mencapai  93-97  dari  total  serat  Cabrejas  et  al.,  2008.  Antinutrisi  yang telah  diteliti  terdapat  dalam  biji  kacang  komak  diantaranya  adalah  trypsin
inhibitor, fitat dan tanin. Menurut Liener dan Kakade 1980, kacang komak mengandung  protease  inhibitor  yang  bekerja  menghambat  aktivitas  trypsin,
chymotrypsin,  dan  trombin.  Jaffe  1969  mengemukakan  bahwa  kacang komak  mengandung  faktor  toksik  hemaglutinin,  biji  komak  mentah  bersifat
toksik  pada  hewan  percobaan  dan  ekstrak  basa  memiliki  aktivitas hemaglutinasi. Sejalan dengan itu, Salgarkar dan Sohonie 1965 melaporkan
bahwa  agglutinin  yang  diekstrak  dari  kacang  komak  menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian hewan percobaan. Komposisi serat
dan antinutrisi kacang komak dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3
. Komposisi Serat Kacang Komak
a
Jenis serat pangan Jumlah
Serat pangan total 27.52
b
42.02
c
Serat larut 3.95
b
2.12
c
Serat tidak larut 23.57
b
39.9
c
a
dihitung berdasarkan basis kering.
b
kacang komak yang dianalisis berasal dari Probolinggo, Indonesia.
c
kacang komak yang dianalisis berasal dari Cuba, Amerika. Sumber :
b
Anita 2009,
c
Cabrejas et al., 2008
Tabel 4 . Komposisi Zat Antinutrisi Kacang Komak
Jenis antinutrisi Jumlah
Fitat mg100g
82.0
±0.33
a
605.39
±0.39
b
1890
±
0.2
c
Trypsin inhibitor TIUmg
19.16
±3.97
a
28.96
±0.3
b
0.15
±
0.02
c
Tanin mg100g 0.85
±0.01
a
420
±0.01
b
Saponin mg100g 727.18
d
Sumber  :
a
Ramakrishna  et  al.  2006
b
Osman  2007
c
Subagio  2006
d
Yoshiki  et  al. 1995
3. Perkecambahan
Kecambah adalah biji-bijian yang mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang disebabkan oleh proses metabolisme Winarno, et al., 1980. Kecambah
muncul  karena  hipokotil  bagian  kecambah  di  bawah  buku  kotiledon  yang memanjang  sehingga  mendorong  kotiledon  ke  permukaan  dan  titik  tumbuh
mulai  muncul.  Perkecambahan  merupakan  proses  keluarnya  bakal  tanaman
7
dari    lembaga  yang  disertai  dengan  terjadinya  mobilisasi  cadangan  makanan dari  jaringan  penyimpanan  atau  keping  biji  ke  bagian  vegetative  lembaga.
Selama perkecambahan
terjadi berbagai
perubahan biologis
yang memperlihatkan terpecahnya berbagai komponen dalam biji menjadi senyawa-
senyawa  yang  lebih  sederhana,  yang  telah  siap  cerna  bagi  embrio  atau kecambah untuk tumbuh lebih lanjut Winarno, 1981.
Perkecambahan  telah  diketahui  sebagai  teknologi  yang  murah  dan  efektif untuk  meningkatkan  kualitas  kacang-kacangan,  dengan  meningkatkan  daya
cerna  protein  Osman,  2007,  kandungan  asam  amino  Chang  dan  Harold, 1988  dan  menurunkan  kandungan  anti  nutrisi  Vidal-Valverde  et  al.,  2002.
Osman 2007 melaporkan bahwa perkecambahan pada kacang komak secara signifikan  menurunkan  kadar  asam  fitat  dan  trypsin  inhibitor  activity  TIA
Osman,  2007;  Ramakrishna  et  al.,  2006.  Peningkatan  daya  cerna  protein akibat  perkecambahan  terjadi  karena  hilangnya  aktivitas  inhibitor  enzim  dan
hidrolisis  phytic  acid.  Perbandingan  kandungan  gizi  dan  peningkatan  daya cerna  protein  kacang  komak  yang  mengalami  perkecambahan  dapat  dilihat
pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Kandungan Gizi Kacang Komak Selama Perkecambahan
Sumber :
a
Anita 2009,
b
Osman 2007
Tabel 6. Perubahan Daya Cerna Protein In Vitro Kecambah Kacang Komak
Sumber : Osman 2007
Komponen Kacang Komak
Kecambah Kacang Komak Jumlah
Air 14.32
a
6.41
b
12.88
a
12.95
b
Protein 21.82
a
26.86
b
25.16
a
28.55
b
Lemak 0.68
a
1.90
b
0.18
a
1.19
b
Karbohidrat 58.85
a
67.23
b
56.70
a
66.40
b
Abu 4.32
a
3.96
b
4.19
a
3.83
b
Jenis Nilai Daya Cerna Protein
in Vitro
Kacang Komak Mentah 88.17±1.70
Kecambah Kacang Komak 92.27±1.83
8
Menurut  Cabrejas  et  al.  2008,  perkecambahan  kacang  komak  lablab purpureus  L  sweet  total  serat  pangan  kacang  komak  didominasi  oleh  serat
pangan  tidak  larut  yang  jumlahnya  mencapai  93-97.  Sejalan  dengan  itu, Anita 2009 melaporkan serat pangan kacang komak didominasi serat pangan
tidak  larut.  Perubahan  serat  pangan  dan  serat  kasar  kacang  komak  akibat perkecambahan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan Kadar Serat Kacang dan Kecambah Komak
Jenis Serat Kacang Komak
Kecambah Kacang Komak Jumlah  berat kering
Serat pangan total 27.52
24.65 Serat pangan tidak larut
23.57 19.59
Serat pangan larut 3.95
4.93 Serat kasar
15.85 16.62
Sumber : Anita 2009
B. KOLESTEROL
Kolesterol  merupakan  senyawa  kelompok  besar  steroid  yang  termasuk golongan  lipid.  Kolesterol  memiliki  rumus  molekul  C
27
H
45
OH  dan  dapat dinyatakan  sebagai  3  hidroksi-5,6  kolesten  karena  memiliki  satu  gugus
hidroksil  pada  atom  C
3
dan  ikatan  rangkap  pada  atom  C
5
dan  C
6
,  serta percabangan pada atom C
10
, C
13
, dan C
17
Mayes, 1996. Kolesterol memiliki rantai  hidrokarbon  dengan  delapan  atom  karbon  yang  diberi  nomor  20-27
sebagai lanjutan nomor pada inti steroid Ismadi, 1993.
Gambar 3. Struktur Molekul Kolesterol
9
Kolesterol  terdapat  di  semua  sel  hewan  dan  tersebar  luas  di  seluruh jaringan tubuh Tillman et al., 1991. Kolesterol dalam tubuh berasal dari dua
sumber,  yaitu  makanan  yang  disebut  kolesterol  eksogen  dan  kolesterol  yang diproduksi  sendiri  oleh  tubuh  yang  disebut  kolesterol  endogen  Piliang  dan
Djojosoebagio,  1990.  Manusia  dewasa  rata-rata  membutuhkan  1.1  g kolesterol  untuk  kebutuhan  tubuhnya.  Sekitar  25-40  200-300  mg  dari
kebutuhan  tersebut  berasal  dari  makanan  dan  selebihnya  dari  biosintesis endogen  Linder,  1992.  Pada  mamalia,  jaringan-jaringan  hati,  korteks
adrenal, kulit, usus, testis, lambung, otot, jaringan adipose, dan otak diketahui mampu mensintesis kolesterol Tillman et al., 1991.
Di  dalam  tubuh,  kolesterol  yang  berasal  dari  makanan  dan  yang  berasal dari sintesis di dalam tubuh tidak dapat dibedakan. Jika jumlah kolesterol dari
makanan  kurang,  maka  sintesis  kolesterol  di  dalam  hati  dan  usus  akan meningkat  untuk  memenuhi  kebutuhan  jaringan  dan  organ  lain.  Sebaliknya
jika  kolesterol  dari  makanan  berlebih,  maka  sintesis  kolesterol  di  dalam  hati dan usus menurun Muchtadi et al., 1993.
Fungsi  kolesterol  di  dalam  tubuh  adalah  sebagai  prekursor  pembentuk asam empedu yang dibutuhkan untuk mengemulsikan lemak pada usus halus,
prekursor sintesis hormon dan komponen penting penyusun dinding sel. Selain itu,  kolesterol  berperan  membantu  sel  saraf  menjalankan  fungsinya,  tanpa
kolesterol  koordinasi  gerak  tubuh  dan  kemampuan  berbicara  akan  terganggu Herman, 1991.
Kolesterol,  asam  lemak,  fosfolipid  dan  lipida  lain  yang  tidak  larut  dalam air  memerlukan  mekanisme  khusus  agar  dapat  diedarkan  ke  seluruh  tubuh
melalui  darah.  Zat-zat  tersebut  selalu  bergabung  dengan  protein  dalam peredarannya  membentuk  komposisi  larut  air  yang  disebut  lipoprotein
Soetardjo,  1990.  Lipoprotein  plasma  terdiri  dari  chylomicron  kilomikron, very low density lipoprotein  VLDL, intermediate density lipoprotein IDL,
low density lipoprotein  LDL,  dan high density  lipoprotein  HDL. Susunan tersebut  dibuat  berdasarkan  meningkatnya  densitas,  konsentrasi  protein  dan
fosfolipid  dan  berdasarkan  menurunnya  konsentrasi  trigliserida  Muchtadi  et al., 1993.
10
Kilomikron  adalah  lipoprotein  yang  banyak  mengandung  triasilgliserol, disintesis di dalam mukosa usus dan berukuran paling besar dengan diameter
lebih  dari  100  nm  Marinetti,  1990.  Kilomikron  yang  baru  terbentuk kilomikron nasen akan disekresikan ke dalam kelenjar limfe intestinum dan
dibawa ke dalam sirkulasi  melalui duktus toraksikus Dominiezak, 1994.  Di dalam  pembuluh  darah  perifer,  kilomikron  akan  bereaksi  dengan  enzim
lipoprotein  lipase  LPL  dan  menghidrolisis  triasilgliserol  dalam  inti kilomikron serta melepaskan asam lemak bebas dan gliserol.
Kilomikron  yang  tersisa  kilomikron  remnan  mengandung  lebih  sedikit triasilgliserol  dan  banyak  mengandung  kolesterol  dan  ester  kolesterol,  akan
diambil  oleh  hati  melalui  reseptor  khusus  apo  E  serta  reseptor  LDL  Mayes, 1996. Lemak dari kilomikron tersebut akan diresintesis menjadi triasilgliserol
dan  turut  membentuk  VLDL  atau  HDL.  Kolesterol  dan  ester  kolesterol  dari kilomikron remnan akan mengalami 1 perubahan menjadi asam empedu, 2
disekresikan  ke  dalam  empedu  sebagai  sterol  netral  atau  3  bergabung  ke dalam VLDL atau HDL dan dilepaskan ke dalam plasma Groff et al., 1995
VLDL  adalah  lipoprotein  yang  disintesis  dalam  hati  dan  berfungsi membawa  triasilgliserol,  fosfolipid,  dan  kolesterol  dari  hati  ke  jaringan  lain
dalam  tubuh.  Ukuran  VLDL  lebih  kecil  dibandingkan  kilomikron, diameternya  hanya  30-90  nm  dengan  densitas  kurang  dari  1.006  gml
Marinetti,  1990.  VLDL  dalam  plasma  akan  berinteraksi  dengan  lipoprotein lipase  LPL,  enzim  pada  endotelium  dinding  kapiler  yang  terikat  rantai
peptidoglikan  pada  heparan  sulfat,  sehingga  terjadi  hidrolisis  sebagian triasilgliserol dan kembalinya apolipoprotein C ke HDL. Partikel VLDL yang
tersisa  remnan  mengandung  sebagian  kecil  triasilgliserol,  ester  kolesterol, fosfolipid, apolipoprotein B-100 dan E.
