Usulan Zona Penyangga HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari proses komposit peta berupa zona yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu zona dengan potensi tinggi dan zona yang cukup berpotensi sebagai zona penyangga. Zona tersebut hanya terbagi menjadi dua bagian karena setelah aspek historis dioverlay dengan pertimbangan dari analisis infrastruktur dan elemen lanskap alami dihasilkan bahwa area dan elemen yang berpotensi menjadi zona penyangga adalah yang memiliki nilai skor yang kuat, sedangkan yang lainnya, yaitu dengan skor sedang dan rendah termasuk kedalam zona yang cukup berpotensi yang sebenarnya merupakan pendukung dan penyatu zona yang memiliki potensi tinggi sebagai satu kesatuan zona penyangga.

5.8 Usulan Zona Penyangga

Zona-zona penyangga pada Gambar 39 terbagi menjadi 2 ragam kriteria, yaitu zona penyangga 1 dan zona penyangga 2. Zona penyangga 1 mewakili suatu zona yang memiliki nilai kriteria yang kuat, dimana mencakup area yang masih terdapat elemen-elemen sejarah dan harus dilestarikan dan dilakukan konservasi atau pelakuan tertentu, sedangkan zona penyangga 2 mewakili zona penyangga yang memiliki nilai kekuatan yang cukup untuk mendukung zona penyangga 1 dan merupakan suatu zona yang masih memiliki sedikit karakteristik peninggalan periode kolonial. Zona penyangga 2 ini juga merupakan area yang menyatukan elemen-elemen pada zona penyangga 1 hingga menjadi satu kesatuan zona penyangga dengan karakter yang utuh. Sehingga perlakuan terhadap zona penyangga ini dapat menjadi satu kesatuan yang sama. Gambar 39 Usulan Zona Penyangga Kebun Raya Bogor Peta komposit yang telah dihasilkan, yaitu peta usulan zona penyangga bagi Kebun Raya Bogor di-overlay dengan peta RTRK Bogor tahun 2010-2029 untuk mengetahui kesesuaian zona penyangga tersebut dengan rencana yang telah dibuat oleh pemerintah untuk beberapa tahun ke depan. Kesesuaian hasil overlay tersebut juga untuk mengetahui tindakan pengelolaan yang tepat sesuai dengan peruntukan area dan fungsi zona penyangga itu sendiri bagi Kebun Raya Bogor. Berikut hasil overlay kedua peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 40. Gambar 40 Overlay Peta Komposit dan Rencana Tata Ruang Kota Bogor Tahun 2010-2029 Bila melihat pada Gambar 40, keseuaian antara zona penyangga dengan pertimbangan RTRK pada beberapa area mengalami kebentrokan fungsi. Seperti pada area-area komersial dan permukiman yang pengembangan fungsinya tidak bersinergi dengan zona penyangga penyangga 1 yang pada dasarnya memiliki karakter sejarah yang cukup tinggi. Namun, RTRK juga mengatur tentang keberadaan elemen-elemen bersejarah dan bagaimana karakter maupun elemen sejarah tersebut dilindungi, yang dimana terdapat di undang-undang. Hal tersebut dapat membantu penyatuan kesesuaian fungsi terhadap zona penyangga dan area komersialpermukiman. Pada area-area yang lainnya tidak begitu bermasalah, karena antara fungsi zona penyangga dengan fungsi area-area yang telah ditetapkan di RTRK dapat saling mendukung satu sama lain.

5.8.1 Konsep Zona Penyangga

Zona penyangga ini memiliki konsep pelestarian pada masing-masing area sesuai dengan kebutuhan dan fungsi area-area tersebut berdasarkan RTRK yang telah dibuat oleh pemerintah. Konsep pelestarian tersebut dapat dilihat pada Gambar 41. Konsep-konsep pelestarian tersebut memiliki tujuan untuk melindungi area-area dan elemen-elemen bersejarah dan meningkatkan karakteristik lanskap di sekitar Kebun Raya Bogor agar menjadi satu kesatuan karakter lanskap dengan Kebun Raya Bogor. Ada tiga macam pelestarian yang diterapkan pada setiap areanya, yaitu preservasi, konservasi, dan revitalisasi. Area dengan bentuk tindakan preservasi diperuntukkan bagi elemen yang sejak tempo dulu fungsi dan bentuk elemennya tidak berubah, sehingga kondisi aslinya masih bisa tetap terjaga dan dipertahankan nilai sejarahnya. Bentuk pelestarian konservasi diperuntukan pada area yang memiliki nilai kesejarahan yang memiliki karakteristik yang khas. Area-area tersebut dipertahankan nilai kesejarahannya agar tidak bertambah rusak. Penambahan maupun penggantian dapat diterapkan pada area ini dengan tujuan untuk mempertahankan nilai lanskapnya. Bentuk pelestarian yang berupa revitalisasi diperuntukan bagi area- area dengan fungsi dapat berubah sesuai dengan penggunaannya saat ini, terutama pada area komersial dan permukiman. Tujuan dari bentuk pelestarian ini adalah memperkenalkan dan mempertahankan karakter sejarah yang terdapat di kawasan tersebut pada masa lampau. Elemen modern dan elemen sejarah dapat saling menyatu pada area ini, dengan masing-masing elemen tidak boleh saling mendominasi. Gambar 41 Konsep Pelestarian pada Zona Penyangga Kebun Raya Bogor

5.8.2 Zona Penyangga

Setelah dilakukan analisis terhadap aspek-aspek dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan maka dihasilkanlah suatu zona penyangga bagi Kebun Raya Bogor beserta rekomendasi pengelolaannya bagi pertimbangan revisi RTRK kedepannya. Luas zona penyangga tersebut ±465,71 Ha yang meliputi wilayah Kelurahan Cibogor, Pabaton, Paledang, Sempur, Gudang, Babakan, Babakan Pasar, Gudang, dan Empang, dengan batas Sungai Cipakancilan, Cibalok, Cisadane, Jalan Raya Pajajaran, rel kereta, dan batas administratif. Berikut lokasi zona penyangga dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Area-area Zona Penyangga Berserta Tindakan Pelestariannya Tindakan Pelestarian Lokasi Keterangan Preservasi Istana Bogor, kawasan militer di Jl. Jend Sudirman dan Museum PETA, Balaikota, Keresidenan, Museum Zoologi. Mempertahankan tapak seperti kondidi awal tanpa melakukan perubahan atau pengrusakan. Konservasi Area Pecinan di Suryakencana, area Kauman di Empang, koridor sungai, Regina Pacis, Zebaoth, Katedral, Badan Penelitian Tanah, dan Departemen Kehutanan, Taman Kencana. Mencegah bertambahnya kerusakan pada elemen atau area bersejarah. Penambahan atau pergantian masih dapat ditolerir dalam tindakan pelestarian ini. Revitalisasi Area di dekat Jl. Jend. Sudirman, Area Stasiun Bogor, area di sepanjang Jembatan Merah, Taman Topi, dan area baik permukiman maupun komersial jasa dan perdagangan di sekitar KRB. Menyesuaikan suatu objek atau kawasan untuk keadaan dan penggunaan baru tanpa merusak nilai kesejarahan yang ada. Sehingga karakter dan keutuhan kawasan asli tersebut dapat terpelihara dan menjadi satu kesatuan karakter dengan KRB. Pengelolaan pelestarian terhadap area di zona penyangga tersebut menerapkan karakter lanskap kolonial. Hal tersebut dilakukan karena area zona penyangga ini merupakan area hasil perkembangan masa penjajahan kolonial. Walaupun mengusung karakteristik lanskap kolonial, pada bagian kawasan pecinan dan kauman tetap dengan karakteristik budaya khas mereka masing- masing, karena pada dasarnya lanskap pecinan dan kauman juga merupakan hasil peninggalan sejarah periode masa penjajahan kolonial.Selain pengelolaan di tiap- tiap areanya, untuk menambah terciptanya suatu karakter dengan satu kesatuan, perlu ditambahkan elemen-elemen kota lainnya, seperti lampu, trotoar, kursi umum, tempat sampah, desain taman, desain traffic island, dan signage yang memiliki gaya desain kolonial klasik.

VI. SIMPULAN DAN SARAN