mencapai 93-97 dari total serat Cabrejas et al., 2008. Antinutrisi yang telah diteliti terdapat dalam biji kacang komak diantaranya adalah trypsin
inhibitor, fitat dan tanin. Menurut Liener dan Kakade 1980, kacang komak mengandung protease inhibitor yang bekerja menghambat aktivitas trypsin,
chymotrypsin, dan trombin. Jaffe 1969 mengemukakan bahwa kacang komak mengandung faktor toksik hemaglutinin, biji komak mentah bersifat
toksik pada hewan percobaan dan ekstrak basa memiliki aktivitas hemaglutinasi. Sejalan dengan itu, Salgarkar dan Sohonie 1965 melaporkan
bahwa agglutinin yang diekstrak dari kacang komak menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian hewan percobaan. Komposisi serat
dan antinutrisi kacang komak dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3
. Komposisi Serat Kacang Komak
a
Jenis serat pangan Jumlah
Serat pangan total 27.52
b
42.02
c
Serat larut 3.95
b
2.12
c
Serat tidak larut 23.57
b
39.9
c
a
dihitung berdasarkan basis kering.
b
kacang komak yang dianalisis berasal dari Probolinggo, Indonesia.
c
kacang komak yang dianalisis berasal dari Cuba, Amerika. Sumber :
b
Anita 2009,
c
Cabrejas et al., 2008
Tabel 4 . Komposisi Zat Antinutrisi Kacang Komak
Jenis antinutrisi Jumlah
Fitat mg100g
82.0
±0.33
a
605.39
±0.39
b
1890
±
0.2
c
Trypsin inhibitor TIUmg
19.16
±3.97
a
28.96
±0.3
b
0.15
±
0.02
c
Tanin mg100g 0.85
±0.01
a
420
±0.01
b
Saponin mg100g 727.18
d
Sumber :
a
Ramakrishna et al. 2006
b
Osman 2007
c
Subagio 2006
d
Yoshiki et al. 1995
3. Perkecambahan
Kecambah adalah biji-bijian yang mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang disebabkan oleh proses metabolisme Winarno, et al., 1980. Kecambah
muncul karena hipokotil bagian kecambah di bawah buku kotiledon yang memanjang sehingga mendorong kotiledon ke permukaan dan titik tumbuh
mulai muncul. Perkecambahan merupakan proses keluarnya bakal tanaman
7
dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetative lembaga.
Selama perkecambahan
terjadi berbagai
perubahan biologis
yang memperlihatkan terpecahnya berbagai komponen dalam biji menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana, yang telah siap cerna bagi embrio atau kecambah untuk tumbuh lebih lanjut Winarno, 1981.
Perkecambahan telah diketahui sebagai teknologi yang murah dan efektif untuk meningkatkan kualitas kacang-kacangan, dengan meningkatkan daya
cerna protein Osman, 2007, kandungan asam amino Chang dan Harold, 1988 dan menurunkan kandungan anti nutrisi Vidal-Valverde et al., 2002.
Osman 2007 melaporkan bahwa perkecambahan pada kacang komak secara signifikan menurunkan kadar asam fitat dan trypsin inhibitor activity TIA
Osman, 2007; Ramakrishna et al., 2006. Peningkatan daya cerna protein akibat perkecambahan terjadi karena hilangnya aktivitas inhibitor enzim dan
hidrolisis phytic acid. Perbandingan kandungan gizi dan peningkatan daya cerna protein kacang komak yang mengalami perkecambahan dapat dilihat
pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Kandungan Gizi Kacang Komak Selama Perkecambahan
Sumber :
a
Anita 2009,
b
Osman 2007
Tabel 6. Perubahan Daya Cerna Protein In Vitro Kecambah Kacang Komak
Sumber : Osman 2007
Komponen Kacang Komak
Kecambah Kacang Komak Jumlah
Air 14.32
a
6.41
b
12.88
a
12.95
b
Protein 21.82
a
26.86
b
25.16
a
28.55
b
Lemak 0.68
a
1.90
b
0.18
a
1.19
b
Karbohidrat 58.85
a
67.23
b
56.70
a
66.40
b
Abu 4.32
a
3.96
b
4.19
a
3.83
b
Jenis Nilai Daya Cerna Protein
in Vitro
Kacang Komak Mentah 88.17±1.70
Kecambah Kacang Komak 92.27±1.83
8
Menurut Cabrejas et al. 2008, perkecambahan kacang komak lablab purpureus L sweet total serat pangan kacang komak didominasi oleh serat
pangan tidak larut yang jumlahnya mencapai 93-97. Sejalan dengan itu, Anita 2009 melaporkan serat pangan kacang komak didominasi serat pangan
tidak larut. Perubahan serat pangan dan serat kasar kacang komak akibat perkecambahan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan Kadar Serat Kacang dan Kecambah Komak
Jenis Serat Kacang Komak
Kecambah Kacang Komak Jumlah berat kering
Serat pangan total 27.52
24.65 Serat pangan tidak larut
23.57 19.59
Serat pangan larut 3.95
4.93 Serat kasar
15.85 16.62
Sumber : Anita 2009
B. KOLESTEROL
Kolesterol merupakan senyawa kelompok besar steroid yang termasuk golongan lipid. Kolesterol memiliki rumus molekul C
27
H
45
OH dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi-5,6 kolesten karena memiliki satu gugus
hidroksil pada atom C
3
dan ikatan rangkap pada atom C
5
dan C
6
, serta percabangan pada atom C
10
, C
13
, dan C
17
Mayes, 1996. Kolesterol memiliki rantai hidrokarbon dengan delapan atom karbon yang diberi nomor 20-27
sebagai lanjutan nomor pada inti steroid Ismadi, 1993.
Gambar 3. Struktur Molekul Kolesterol
9
Kolesterol terdapat di semua sel hewan dan tersebar luas di seluruh jaringan tubuh Tillman et al., 1991. Kolesterol dalam tubuh berasal dari dua
sumber, yaitu makanan yang disebut kolesterol eksogen dan kolesterol yang diproduksi sendiri oleh tubuh yang disebut kolesterol endogen Piliang dan
Djojosoebagio, 1990. Manusia dewasa rata-rata membutuhkan 1.1 g kolesterol untuk kebutuhan tubuhnya. Sekitar 25-40 200-300 mg dari
kebutuhan tersebut berasal dari makanan dan selebihnya dari biosintesis endogen Linder, 1992. Pada mamalia, jaringan-jaringan hati, korteks
adrenal, kulit, usus, testis, lambung, otot, jaringan adipose, dan otak diketahui mampu mensintesis kolesterol Tillman et al., 1991.
Di dalam tubuh, kolesterol yang berasal dari makanan dan yang berasal dari sintesis di dalam tubuh tidak dapat dibedakan. Jika jumlah kolesterol dari
makanan kurang, maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain. Sebaliknya
jika kolesterol dari makanan berlebih, maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus menurun Muchtadi et al., 1993.
Fungsi kolesterol di dalam tubuh adalah sebagai prekursor pembentuk asam empedu yang dibutuhkan untuk mengemulsikan lemak pada usus halus,
prekursor sintesis hormon dan komponen penting penyusun dinding sel. Selain itu, kolesterol berperan membantu sel saraf menjalankan fungsinya, tanpa
kolesterol koordinasi gerak tubuh dan kemampuan berbicara akan terganggu Herman, 1991.
Kolesterol, asam lemak, fosfolipid dan lipida lain yang tidak larut dalam air memerlukan mekanisme khusus agar dapat diedarkan ke seluruh tubuh
melalui darah. Zat-zat tersebut selalu bergabung dengan protein dalam peredarannya membentuk komposisi larut air yang disebut lipoprotein
Soetardjo, 1990. Lipoprotein plasma terdiri dari chylomicron kilomikron, very low density lipoprotein VLDL, intermediate density lipoprotein IDL,
low density lipoprotein LDL, dan high density lipoprotein HDL. Susunan tersebut dibuat berdasarkan meningkatnya densitas, konsentrasi protein dan
fosfolipid dan berdasarkan menurunnya konsentrasi trigliserida Muchtadi et al., 1993.
10
Kilomikron adalah lipoprotein yang banyak mengandung triasilgliserol, disintesis di dalam mukosa usus dan berukuran paling besar dengan diameter
lebih dari 100 nm Marinetti, 1990. Kilomikron yang baru terbentuk kilomikron nasen akan disekresikan ke dalam kelenjar limfe intestinum dan
dibawa ke dalam sirkulasi melalui duktus toraksikus Dominiezak, 1994. Di dalam pembuluh darah perifer, kilomikron akan bereaksi dengan enzim
lipoprotein lipase LPL dan menghidrolisis triasilgliserol dalam inti kilomikron serta melepaskan asam lemak bebas dan gliserol.
Kilomikron yang tersisa kilomikron remnan mengandung lebih sedikit triasilgliserol dan banyak mengandung kolesterol dan ester kolesterol, akan
diambil oleh hati melalui reseptor khusus apo E serta reseptor LDL Mayes, 1996. Lemak dari kilomikron tersebut akan diresintesis menjadi triasilgliserol
dan turut membentuk VLDL atau HDL. Kolesterol dan ester kolesterol dari kilomikron remnan akan mengalami 1 perubahan menjadi asam empedu, 2
disekresikan ke dalam empedu sebagai sterol netral atau 3 bergabung ke dalam VLDL atau HDL dan dilepaskan ke dalam plasma Groff et al., 1995
VLDL adalah lipoprotein yang disintesis dalam hati dan berfungsi membawa triasilgliserol, fosfolipid, dan kolesterol dari hati ke jaringan lain
dalam tubuh. Ukuran VLDL lebih kecil dibandingkan kilomikron, diameternya hanya 30-90 nm dengan densitas kurang dari 1.006 gml
Marinetti, 1990. VLDL dalam plasma akan berinteraksi dengan lipoprotein lipase LPL, enzim pada endotelium dinding kapiler yang terikat rantai
peptidoglikan pada heparan sulfat, sehingga terjadi hidrolisis sebagian triasilgliserol dan kembalinya apolipoprotein C ke HDL. Partikel VLDL yang
tersisa remnan mengandung sebagian kecil triasilgliserol, ester kolesterol, fosfolipid, apolipoprotein B-100 dan E.
VLDL remnan akan mengalami 1 diambil oleh hati melalui reseptor LDL atau 2 diubah menjadi LDL dengan melibatkan lipase hepatik yang
akan menghidrolisis triasilgliserol dan fosfolipid serta melepaskan semua apolipoprotein E Grundy, 1996. LDL merupakan produk akhir dari
metabolisme VLDL dan berperan dalam membawa kolesterol dari hati ke jaringan tubuh yang memerlukan agar jaringan tubuh tersebut dapat berfungsi
11
dengan baik. LDL membawa sekitar 70 kolesterol dalam plasma Mann dan Skeaff, 2002.
HDL adalah lipoprotein yang berperan membawa kolesterol dari jaringan tubuh ke hati untuk diubah menjadi asam empedu dan selanjutnya disimpan
atau dibuang melalui empedu ke usus besar. Oleh karena itu, HDL memegang peranan penting dalam mengatur jumlah kolesterol dalam jaringan tubuh,
terutama dalam dinding arteri Soetardjo, 1990. Jalur utama pembuangan kolesterol dari tubuh 200-300 mghari adalah
melalui konversi oleh hati menjadi asam empedu, yaitu asam kholat dan khenodeoksikholat yang berikatan dengan glisin atau taurin membentuk garam
empedu. Senyawa ini diekskresi di dalam empedu, bersama-sama dengan kolesterol bebas akan dialirkan melalui saluran empedu ke dalam duodenum.
Sekitar 98 dari asam empedu diabsorpsi ulang oleh hati melalui sirkulasi. Di dalam hati, asam empedu diekskresi dan disekresikan kembali ke dalam
empedu. Di dalam empedu ini terdapat 2000-3000 mg asam empedu yang selalu mengalami daur ulang. Asam empedu yang tidak terserap didegradasi di
dalam usus besar dan diekskresi dalam feses. Jalur minor pembuangan kolesterol 40 mghari dilakukan melalui sintesis hormon steroid. Sekitar 1
mghari diekskresi dalam urin dan sekitar 50 mghari diekskresi sebagai keringat atau hilang melalui rambut atau kulit Muchtadi et al., 1983.
Meskipun ada banyak faktor yang memegang peranan penting dalam metabolisme kolesterol, telah diketahui bahwa kadar trigliserida, LDL, dan
HDL plasma dipengaruhi oleh konsumsi pangan. Secara umum, kadar trigliserida dapat meningkat karena asupan kolesterol, asam lemak jenuh dan
asam lemak trans, dan dapat menurun dengan asupan asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda Chen, et al., 2008.
