5.7 Analisis Lanskap
Proses analisis ini dilakukan untuk mengetahui potensi zona penyangga yang tepat bagi keberadaan kebun raya Bogor dengan nilai-nilai pentingnya. Zona
penyangga tersebut harus dapat melindungi Kebun Raya Bogor dan meningkatkan karakternya dengan meningkatkan karakteristik lanskap di sekitarnya agar
memiliki satu kesatuan karakter. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi pada elemen-elemen yang berada di sekitar Kebun Raya Bogor, baik berupa aspek
sejarah maupun aspek fisik untuk mendapatkan zona penyangga yang tepat. Prinsip yang dapat menjadi panduan dalam menentukan suatu zona
penyangga Brazil 2005, yaitu 1. Zona penyangga tersebut dapat melindungi view dari dalam dan luar tapak,
2. Zona tersebut dapat melindungi hubungan aspek kesejarahan dan fisik dengan tapaknya dari dampak
3. Pertimbangan yang sesuai sehingga memberikan dampak positif bagi keberadaan dan karakter tapak tersebut dengan nilai-nilai yang ada.
5.7.1 Aspek Historis
Analisis terhadap aspek historis adalah untuk mendapatkan suatu zona penyangga dengan karakteristik yang kuat, dimana karakter tersebut dapat
meningkatkan kualitas karakter lanskap Kebun Raya dan sekitarnya menjadi satu kesatuan. Proses analisis ini mempertimbangkan elemen-elemen sejarah yang ada
dan area-area lanskap sejarah yang mendukung zona penyangga menjadi peningkat karakter KRB.
Menurut area karakteristik lanskap yang khas Gambar 23 dan sebaran elemen sejarah Gambar 28 diidentifikasikan bahwa area dengan kesejarahan
kolonial yang tinggi terdapat di wilayah kiri Jalan Pajajaran, sedangkan wilayah di kanan jalan Pajajaran memiliki nilai kesejarahan yang rendah. Berikut dapat
dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33 Identifikasi Aspek Kesejarahan Area dengan kesejarahan yang tinggi berpotensi dapat meningkatkan
karakteristik Kebun Raya Bogor dan sekitarnya menjadi satu kesatuan. Area-area hasil identifikasi tersebut perlu dilakukan penilaian kembali untuk mengetahui
bagian-bagian mana saja yang memberikan karakter yang kuat, sedang atau lemah. Berikut kriteria penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Kriteria Penilaian Aspek Kesejarahan untuk Meningkatkan Karakter Lanskap.
No Aspek
Kriteria 1 Karakter
Rendah 2 Karakter
Sedang 3 Karakter
Tinggi
1 Lanskap Sejarah:
komponen: a. Elemen sejarah
b. Area bersejarah Tidak terdapat
elemen maupun area lanskap
yang bersejarah Minimal terdapat
satu komponen lanskap sejarah
Terdapat komponen
lanskap sejarah lebih dari 1
Keterangan: Skor 1= Tidak dapat meningkatkan karakter lanskap menjadi satu kesatuan dengan KRB, Skor 2= Cukup berpotensi meningkatkan karakter lanskap sehingga menjadi satu kesatuan dengan KRB, Skor 3=
Sangat berpotensi meningkatkan karakter lanskap sehingga menjadi satu kesatuan dengan KRB.
Adanya elemen sejarah dan area bersejarah dengan karakter yang khas di suatu zona panyangga, dapat meningkatkan karakter lanskap Kebun Raya itu
sendiri. Sehingga antara Kebun Raya dan kawasan di sekitarnya memiliki kesatuan karakter lanskap yang khas, yaitu karakter lanskap kolonial. Walaupun
terdapat karakter lanskap yang lain yaitu pecinan dan kauman, tetap kedua karakter tersebut juga terbentuk dari masa periode yang sama dengan masa
terbentuknya karakter lanskap kolonial. Berikut bentuk spasialnya dapat dilihat pada Gambar 34.
Pada Gambar 34 terlihat bahwa kawasan yang berada dekat dengan Kebun Raya Bogor masih ada yang memiliki karakter lanskap yang tinggi. Unit
yang digunakan dalam analisis tersebut berdasarkan penggunaan lahan. Area dengan karakter lanskap yang tinggi dan yang cukup tersebut, dapat berpotensi
menjadi zona penyangga. Oleh karena itu, diidentifikasi kembali batas zona penyangga yang tepat untuk Kebun Raya Bogor, dengan pertimbangan berupa
sungai, batas administrasi dan jalan raya.
Gambar 34 Analisis Karakter Lanskap Sejarah Batas zona penyangga tersebutdipilih karena selain pertimbangan batas
administrasi, rel kereta, sungai dan jalan raya yang merupakan aspek fisik yang tetap dan tak berubah, area tersebut juga memiliki karakter kesejarahan yang
tinggi. Batas zona penyangga tersebut dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35 Identifikasi Batas Zona Penyangga Kebun Raya Bogor Elemen-elemen yang menjadi batas zona penyangga diantaranya,
Sungai Cipakancilan, Sungai Cisadane, rel kereta api, Sungai Cibalok, batas kelurahan Babakan Pasar dan Gudang, Sungai Ciliwung, Jalan Otto
Iskandardinata, Jalan Pajajaran, batas Kelurahan Babakan dan Sempur. Elemen sungai dan jalan raya merupakan aspek fisik yang sifatnya tetap dan tidak
mudah untuk berubah dan letak dari kedua elemen tersebut dekat dengan Kebun
Raya Bogor, sedangkan batas administrasi dipilih untuk mempermudah pengelolaannya masing-masing di setiap wilayah administrasinya.
5.7.2 Infrastruktur
Analisis infrastruktur dilakukan untuk mengetahui kekuatan infrastruktur tersebut sebagai penyangga Kebun Raya Bogor KRB. Analisis ini berupa
penilaian terhadap elemen-elemen infrastruktur di sekitar Kebun Raya Bogor. Berikut kriterianya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Kriteria Penilaian Kekuatan Aspek Infrastruktur sebagai Penyangga KRB.
No Aspek
Kriteria 1 Rendah
2 Sedang 3 Tinggi
1 Infrastruktur
Hanya berupa jalan biasa, tidak
memberikan fungsi khusus untuk
menyangga KRB Jalan yang hanya
dapat memberikan
potensi sebagai batas zona
penyangga Elemen
infrastruktur yang bersejarah, elemen
tersebut jalan berbatasan
langsung dan mengelilingi KRB,
dan elemen tersebut rel kereta
berpotensi menjadi batas zona
penyangnnga dan merupakan elemen
besejarah
Keterangan: Skor 1= tidak memiliki kekuatan untuk menyangga KRB, skor 2= cukup kuat untuk menyangga KRB, skor 3= memiliki kekuatan yang tinggi untuk menyangga KRB.
Elemen-elemen tersebut
berpotensi sebagai
zona penyangga
karena keberadaannya tetap dan tidak akan berubah. Beberapa diantara elemen-elemen
tersebut berupa elemen bersejarah, sehingga nilai kekuatannya dalam menyangga dapat lebih tinggi. Berikut hasil penilaiannya dapat dilihat pada Gambar 36.
Gambar 36 Analisis Infrastruktur sebagai Penyangga Pada Gambar 36 terlihat bahwa sebagian dari Jl. Pajajaran dan Jl. Otto
Iskandardinata yang mengelilingi Kebun Raya Bogor memiliki nilai yang kuat untuk menyangga Kebun Raya Bogor, sehingga tepat untuk dijadikan batas terluar
zona penyangga bagi Kebun Raya Bogor. Beberapa jalan seperti Jl. Kapt Muslihat, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Ir. H. Juanda, dan Jl. Suryakencana yang
merupakan jalan bersejarah post weg, begitu pula dengan jalur rel, memiliki nilai yang kuat pula untuk menyangga Kebun Raya Bogor, dan memiliki nilai periode
masa kesejarahan yang sama dengan Kebun Raya Bogor.
5.7.3 Kondisi Lanskap Alami
Analisis lanskap alami dilakukan dengan menilai kekuatan dari elemen- elemen pembentuk lanskap alami untuk bisa menyangga Kebun Raya Bogor
KRB. Kriteria penilaian terhadap elemen tersebut berdasarkan kekuatannya terhadap pengaruh pembangunan dan perkembangan kota. Berikut kriteria
penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Kriteria Penilaian Kekuatan Aspek Lanskap Alami sebagai Penyangga
KRB.
No Aspek
Kriteria 1 Rendah
2 Sedang 3 Tinggi
1 Lanskap Alami
Tanah kosong Lahan produksi
ladang dan kebun Koridor Sungai,
taman, traffic island, jalur hijau,
kolam, lapangan, TPU, dan RTH.
Terutama yang termasuk elemen
bersejarah.
Keterangan: Skor 1=tidak dapat menyangga KRB, Skor 2=cukup kuat untuk menyangga keberadaan KRB, Skor 3=memiliki nilai yang kuat untuk menyangga KRB.
Elemen dengan nilai yang tinggi dapat menyangga Kebun Raya Bogor dengan baik karena keberadaannya tidak mudah berubah baik dari fisik maupun
fungsinya. Sebagian besar dari elemen-elemen yang masuk dalam kategori memiliki nilai yang kuat tersebut dilindungi oleh aspek legal. Adapula beberapa
elemen yang termasuk dalam elemen bersejarah. Lahan produksi termasuk ke dalam kriteria nilai sedang karena elemen tersebut memiliki potensi sebagai zona
penyangga, namun keberadaannya belum tentu tetap ada dalam kondisi fisik maupun fungsi yang sama nantinya. Berikut hasil penilaian dapat dilihat pada
Gambar 37.
Gambar 37 Analisis Lanskap Alami sebagai Penyangga Pada Gambar 37 dapat dilihat bahwa yang paling memiliki nilai yang
kuat untuk menyangga Kebun Raya Bogor KRB adalah koridor sungai dan halaman istana. Koridor sungai termasuk memiliki nilai kuat untuk menyangga
KRB karena keberadaannya telah dilindungi dan diatur oleh aspek legal yang ada,
sehingga lanskap tersebut tidak dapat berubah secara fisik maupun fungsi. Sungai disini juga merupakan batas dari zona penyangga Tersebut, sehingga hasil
identifikasi sebelumnya yang menyatakan Sungai Cipakancilan, Sungai Cisadane dan Sungai Cibalok dapat menjadi batas terluar zona penyangga sudah tepat.
Halaman Istana Bogor merupakan ruang terbuka hijau yang memiliki nilai kesejarahan yang kuat. Keberadaanya pun tidak dapat dipisahkan dengan
keberadaan lanskap Kebun Raya Bogor sebagai satu kesatuan lanskap yang utuh. Walaupun pengelola kedua tapak ini berbeda, namun dari segi karakteristik dan
nilai kesejarahan, kedua lanskap ini tetap menyatu.
5.6.4 Kondisi Tata Guna Lahan
Kondisi tata guna lahan di sekitar Kebun Raya Bogor, yang termasuk dalam bagian zona penyangga merupakan area komersial perdagangan dan jasa,
pemerintahan, sarana pendidikan, sarana transportasi, fasilitas publik rumahsakit dan tempat ibadah, dan permukiman penduduk. Sebagian besar fungsi-fungsi
penggunaan lahan tersebut merupakan elemen bersejarah. Kondisi fisik pada elemen bersejarah tersebut masih baik dan tidak jauh berbeda dari masa periode
kolonial, namun fungsinya saja yang sudah berbeda. Kebanyakan dari fungsi- fungsi penggunaan lahan dari area bersejarah tersebut menjadi area pemerintahan,
kawasan komersil, dan sarana pendidikan. Kondisi tata guna lahan disekitar Kebun Raya Bogor ini sebenarnya bisa
menekan keberadaan Kebun Raya Bogor, karena laju perkembangan dan pembangunan cukup cepat dan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Saat
ini saja banyak kawasan yang berubah fungsinya menjadi kawasa komersial dan permukiman. Jika pemerintah tidak cepat mengambil tindakan yang tepat, maka
ini akan berbahaya terhadap Kebun Raya Bogor, baik dari aspek nilai sejarah, maupun nilai ekologisnya.
Perencanaan yang tepat, sesuai dengan daya dukung dan menggunakan suatu konsep perencanaan yang sesuai dengan karakter Kota Bogor akan
mempermudah pengelolaan dan perencanaan Kota Bogor nantinya, khususnya kawasan-kawasan di sekitar Kebun Raya Bogor. Agar Kebun Raya Bogor dapat
menjadi point of interest di Kota Bogor, dan tidak tertekan dengan kemajuan pembangunan dan perkembangan kota. Oleh karena itu diperlukan juga adanya
komunikasi dan kerjasama yang baik dengan antara pihak pemerintah, masyarakat, pihal swasta, dan LSMOrganisasi yang peduli dengan Kota Bogor.
5.6.5 Pertimbangan RTRK
Pertimbangan rencana tata ruang kota RTRK dibutuhkan untuk mengetahui keseuaian fungsi antara zona penyangga dengan rencana tata guna
lahannya. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan revisi bagi RTRK agar dapat sesuai dengan fungsi zona penyangga.
Pada RTRK Bogor sebenarnya belum ada pernyataan mengenai zona penyangga atau suatu kawasan yang dapat menjadi pelindung dan pembangkit
karakter Kebun Raya Bogor. Menurut undang-undang, pada Kebun Raya Bogor hanya dilakukan tindakan mempertahankan kawasan dan mengendalikan
pemanfaatan di kawasan sekitarnya. Belum jelas disebutkan pada undang-undang tersebut bagaimana upaya pengendaliannya dari tekanan pembangunan dan
perkembangan kota dan apakah upaya-upaya tersebut dapat meningkatkan kualitas karakter sekitar Kebun Raya Bogor agar menjadi satu kesatuan karakter.
Kawasan di sekitar Kebun Raya Bogor menurut RTRK merupakan wilayah sebagai pusat kota yang memberikan kontribusi utama pada kegiatan
perdagangan, jasa, pemerintah, sarana, dan prasaran skla kota dan regional. Fungsinya ini sebenarnya dapat menekan Kebun Raya Bogor yang letaknya
berada di wilayah pusat kota. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di wilayah pusat kota ini dengan perencanaan kawasan yang terpadu dengan pola
cluster. Tekanan yang dapat diakibatkan oleh fungsi sebagai pusat kota ini dapat diredam dengan upaya berupa adaptive use terhadap fungsi penggunaan baru
dengan nilai-nilai kesejarahan pada kawasan sekitar kebun Raya dengan kekhasan karakteristiknya masing-masing.
Upaya-upaya revitalisasi atau pengendalian terhadap kawasan-kawasan disekitar Kebun Raya Bogor terdapat dalam RTRK, namun hanya di beberapa
lokasi saja. Padahal sebenarnya banyak kawasan lanskap yang perlu dilakukan revitalisasi atau pengendalian penggunaan lahan. Bentuk-bentuk upaya revitalisasi
dalam RTRK ini juga belum jelas disebutkan bagaimana treatmentnya. Rencana yang diperlukan bagi kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sebenarnya juga bukan
hanya sebatas tindakan upaya revitalisasi dan pengendalian tata guna lahan semata, upaya konservasi maupun preservasi juga perlu dilakukan di beberapa
tapak yang memang tidak dinyatakan di UU No. 8 Pasal 14 ayat 2. Kawasan-kawasan cagar budaya yang ada dilindungi oleh UU No.8
tahun 2011 Pasal 45 ayat 2, dimana ayat tersebut menyebutkan bahwa kawasan cagar budaya direncanakan untuk mempertahankan karakteristik bangunan dan
sekitarnya serta merevitalisasi kawasan cagar budaya. Hal tersebut dapat bersinergis dengan fungsi zona penyangga sebagai pembangkit karakter lanskap
Kebun Raya dengan sekitarnya agar menjadi satu kesatuan karakter lanskap yang utuh. Penentuan kawasan-kawasan strategis sosial budaya seperti kawasan
perdagangan lama di Pasar Bogor, Pecinan di Suryakencana, Kampung Arab di Empang, dan kawasan perumahan beraksitektur khas di Taman Kencana,
ketentuan tersebut terdapat di UU No.8 tahun 2011 Pasal 67 ayat 1. Penataan masing-masing kawasan tersebut juga diatur oleh undang-
undang, yakni UU No.8 Pasal 67 ayat 2,3, dan 4. Inti dari peraturan- peraturan tersebut adalah menata bangunan dan lingkungan, meningkatkan
kualitas lingkungan, mempertahankan nilai kesejarahan, perlindungan dan penataan terhadap kawasan sejarah, dan pelestarian bangunan bersejarah dan
pengendalian terhadap perubahan arsitektur bangunan. Peraturan-peraturan ini tepat untuk mendukung zona penyangga yang diusulkan, sehingga fungsinya
dalam meningkatkan kualitas karakteristik lanskap sejarah dapat terpenuhi dan didukung oleh undang-undang.
5.6.6 Peta Komposit
Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan suatu peta komposit yang berupa zona penyangga. Analisis infrastruktur dan analisis lanskap alami
menjadi pertimbangan pendukung dalam proses ini. Berikut prosesnya dapat dilihat pada Gambar 38.
Gambar 38 Proses Komposit Peta Analisis Spasial
Hasil dari proses komposit peta berupa zona yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu zona dengan potensi tinggi dan zona yang cukup berpotensi sebagai
zona penyangga. Zona tersebut hanya terbagi menjadi dua bagian karena setelah aspek historis dioverlay dengan pertimbangan dari analisis infrastruktur dan
elemen lanskap alami dihasilkan bahwa area dan elemen yang berpotensi menjadi zona penyangga adalah yang memiliki nilai skor yang kuat, sedangkan yang
lainnya, yaitu dengan skor sedang dan rendah termasuk kedalam zona yang cukup berpotensi yang sebenarnya merupakan pendukung dan penyatu zona yang
memiliki potensi tinggi sebagai satu kesatuan zona penyangga.
5.8 Usulan Zona Penyangga