Selain daripada diatas, arsitektur kolonial juga khas dengan menggunakan konsol penyangga atap tritisan. Berikut bentuk beberapa elemen vernakular pada
bangunan arsitektur Belanda dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Beberapa Macam Elemen Arsitektur Vernakular Pada Bangunan Arsitektur Kolonial
Sumber: Handinoto 1996 diacu dalam Samsudi 2000
2.5 Pentingnya Zona Penyangga
Zona penyangga Buffer Zone merupakan alat penting untuk megkonservasi suatu tapak dari pengaruh yang ada. Perlindungan dari
lingkungan sekitar merupakan strategi penting dari sebuah konservasi. Suatu zona penyangga dimaksudkan untuk melindungi suatu situs atau tapak dari
pengaruh negatif. Dengan kata lain zona penyangga ini mungkin secara universal tidak memiliki nilai tertentu. Namun dapat memberi pengaruh pada
tapak atau warisan dunia tersebut. Hal penting dari suatu lingkungan terhadap objek tersebut harus benar-benar dipahami agar mendapatkan suatu parameter
yang cocok serta langkah-langkahnya sehingga dapat menentukan suatu zona penyangga UNESCO, 2009.
Menurut Goodchild 1990, konservasi merupakan suatu tindakan manajemen yang bertanggung jawab, informatif, dan merawat sumber daya yang
berharga. Tujuan dasar dibalik konservasi warisan budaya adalah untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan sumber daya budaya.
Pada tahun 1972, UNESCO mengumumkan bahwa dikenal ada dua macam warisan dunia, yaitu warisan alami dan warisan budaya. Oleh karena itu
lanskap sejarah dianggap sebagai suatu bagian dari warisan budaya. Namun tidak terdapat alasan yang jelas mengapa lanskap sejarah masuk ke dalam bagian
warisan budaya Goodchild, 1990.
Menurut Goodchild 1990, ada beberapa alasan mengapa suatu lanskap sejarah harus dikonservasi, hal tersebut dikarenakan:
1. Lanskap sejarah merupakan bagian dan kesatuan dari suatu warisan budaya. Keberadaannya membantu dalam menentukan suatu asal usul warisan
budaya. Hal tersebut dapat menjadi poin referensi untuk dipahami dan memberikan suatu pengalaman yang signifikan dan aktual bahkan ketika
kondisi lanskap sejarah tersebut tidak dalam kondisi yang prima. 2. Lanskap sejarah memberikan suatu bukti fisik dan arkeologi dari sejarah
suatu warisan budaya. 3. Berkontribusi dalam keberlanjutan perkembangan kehidupan budaya karena
lanskap tersebut ada dan dapat dikunjungi, didiskusikan, dan dipelajari. Lanskap tersebut merupakan suatu unsur aktif bagi kehidupan saat ini dan
masa yang akan datang. 4. Berkontribusi terhadap keberagaman suatu ketersediaan pengalaman.
5. Memberikan kemusahan publik, tempat dimana orang-orang dapat santai, mengembalikan semangat, dan menenangkan diri mereka atau mencari suatu
insprirasi. 6. Mereka dapat menjadi aspek pentik bagi perekonomian sebagai suatu fasilitas
umum karena dapat menghasilkan dan mendukung pariwisata. Dalam Brazil 2005, tujuan utama dari zona penyangga adalah untuk
melindungi keadaan visual dari sebuah situs warisan dunia, khususnya dengan memberikan pertimbangan khusus untuk aplikasi perencanaan yang diajukan
untuk pengembangan di dalamnya. Adapun prinsip yang dapat menjadi panduan dalam menentukan suatu zona penyangga menurut Brazil 2005, yaitu:
1. Zona penyangga tersebut dapat melindungi view dari dalam dan luar tapak, 2. Zona tersebut dapat melindungi hubungan aspek kesejarahan dan fisik dengan
tapaknya dari dampak, 3. Pertimbangan yang sesuai sehingga memberikan dampak positif bagi
keberadaan dan karakter tapak tersebut dengan nilai-nilai yang ada.
III. METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor. Kebun Raya Bogor itu sendiri terletak di Kelurahan
Paledang, Kecamatan Bogor Tengah. Batas lokasi penelitian ditentukan kemudian dengan pertimbangan elemen-elemen yang secara kuat mempunyai
karakter terkait dengan kebun Raya Bogor. Berikut lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 11. Penelitian ini dilakukan ini dilakukan dari bulan Maret
2011 hingga Desember 2011.
Gambar 11 Lokasi Penelitian
Sumber: a.
http:www.jakartastreetatlas.competajawabarat.htm b. Bappeda Kota Bogor
a b