Menurut Chen, et al., 2008, pangan fungsional yang bersifat hipokolesterolemik diklasifikasikan menjadi lima tipe utama, yaitu inhibitor
HMG-Co-A reduktase, aktivator reseptor LDL, inhibitor acyl CoA cholesterol acyltransferase ACAT, inhibitor absorpsi asam empedu, dan inhibitor
cholesteryl ester transport protein CETP. Profil lipid serum pada manusia dapat dilihat pada Tabel 8.
12
Tabel 8 . Profil Lipid Serum pada Manusia.
Lipid Kadar normal
mgdl Kadar perbatasan
mgdl Kadar berbahaya
mgdl Kolesterol total
200 200-239
≥240 LDL
130 130-159
≥160 HDL
35 35
Sumber : Chen, et al., 2008
Salah satu pangan yang berpotensi sebagai pangan fungsional karena efek hipokolestolemiknya adalah kacang komak Lablab purpureus L Sweet.
Nugroho 2007 melaporkan bahwa baik fraksi protein dan fraksi non protein kacang komak mampu menurunkan kadar LDL dan kolesterol serum darah
tikus secara nyata P 0.05. Sejalan dengan itu, Khayrani 2008 mengungkapkan bahwa konsentrat protein kacang komak mampu menurunkan
kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida serum tikus secara signifikan. Ramakrishna et al. 2006 melaporkan bahwa kacang komak Dolichos
lablab L. var lignosus yang dikecambahkan selama 24 jam mampu menurunkan kadar kolesterol plasma darah dan hati tikus Ramakrishna et al.,
2007. Faktor-faktor yang diduga mempunyai efek hipokolesterolemik ini adalah serat pangan Cicerol and Derosa, 2005; Stone, 1996; Bourdon et al.,
2001 dan protein tertentu Kayashita et al.,1997; Osada et al., 1996. Hasil penelitian intensif mengenai sifat hipokolesterolemik protein
kacang-kacangan diantaranya diungkapkan oleh Lovati et al. 1996, yaitu konsumsi protein kedelai menstimulasi up-regulation dari LDL reseptor dan
mendapatkan terjadinya kenaikan degradasi kolesterol LDL 8 kali lipat dibandingan konsumsi protein hewani. Penelitian terdahulu mengindikasikan
bahwa fraksi 7S globulin diabsorpsi dari protein kacang dan mempengaruhi aktivitas LDL reseptor. Lovati et al. 1996 memperkirakan degradasi
kolesterol LDL dipercepat oleh peptida yang dibentuk dari hasil hidrolisis globulin 7S oleh hati. Pada umumnya, biji tanaman dikotil memiliki fraksi 11S
yang lebih dominan, namun protein kacang komak memiliki fraksi globulin 7S yang sangat tinggi 20.5 sedangkan fraksi 11S sangat rendah 9.44
Subagio, 2006.
13
LDL reseptor disintesis untuk merespon kebutuhan akan koleseterol dan down regulated dengan tercukupinya kebutuhan baik berasal dari sintesis de
novo atau suplai dari sirkulasi. Kenaikan aktivitas LDL reseptor mengindikasikan bahwa jaringan membutuhkan kolesterol. Ini dapat terjadi
jika sintesis kolesterol tidak mencukupi kebutuhan, atau karena kolesterol telah berkurang karena diubah menjadi molekul steroid.
Beberapa kemungkinan mekanisme protein menurunkan kolesterol yang telah dipelajari pada hewan maupun manusia meliputi peningkatan ekskresi
asam empedu, peningkatan hormon tiroid, dan menurunkan rasio insulin- glukagon Anderson et al. 1999.
C. MALONALDEHIDA
Menurut Bird dan Draper 1984, malonaldehida MDA merupakan produk hasil peroksidasi lipid dalam tubuh. Malonaldehida juga merupakan
produk yang dihasilkan oleh radikal bebas melalui reaksi ionisasi di dalam tubuh dan sebagai produk samping biosintesis prostaglandin. Tingginya kadar
MDA dapat dipengaruhi banyak hal, antara lain tingginya kadar peroksidasi lipid dimana MDA sebagai produk akhirnya. Selain itu dipengaruhi juga oleh
terjadinya dekomposisi asam amino, kompleks karbohidrat, pentosa, heksosa, dan biosintesis prostaglandin. Akan tetapi, peroksidasi dari asam lemak tiga
atau banyak ikatan ganda khusus arakhidonik dipercaya sebagai sumber utama Bird dan Daper, 1984.
Asam lemak tak jenuh PUFA sangat mudah mengalami reaksi oksidasi. Karbon metilen antara dua ikatan rangkap PUFA sangat sensitif terhadap
pengurangan hidrogen dan pembentukan senyawa radikal. Oksigen dapat melekat pada asam lemak yang telah kehilangan hidrogen, membentuk
senyawa radikal yang selanjutnya akan bereaksi dengan molekul lemak
Gambar 4. Struktur Molekul Malonaldehida
14
lainnya dan menghasilkan antara lain senyawa aldehid dan keton. Senyawa aldehid seperti malonaldehida dan senyawa karbonil rantai pendek lainnya
telah diketahui bersifat toksik terhadap sel. Senyawa radikal hidroksil juga dapat menyerang membran fosfolipid pada
rantai asam lemak tak jenuh ganda dan akan terjadi peroksidasi lipid. Proses peroksidasi dimulai dengan terbentuknya carbon centered radical di membran
fosfolipid. Karena OH radikal bereaksi dengan atom hidrogen dari rantai karbon membentuk air. Selanjutnya carbon centered radical akan bereaksi
dengan oksigen membentuk radikal bebas baru yang disebut radikal bebas peroksil. Radikal bebas ini cukup reaktif untuk menyerang asam lemak di
sekitarnya dan membentuk lipid hidroperoksida dan carbon centered radical baru.
Pembentukan carbon centered radical yang baru akan menyebabkan rantai bereaksi terus berlanjut. Satu radical hidroksil dapat merusak ratusan rantai
asam lemak tidak jenuh ganda, misalnya arakhidonik yang dapat menjadi peroksidasi lipid. Penimbunan hidroperoksida lipida pada membran akan
menyebabkan gangguan fungsi sel. Selanjutnya hidroperoksida lipid dapat berubah menjadi sejumlah produk toksik, seperti malonaldehid dan hidroksi
nonenal Abidin, 1996. Analisa malonaldehida merupakan analisa radikal bebas secara tidak
langsung dan merupakan analisa yang cukup mudah untuk menentukan jumlah radikal bebas yang terbentuk. Analisa radikal bebas secara langsung sangat
sulit dilakukan, karena radikal ini sangat tidak stabil dan cenderung untuk merebut elektron senyawa lain agar lebih stabil. Reaksi ini berlangsung sangat
cepat sehingga pengukurannya sangat sulit bila dalam bentuk senyawa radikal bebas Gutteridge, 1995. Konsentrasi malonaldehida dalam material biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator dari kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh sekaligus merupakan indikator keberadaan radikal bebas
Zakaria, 1996. Menurut Conti et al., 1991, MDA melakukan reaksi pertambahan
nukleofilik nucleophillic addiction reaction dengan asam tiobarbiturat TBA membentuk senyawa MDA-TBA. Senyawa ini berwarna merah jambu
15
yang dapat diukur intensitas menggunakan spektrofluorometer pada panjang gelombang 532 nm Conti et al., 1991. Inilah yang merupakan dasar analisa
metode dengan metode TBA. Pengukuran kadar MDA tubuh dilakukan dengan metode TBA. Dalam
penentuan kadar MDA ini, digunakan 1,1,3,3-tetraetoksipropana TEP sebagai standar. Senyawa ini menghasilkan malonaldehida melalui hidrolisis
asam. Pada suasana asam, TEP terhidrolisis dan menghasilkan hemiasetal dan etanol. Hemiasetal yang terbentuk kemudian terdekomposisi menjadi etanol
dan malonaldehida. Perlakuan pemanasan bertujuan untuk menghidrolisis peroksida lipid sehingga semua MDA yang terikat dapat dibebaskan dan
bereaksi dengan TBA. Penelitian mengenai pengaruh kacang komak terhadap kadar MDA hewan
percobaan diantaranya telah dilaporkan Nugroho 2007, bahwa fraksi karbohidrat kacang komak dapat menurunkan kadar malonaldehida dalam
serum darah tikus secara nyata. Hal ini dapat terjadi karena kandungan zat-zat yang bersifat antioksidan yang menghambat oksidasi lipid. Menurut Yulia
2007 zat-zat yang mempunyai aktivitas antioksidan dalam fraksi non protein kacang komak adalah zat fenol, saponin, triterpenoid, dan asam fitat.