VLDL  remnan  akan  mengalami  1  diambil  oleh  hati  melalui  reseptor LDL  atau  2  diubah  menjadi  LDL  dengan  melibatkan  lipase  hepatik  yang
akan  menghidrolisis  triasilgliserol  dan  fosfolipid  serta  melepaskan  semua apolipoprotein  E  Grundy,  1996.  LDL  merupakan  produk  akhir  dari
metabolisme  VLDL  dan  berperan  dalam  membawa  kolesterol  dari  hati  ke jaringan tubuh yang memerlukan agar jaringan tubuh tersebut dapat berfungsi
11
dengan baik. LDL membawa sekitar 70 kolesterol dalam plasma Mann dan Skeaff, 2002.
HDL  adalah lipoprotein  yang berperan membawa kolesterol dari jaringan tubuh  ke  hati  untuk  diubah  menjadi  asam  empedu  dan  selanjutnya  disimpan
atau dibuang melalui empedu ke usus besar. Oleh karena itu, HDL memegang peranan  penting  dalam  mengatur  jumlah  kolesterol  dalam  jaringan  tubuh,
terutama dalam dinding arteri Soetardjo, 1990. Jalur  utama  pembuangan  kolesterol  dari  tubuh  200-300  mghari  adalah
melalui  konversi  oleh  hati  menjadi  asam  empedu,  yaitu  asam  kholat  dan khenodeoksikholat yang berikatan dengan glisin atau taurin membentuk garam
empedu.  Senyawa  ini  diekskresi  di  dalam  empedu,  bersama-sama  dengan kolesterol bebas akan dialirkan melalui saluran empedu ke dalam duodenum.
Sekitar 98 dari asam empedu diabsorpsi ulang oleh hati melalui sirkulasi. Di dalam  hati,  asam  empedu  diekskresi  dan  disekresikan  kembali  ke  dalam
empedu.  Di  dalam  empedu  ini  terdapat  2000-3000  mg  asam  empedu  yang selalu mengalami daur ulang. Asam empedu yang tidak terserap didegradasi di
dalam  usus  besar  dan  diekskresi  dalam  feses.  Jalur  minor  pembuangan kolesterol  40  mghari  dilakukan  melalui  sintesis  hormon  steroid.  Sekitar  1
mghari  diekskresi  dalam  urin  dan  sekitar  50  mghari  diekskresi  sebagai keringat atau hilang melalui rambut atau kulit Muchtadi et al., 1983.
Meskipun  ada  banyak  faktor  yang  memegang  peranan  penting  dalam metabolisme  kolesterol,  telah  diketahui  bahwa  kadar  trigliserida,  LDL,  dan
HDL  plasma  dipengaruhi  oleh  konsumsi  pangan.  Secara  umum,  kadar trigliserida dapat  meningkat  karena asupan kolesterol,  asam  lemak jenuh  dan
asam lemak trans, dan dapat menurun dengan asupan asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda Chen, et al., 2008.
Menurut  Chen,  et  al.,  2008,  pangan  fungsional  yang  bersifat hipokolesterolemik  diklasifikasikan  menjadi  lima  tipe  utama,  yaitu  inhibitor
HMG-Co-A reduktase, aktivator reseptor LDL, inhibitor acyl CoA cholesterol acyltransferase  ACAT,  inhibitor  absorpsi  asam  empedu,  dan  inhibitor
cholesteryl  ester  transport  protein  CETP.    Profil  lipid  serum  pada  manusia dapat dilihat pada Tabel 8.
12
Tabel 8 . Profil Lipid Serum pada Manusia.
Lipid Kadar normal
mgdl Kadar perbatasan
mgdl Kadar  berbahaya
mgdl Kolesterol total
200 200-239
≥240 LDL
130 130-159
≥160 HDL
35 35
Sumber : Chen, et al., 2008
Salah satu pangan yang berpotensi sebagai pangan fungsional karena efek hipokolestolemiknya  adalah  kacang  komak  Lablab  purpureus  L  Sweet.
Nugroho 2007 melaporkan bahwa baik fraksi protein dan fraksi non protein kacang  komak  mampu  menurunkan  kadar  LDL  dan  kolesterol  serum  darah
tikus  secara  nyata  P  0.05.  Sejalan  dengan  itu,  Khayrani  2008 mengungkapkan bahwa konsentrat protein kacang komak mampu menurunkan
kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida serum tikus secara signifikan. Ramakrishna  et  al.  2006  melaporkan  bahwa  kacang  komak  Dolichos
lablab  L.  var  lignosus  yang  dikecambahkan  selama  24  jam  mampu menurunkan kadar kolesterol plasma darah dan hati tikus Ramakrishna et al.,
2007.  Faktor-faktor  yang  diduga  mempunyai  efek  hipokolesterolemik  ini adalah  serat  pangan  Cicerol  and  Derosa,  2005;  Stone,  1996;  Bourdon  et  al.,
2001 dan protein tertentu Kayashita et al.,1997; Osada et al., 1996. Hasil  penelitian  intensif  mengenai  sifat  hipokolesterolemik  protein
kacang-kacangan  diantaranya  diungkapkan  oleh  Lovati  et  al.  1996,  yaitu konsumsi  protein  kedelai  menstimulasi  up-regulation  dari  LDL  reseptor  dan
mendapatkan  terjadinya  kenaikan  degradasi  kolesterol  LDL  8  kali  lipat dibandingan  konsumsi  protein  hewani.  Penelitian  terdahulu  mengindikasikan
bahwa  fraksi  7S  globulin  diabsorpsi  dari  protein  kacang  dan  mempengaruhi aktivitas  LDL  reseptor.  Lovati  et  al.  1996  memperkirakan  degradasi
kolesterol  LDL  dipercepat  oleh  peptida  yang  dibentuk  dari  hasil  hidrolisis globulin 7S oleh hati. Pada umumnya, biji tanaman dikotil memiliki fraksi 11S
yang lebih dominan, namun protein kacang komak memiliki fraksi globulin 7S yang  sangat  tinggi  20.5  sedangkan  fraksi  11S  sangat  rendah  9.44
Subagio, 2006.
13
LDL  reseptor  disintesis  untuk  merespon  kebutuhan  akan  koleseterol  dan down regulated dengan tercukupinya kebutuhan baik berasal dari sintesis  de
novo  atau  suplai  dari  sirkulasi.  Kenaikan  aktivitas  LDL  reseptor mengindikasikan  bahwa  jaringan  membutuhkan  kolesterol.  Ini  dapat  terjadi
jika  sintesis  kolesterol  tidak  mencukupi  kebutuhan,  atau  karena  kolesterol telah berkurang karena diubah menjadi molekul steroid.
Beberapa  kemungkinan  mekanisme  protein  menurunkan  kolesterol  yang telah  dipelajari  pada  hewan  maupun  manusia  meliputi  peningkatan  ekskresi
asam  empedu,  peningkatan  hormon  tiroid,  dan  menurunkan  rasio  insulin- glukagon Anderson et al. 1999.
C. MALONALDEHIDA
Menurut  Bird  dan  Draper  1984,  malonaldehida  MDA  merupakan produk  hasil  peroksidasi  lipid  dalam  tubuh.  Malonaldehida  juga  merupakan
produk  yang  dihasilkan  oleh  radikal  bebas  melalui  reaksi  ionisasi  di  dalam tubuh dan sebagai produk samping biosintesis prostaglandin. Tingginya kadar
MDA  dapat  dipengaruhi  banyak  hal,  antara  lain  tingginya  kadar  peroksidasi lipid dimana MDA sebagai produk akhirnya. Selain itu dipengaruhi juga oleh
terjadinya dekomposisi asam amino, kompleks karbohidrat, pentosa, heksosa, dan  biosintesis  prostaglandin.  Akan  tetapi,  peroksidasi  dari  asam  lemak  tiga
atau banyak ikatan ganda khusus arakhidonik dipercaya sebagai sumber utama Bird dan Daper, 1984.
Asam lemak tak jenuh PUFA sangat mudah mengalami reaksi oksidasi. Karbon  metilen  antara  dua  ikatan  rangkap  PUFA  sangat  sensitif  terhadap
pengurangan  hidrogen  dan  pembentukan  senyawa  radikal.  Oksigen  dapat melekat  pada  asam  lemak  yang  telah  kehilangan  hidrogen,  membentuk
senyawa  radikal  yang  selanjutnya  akan  bereaksi  dengan  molekul  lemak
Gambar 4. Struktur Molekul Malonaldehida
14
lainnya  dan  menghasilkan  antara  lain  senyawa  aldehid  dan  keton.  Senyawa aldehid  seperti  malonaldehida  dan  senyawa  karbonil  rantai  pendek  lainnya
telah diketahui bersifat toksik terhadap sel. Senyawa radikal hidroksil juga dapat menyerang membran fosfolipid pada
rantai  asam  lemak  tak  jenuh  ganda  dan  akan  terjadi  peroksidasi  lipid.  Proses peroksidasi dimulai dengan terbentuknya carbon centered radical di membran
fosfolipid.  Karena  OH  radikal  bereaksi  dengan  atom  hidrogen  dari  rantai karbon  membentuk  air.  Selanjutnya  carbon  centered  radical  akan  bereaksi
dengan  oksigen  membentuk  radikal  bebas  baru  yang  disebut  radikal  bebas peroksil.  Radikal  bebas  ini  cukup  reaktif  untuk  menyerang  asam  lemak  di
sekitarnya  dan  membentuk  lipid  hidroperoksida  dan  carbon  centered  radical baru.
Pembentukan carbon centered radical yang baru akan menyebabkan rantai bereaksi  terus  berlanjut.  Satu  radical  hidroksil  dapat  merusak  ratusan  rantai
asam  lemak  tidak  jenuh  ganda,  misalnya  arakhidonik  yang  dapat  menjadi peroksidasi  lipid.  Penimbunan  hidroperoksida  lipida  pada  membran    akan
menyebabkan  gangguan  fungsi  sel.  Selanjutnya  hidroperoksida  lipid  dapat berubah  menjadi  sejumlah  produk  toksik,  seperti  malonaldehid  dan  hidroksi
nonenal Abidin, 1996. Analisa  malonaldehida  merupakan  analisa  radikal  bebas  secara  tidak
langsung dan merupakan analisa yang cukup mudah untuk menentukan jumlah radikal  bebas  yang  terbentuk.  Analisa  radikal  bebas  secara  langsung  sangat
sulit  dilakukan,  karena  radikal  ini  sangat  tidak  stabil  dan  cenderung  untuk merebut elektron senyawa lain agar lebih stabil. Reaksi ini berlangsung sangat
cepat sehingga pengukurannya sangat sulit bila dalam bentuk senyawa radikal bebas  Gutteridge,  1995.  Konsentrasi  malonaldehida  dalam  material  biologi
telah  digunakan  secara  luas  sebagai  indikator  dari  kerusakan  oksidatif  pada lemak  tak  jenuh  sekaligus  merupakan  indikator  keberadaan  radikal  bebas
Zakaria, 1996. Menurut  Conti  et  al.,  1991,  MDA  melakukan  reaksi  pertambahan
nukleofilik  nucleophillic  addiction  reaction  dengan  asam  tiobarbiturat TBA membentuk senyawa MDA-TBA. Senyawa ini berwarna merah jambu
15
yang  dapat  diukur  intensitas  menggunakan  spektrofluorometer  pada  panjang gelombang 532 nm Conti et al., 1991. Inilah  yang merupakan dasar analisa
metode dengan metode TBA. Pengukuran  kadar  MDA  tubuh  dilakukan  dengan  metode  TBA.  Dalam
penentuan  kadar  MDA  ini,  digunakan  1,1,3,3-tetraetoksipropana  TEP sebagai  standar.  Senyawa  ini  menghasilkan  malonaldehida  melalui  hidrolisis
asam. Pada suasana asam, TEP terhidrolisis dan menghasilkan hemiasetal dan etanol.  Hemiasetal  yang  terbentuk  kemudian  terdekomposisi  menjadi  etanol
dan  malonaldehida.  Perlakuan  pemanasan  bertujuan  untuk  menghidrolisis peroksida  lipid  sehingga  semua  MDA  yang  terikat  dapat  dibebaskan  dan
bereaksi dengan TBA. Penelitian mengenai pengaruh kacang komak terhadap kadar MDA hewan
percobaan  diantaranya  telah  dilaporkan  Nugroho  2007,  bahwa  fraksi karbohidrat  kacang  komak  dapat  menurunkan  kadar  malonaldehida  dalam
serum darah tikus secara nyata.  Hal ini dapat terjadi karena kandungan zat-zat yang  bersifat  antioksidan  yang  menghambat  oksidasi  lipid.  Menurut  Yulia
2007 zat-zat yang mempunyai aktivitas antioksidan dalam fraksi non protein kacang  komak  adalah  zat  fenol,  saponin,  triterpenoid,  dan  asam  fitat.
Sedangkan  kapasitas  antioksidan  pada  fraksi  protein  mungkin  disebabkan kandungan  protein  atau  asam  amino  yang  bersifat  antioksidan.    Okada  dan
Okada  1998  telah  menguji  aktivitas  antioksidan  protein  pada  kacang- kacangan  lain  yaitu  broad  bean  vicia  faba  dengan  beberapa  metode
menyimpulkan  bahwa  fraksi  proteinnya  mempunyai  kapasitas  antioksidan yang  tinggi  scavenging  radikal  bebas.  Beberapa  contoh  protein  atau  asam
amino yang telah dikenal mempunyai aktivitas antioksidan diantaranya sistin, metionin, histidin, tryptofan, lisin, superoxide dismutase SOD, katalase dan
glutathione GSH. Ramakrishna  et  al.,  2007  melaporkan  bahwa  terjadi  peningkatan
kandungan  asam  askorbat  yang  sangat  tajam  selama  periode  perkecambahan 16-24 jam. Selain itu, Yoshiki et al. 1995 melaporkan bahwa kacang komak
mengandung saponin  yang berkonjugasi  dengan  2,3-dihydro-2,5-dihydroxi-6- methyl-4H-piran-4-one  saponin  I  memiliki  aktivitas  seperti  superoxide
16
dismutase  yang  jauh  lebih  tinggi  dari  glutathione.  Diperkirakan  komponen- komponen ini dapat melindungi lipid dari serangan radikal.
D. TIKUS PERCOBAAN
Hewan  percobaan  sering  digunakan  dalam  penelitian  yang  berkaitan dengan  evaluasi  nilai  gizi  pangan  dan  salah  satunya  adalah  tikus.  Tikus  atau
rat Rattus norvegicus telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara,  merupakan  hewan  yang  relatif  sehat  dan  cocok  untuk  berbagai
macam  penelitian  Malole  dan  Pramono,  1989.  Terdapat  lima  galur  tikus putih albino rat yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan, yaitu Long
Evans,  Osborne  Mendel,  Sherman,  Sprague  Dawley  dan  Wistar  Muchtadi, 1989.  Sprague  Dawley  memiliki  ciri-ciri  berwarna  albino  putih,  berkepala
kecil, dan ekornya lebih panjang dari pada badannya. Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek sedangkan Long Evans memiliki ciri
lebih  kecil  daripada  tikus  putih  dan  memiliki  warna  hitam  pada  kepala  dan tubuh bagian depan Malole dan Pramono, 1989.
Tikus termasuk ordo Rodensia yang memiliki ciri tidak memiliki kantung empedu  gall  bladder,  tidak  dapat  memuntahkan  kembali  isi  perutnya  dan
tidak  pernah  berhenti  tumbuh  namun  kecepatan  pertumbuhannya  akan menurun  setelah  berumur  100  hari  Muchtadi,  1983.  Tikus  terutama  yang
muda memiliki jaringan lemak berwarna coklat di bagian leher sampai scapula yang jumlahnya berkurang setelah dewasa Malole dan Pramono, 1989.
Tikus  biasanya  dipelihara  dalam  kandang  kotak  terbuat  dari  metal  atau plastik  atau  kayu  yang  ditutup  dengan  kawat  yang  dianyam  dengan  lubang
anyaman 1,6 cm
2
. Luas lantai kandang yang dibutuhkan oleh tikus dewasa 250 cm
2
ekor  berat  tikus  sekitar  300  g.  Tinggi  kandang  harus  lebih  dari  18  cm. Temperatur  kandang  yang  ideal  adalah  18-27
o
C  dengan  rata-rata  22
o
C  dan kelembaban relatif 40-70. Pemberian penerangan cukup selama 12 jamhari,
karena  bila  lebih  dari  12  jam  akan  mempengaruhi  siklus  birahi.  Rodensia umumnya,  terutama  rodensia  yang  aktif  di  malam  hari  nocturnal  seperti
tikus,  senang  pada  cahaya  remang-remang.  Perlu  diperhatikan  agar  alas kandang  selalu  kering  dan  tidak  berbau  untuk  mencegah  gangguan  respirasi
17
serta  alat-alat  dalam  kandang  harus  dibersihkan  1-2  kali  seminggu  Malole dan Pramono, 1989.
Seekor tikus dewasa membutuhkan 5 g makanan dan 10 ml air minum per hari  per  100  g  berat  badan.  Tingkat  konsumsi  ransum  dipengaruhi  oleh
temperatur  kandang,  kelembaban,  kesehatan  tikus,  dan  kualitas  makanan  itu sendiri.  Sebagai  hewan  nocturnal,  tikus  aktif  makan  di  malam  hari  Malole
dan  Pramono,  1989.  Zat-zat  gizi  yang  diperlukan  untuk  pertumbuhan  tikus hampir sama dengan manusia, yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan
vitamin  baik  vitamin  larut  lemak  maupun  larut  air.  Bila  tikus  kekurangan asam-asam  lemak  esensial  terutama  linoleat  dan  linolenat  kulitnya  bersisik,
pertumbuhannya  terhambat  dan  dapat  menimbulkan  kematian.  Asam-asam amino  esensial  bagi  tikus  ada  10  macam,  yaitu  lisin,  leusin,  isoleusin,
triptofan, metionin, treonin, fenilalanin, valin, histidin dan arginin Muchtadi, 1989. Tikus dapat hidup lebih dari tiga tahun dan produktif berkembangbiak
selama  lebih  dari  sembilan  bulan.  Tikus  dapat  melahirkan  6-12  anak  dengan usia kehamilan 21-23 hari Malole dan Pramono, 1989.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan