep Garden City di Buitenzorg

5.2.2 Elemen Bersejarah

Kota Bogor dengan keberagaman nilai sejarahnya, memiliki banyak elemen-elemen sejarah, baik berupa benda cagar budaya BCB maupun benda bukan cagar budaya Non BCB. Elemen-elemen tersebut sebagian besar merupakan bukti-bukti peninggalan periode penjajahan kolonial. Kondisi elemen tersebut ada yang masih dalam kondisi optimal namun adapula yang kondisinya sudah tidak terawat bahkan hilang. Elemen sejarah ini memiliki nilai penting dalam perkembangan dan pembangunan di Kota Bogor, karena memberikan aksen tertentu pada tapak dan merupakan bukti perkembangan suatu area dari masa ke masa. Pada daerah tertentu, terlihat kawasan dengan karakter lanskap kolonial. Hal tersebut ditunjukan dengan masih terdapatnya elemen-elemen dengan karakter lanskap kolonial Gambar 25. Gambar 25 Kawasan dengan Karakter Lanskap Kolonial Karakter Pecinan juga masih terlihat jelas di daerah sepanjang Jalan Suryakencana Gambar 26. Beberapa bangunan di daerah tersebut masih bisa memberikan karakter yang khas pada lanskap. Pemukiman Arab juga masih dapat terlihat di kawasan Empang Gambar 27. Kawasan ini menjadi salah satu pusat perdagangan terutama perdagangan barang-barang dari negeri Timur Tengah. Gambar 26 Kawasan dengan Karakter Lanskap Pecinan Gambar 27 Kawasan dengan Karakter Pemukiman Arab Kota Bogor memiliki bangunan dan situs cagar budaya yang telah mendapatkan Surat Penetapan BCB dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Nomor : PM.26PW.007MKP2007 tanggal 26 Maret 2007, berikut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Benda Cagar Budaya di Kota Bogor No Identitas Periode Pembangunan Pemilik Fungsi Dulu Kini 1 Kantor Pos Bogor Kolonial Negara Gereja pertama di Kota Bogor sebagai tempat peribadatan umat Katolik dan Protestan secara bergiliran. Kantor Pos 2 Gereja Zebaoth Kolonial Yayasan Gereja Gereja 3 SMP Negeri 1 Bogor Kolonial Negara Sekolah MULO Sekolah 4 Gereja Katedral Kolonial Yayasan Gereja Gereja 5 Lembaga Pemasyarakatan Bogor Kolonial Negara Rumah penjara Lembaga Pemasyarakatan Sumber: Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor 2008 Tabel 8 Lanjutan No Identitas Periode Pembangunan Pemilik Fungsi Dulu Kini 6 SMA YZA 2 Kolonial Yayasan Rumah tinggal yang dikelilingi komples asramatangsi tentara Sekolah 7 Markas Korem 061 Surkakencana Kolonial Negara 1940-1942 sebagai sekolah tenik. Tahun 1942- 1945 sebagai tempat residen Shecokang Markas Korem 8 Stasiun Kereta Api Bogor Kolonial Negara Stasiun Kereta Api Stasiun Kereta 9 SMP Negeri 2 Bogor Kolonial Negara Sekolah HIS Sekolah 10 Balaikota Bogor Kolonial Pemkot Bogor Gedung Balaikota 11 Hotel Salak Kolonial PT. Anugrah Jaya Agung Hotel Dibbets Hotel Sumber: Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor 2008 Tabel 8 Lanjutan No Identitas Periode Pembangunan Pemilik Fungsi Dulu Kini 12 Gedung Karesidenan Bogor Kolonial 1908 Negara Kantor pembantu gubernur sampai dengan tahun 1976 Gedung Karesidenan 13 R.S Salak Kolonial Angkatan Darat Merupakan bagian dari asrama tentara Belanda yang bertugas mengawal Paleis Rumah sakit 14 Markas Kodim 0606 Bogor Kolonial Negara Kantin Batalyon 10 tentara Belanda Markas Kodim 15 Rumah Panti Asuhan Bina Harapan Kolonial Yayasan AsramaMess orang Belanda Panti asuhan 16 Monumen dan Museum PETA Kolonial 1745 Yayasan PETA Bekas tangsi tentara KNIL. Pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk mendidik perwira tentara sukarela PETA Museum 17 Gedung Penelitian Bioteknologi Perkebunan Kolonial 1926 Negara Balai pemelitian perkebunan Bogor Gedung Penelitian Bioteknologi Perkebunan Sumber: Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor 2008 Tabel 8 Lanjutan No Identitas Periode Pembangunan Pemilik Fungsi Dulu Kini 18 RRI Regional II Bogor Kolonial Bank Indonesia Gedung RRI 19 Gedung Blenong Kolonial Negara Pemukiman orang Belanda Gedung Badan Pertahanan Nasional 20 Museum Zoologi Kolonial Negara Laboratorium penelitian hewan pengganggu tanaman pertanian Landbouw Zoologisch Laboratorium Museum 21 Klenteng Dhanagun Hok Tek Bio Kolonial Yayasan Klenteng Klenteng, tempat ibadah 22 Makam Raden Saleh Kolonial Masyarakat Makam Makam 23 Masjid Agung Kolonial Yayasan Masjid Masjid Sumber: Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor 2008 Tabel 8 Lanjutan No Identitas Periode Pembangunan Pemilik Fungsi Dulu Kini 24 Prasasti Batutulis Klasik Negara Prasasti Prasati Sumber: Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor 2008 Bangunan-bangunan cagar budaya ini sebagian besar memiliki karakter desain arsitektur kolonial. Hal tersebut terutama dapat dilihat dari bentuk gable dan hiasan-hiasan bangunannya seperti pada kolom-kolomnya atau lubang angin. Benda cagar budaya BCB tersebut masih dalam kondisi yang baik hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan setiap BCB tersebut memiliki pengelolanya masing- masing yang bertanggung jawab menjaga kondisi elemen-elemen tersebut. Selain itu, BCB ini juga dilindungi oleh ketetapan pemerintah sehingga keberadaannya terlindungi. Penjelasannya secara deskripsi dapat dilihat pada Lampiran 1. Kota Bogor juga memiliki banyak elemen sejarah yang belum merupakan BCB, karena belum ada keputusan penetapan oleh pemerintah. Elemen-elemen tersebut tersebar luas di Kota Bogor, terutama di daerah bekas perkembangan masa penjajahan kolonial. Berikut sebaran elemen sejarah di sekitar Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada Gambar 28. Gambar 28 Sebaran Elemen Sejarah di Sekitar Kebun Raya Bogor Gambar 28 merupakan sebaran elemen sejarah yang terdapat di sekitar Kebun Raya Bogor. Elemen-elemen sejarah tersebut sebagian besar merupakan peninggalan sejarah periode masa penjajahan bangsa Eropa. Setiap kawasan memiliki gaya elemen sejarahnya masing-masing sesuai dengan karakter kawasannya. Pada daerah Kelurahan Paledang, Pabaton, Cibogor, Panaragan, Ciheleut, Kebonkopi, dan Sempur kental dengan karakteristik lanskap kolonial. Gaya-gaya bangunan dan lanskapnya banyak dipengaruhi gaya arsitektur EropaKolonial. Pada daerah Suryakencana kental akan budaya bangsa Cina. Bangunan-bangunan dan lanskapnya kental akan nuansa lanskap pecinan, sedangkan wilayah Empang kental dengan nuansa lanskap Arab. Namun walaupun Suryakencana dan Empang memiliki kekhasan karakter lanskapnya masing-masing, gaya eropa sedikit berpengaruh pada lanskap maupun gaya arsitektur di kawasan tersebut, akibat dari pengaruh masa penjajahan bangsa Eropa. Hal tersebut ditandai dengan terdapatnya elemen-elemen sejarah dengan percampuran gaya arsitektur budaya asli setempat dengan gaya arsitektur bangsa Kolonial Eropa. Kondisi dari elemen-elemen sejarah tersebut beberapa masih ada yang dalam kondisi yang baik dan terawat, namun adapula beberapa elemen sudah tidak lagi dalam kondisi optimal dan tidak terawat. Elemen sejarah dalam kondisi baik lebih banyak yang berupa Benda Cagar Budaya BCB. Hal ini dikarenakan benda yang termasuk BCB sudah ada pengelolanya masing-masing yang bertanggung jawab merawat keberadaan benda-benda tersebut dan keberadaan dari BCB sudah dilindungi oleh undang-undang, sehingga harus dijaga dan dilestarikan.

5.3 Infrastruktur