Tata Guna Lahan Rencana Tata Ruang Kota

taman, jalur hijau, dan traffic island. Beberapa diantara taman yang ada merupakan elemen bersejarah peninggalan masa kolonial, yaitu Taman Istana, Taman Topi dan Taman Kencana. Selain taman, adapula elemen yang bersejarah yang berupa halaman seperti alun-alun Empang. Kebun Raya Bogor itu sendiri bila melihat dari fungsi penggunaannya saat ini merupakan hutan kota. Kebun Raya Bogor memberikan kontribusi RTH yang besar kepada kota Bogor dan sebagai ruang terbuka hijau terluas di pusat Kota Bogor. Sungai yang mengalir di sekitar KRB, diantaranya Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, Sungai Cipakancilan, Sungai Ciparigi, dan Sungai Cibalok. Namun sungai yang letaknya dekat dengan KRB, yaitu Sungai Ciliwung, dan Sungai Cipakancilan.

5.5 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di sekitar Kebun Raya Bogor KRB merupakan penggunaan lahan untuk area pemerintahan, sarana pendidikan, fasilitas publik, dan perdagangan. Area-area tersebut banyak terkonsentrasi di sepanjang Jl. Sudirman, Jl. Ir.H.Juanda, Jl. Kapt. Muslihat, dan Jl. Surya Kencana. Namun tata guna lahan di sekitar KRB tetap didominasi oleh area permukiman yang tersebar di kelurahan-kelurah di Kota Bogor Gambar 31. Fungsi KRB itu sendiri dalam tata guna lahan adalah sebagai ruang terbuka hijau yang berupa hutan kota. Penggunaan lahan pada saat ini mengalami banyak perubahan bila dibandingkan dengan penggunaan lahan pada masa kolonial. Pada masa kolonial penggunaan lahan hanya sebatas penggunaan untuk fungsi utama seperti permukiman, area pemerintahan, fasilitas publik, dan pasar. Namun sekarang penggunaan lahan lebih didominasi oleh area perdagangan dan permukiman. Permukiman padat pun banyak terdapat di sekitar Kebun Raya Bogor yang dapat menekan kebun raya itu sendiri, akibat dari bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di Kota Bogor. Gambar 31 Penggunaan Lahan di Sekitar Kebun Raya Bogor 2008

5.6 Rencana Tata Ruang Kota

Rencana tata ruang kota Bogor pada Gambar 32, terhadap wilayah di sekitar Kebun Raya Bogor memperlihatkan adanya rencana penambahan kawasan perdagangan, ruang terbuka hijau, dan area pemerintahan. Menurut Undang- undang no .8 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Bogor 2011-2031, terdapat rencana pembagian wilayah pelayanan di Kota Bogor. UU No.8 Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa rencana pembagian wilayah pelayanan WP dan Sub Wilayah Pelayanan SWP ditetapkan dengan pertimbangan adanya batasan fisik, batasan administrasi, kesesuaian karakteristik alam dan pemanfaatan, kesamaan tipologi penanganan, kesatuan cakupan pelayanan dan posisinya dalam struktur kota. Wilayah pelayanan A WP A disebut juga dengan wilayah pusat kota. Pusat kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan administrasi yang menjadi pusat orientasi bagi penduduk seluruh kota untuk kegiatan dan fasilitas skala kota dan regional. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup kegiatan perdagangan dan jasa, pemerintahan kota, dan prasarana sarana umum dengan skala pelayanan kota dan regional. UU No.8 Pasal 15 ayat 2 menyebutkan bahwa PK pusat kota pada WP A, terletak di kawasan pemerintahan dan perdagangan di sekitar Kebun Raya Bogor. Daerah-daerah yang merupakan bagian dari pusat kota menurut rencana tata ruang adalah sebagian dari wilayah Kecamatan Bogor Tengah, sebagian daerah Kelurahan Empang, dan sebagian daerah Kelurahan Baranang Siang. Gambar 32 Rencana Tata Ruang Kota di Sekitar Kebun Raya Bogor 2010-2029 Sumber: Bappeda Kota Bogor 2010 Arah pengembangan secara tematik pada pusat kota sesuai dengan undang-undang adalah bahwa pusat kota sebagai kota lama kawasan bersejarah. Kawasan ini diarahkan untuk mempertahankan kegiatan perdagangan dan jasa yang ada, pusat perkantoran, dan RTH skala kota. Dalam rencana penataannya, daerah ini pusat kota diatur berdasarkan UU No. 8 Pasal 14 ayat 2, sebagai mana yang dimaksudkan pada pasal 13 ayat 2 ditetapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan jasa skala kota dan regional di sepanjang koridor jalan utama seperti Jalan Raya Pajajaran, Jalan Ir.H.Juanda, Jalan Suryakencana, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Kapten Muslihat, Jalan Merdeka, Jalan MA Salmun, Jalan Dewi Sartika, Jalan Nyi Raja Permas, Jalan Mayor Oking, dan Jalan Pahlawan; 2. Revitalisasi kawasan Stasiun Kereta Api Bogor, Taman Topi dan Taman Ade Irma Suryani, Pasar Kebon Kembang, Kawasan Jembatan Merah, serta Kawasan Pasar Bogor dan sekitarnya; 3. Peremajaan kawasan permukiman padat tidak teratur, terutama yang berlokasi pada bantaran Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane dan Sungai Cipakancilan dengan mengembangkan perumahan vertikal dengan KDB rendah dan perbaikan kualitas lingkungan permukiman; dan 4. Mengembangkan RTH sesuai hirarki pelayanan. Rencana-rencana penataan tersebut masih dalam bentuk pengelolaan yang sederhana, belum diketahui dengan jelas upaya-upaya yang perlu dilakukan atau cara yang harus dilakukan untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan rencana penataan tersebut. Rencana yang berupa revitalisasi terhadap beberapa lokasi pun belum jelas upaya treatment-nya seperti apa. Kawasan yang direvitalisasi juga hanya di beberapa titik lokasi saja, sedangkan kawasan dan lokasi yang perlu dilindungi dan ditingkatkan karakteristiknya tidak hanya pada kawasan tersebut. Selain itu, tidak hanya perlu direvitalisasi, namun perlu juga dilakukan tindakan- tindakan lain seperti preservasi, konservasi, dan adaptive use yang bisa diterapkan di wilayah pusat kota ini.

5.7 Analisis Lanskap