Sedangkan kapasitas antioksidan pada fraksi protein mungkin disebabkan kandungan protein atau asam amino yang bersifat antioksidan. Okada dan
Okada 1998 telah menguji aktivitas antioksidan protein pada kacang- kacangan lain yaitu broad bean vicia faba dengan beberapa metode
menyimpulkan bahwa fraksi proteinnya mempunyai kapasitas antioksidan yang tinggi scavenging radikal bebas. Beberapa contoh protein atau asam
amino yang telah dikenal mempunyai aktivitas antioksidan diantaranya sistin, metionin, histidin, tryptofan, lisin, superoxide dismutase SOD, katalase dan
glutathione GSH. Ramakrishna et al., 2007 melaporkan bahwa terjadi peningkatan
kandungan asam askorbat yang sangat tajam selama periode perkecambahan 16-24 jam. Selain itu, Yoshiki et al. 1995 melaporkan bahwa kacang komak
mengandung saponin yang berkonjugasi dengan 2,3-dihydro-2,5-dihydroxi-6- methyl-4H-piran-4-one saponin I memiliki aktivitas seperti superoxide
16
dismutase yang jauh lebih tinggi dari glutathione. Diperkirakan komponen- komponen ini dapat melindungi lipid dari serangan radikal.
D. TIKUS PERCOBAAN
Hewan percobaan sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan evaluasi nilai gizi pangan dan salah satunya adalah tikus. Tikus atau
rat Rattus norvegicus telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai
macam penelitian Malole dan Pramono, 1989. Terdapat lima galur tikus putih albino rat yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan, yaitu Long
Evans, Osborne Mendel, Sherman, Sprague Dawley dan Wistar Muchtadi, 1989. Sprague Dawley memiliki ciri-ciri berwarna albino putih, berkepala
kecil, dan ekornya lebih panjang dari pada badannya. Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek sedangkan Long Evans memiliki ciri
lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan Malole dan Pramono, 1989.
Tikus termasuk ordo Rodensia yang memiliki ciri tidak memiliki kantung empedu gall bladder, tidak dapat memuntahkan kembali isi perutnya dan
tidak pernah berhenti tumbuh namun kecepatan pertumbuhannya akan menurun setelah berumur 100 hari Muchtadi, 1983. Tikus terutama yang
muda memiliki jaringan lemak berwarna coklat di bagian leher sampai scapula yang jumlahnya berkurang setelah dewasa Malole dan Pramono, 1989.
Tikus biasanya dipelihara dalam kandang kotak terbuat dari metal atau plastik atau kayu yang ditutup dengan kawat yang dianyam dengan lubang
anyaman 1,6 cm
2
. Luas lantai kandang yang dibutuhkan oleh tikus dewasa 250 cm
2
ekor berat tikus sekitar 300 g. Tinggi kandang harus lebih dari 18 cm. Temperatur kandang yang ideal adalah 18-27
o
C dengan rata-rata 22
o
C dan kelembaban relatif 40-70. Pemberian penerangan cukup selama 12 jamhari,
karena bila lebih dari 12 jam akan mempengaruhi siklus birahi. Rodensia umumnya, terutama rodensia yang aktif di malam hari nocturnal seperti
tikus, senang pada cahaya remang-remang. Perlu diperhatikan agar alas kandang selalu kering dan tidak berbau untuk mencegah gangguan respirasi
17
serta alat-alat dalam kandang harus dibersihkan 1-2 kali seminggu Malole dan Pramono, 1989.
Seekor tikus dewasa membutuhkan 5 g makanan dan 10 ml air minum per hari per 100 g berat badan. Tingkat konsumsi ransum dipengaruhi oleh
temperatur kandang, kelembaban, kesehatan tikus, dan kualitas makanan itu sendiri. Sebagai hewan nocturnal, tikus aktif makan di malam hari Malole
dan Pramono, 1989. Zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tikus hampir sama dengan manusia, yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan
vitamin baik vitamin larut lemak maupun larut air. Bila tikus kekurangan asam-asam lemak esensial terutama linoleat dan linolenat kulitnya bersisik,
pertumbuhannya terhambat dan dapat menimbulkan kematian. Asam-asam amino esensial bagi tikus ada 10 macam, yaitu lisin, leusin, isoleusin,
triptofan, metionin, treonin, fenilalanin, valin, histidin dan arginin Muchtadi, 1989. Tikus dapat hidup lebih dari tiga tahun dan produktif berkembangbiak
selama lebih dari sembilan bulan. Tikus dapat melahirkan 6-12 anak dengan usia kehamilan 21-23 hari Malole dan Pramono, 1989.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan