Kadar Trigliserida Profil dan Peroksidasi Lipid Tikus yang Diberi Ransum Tepung Kecambah Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet)

Asam fitat juga diketahui berperan dalam menurunkan kolesterol total serum. Lee et al. 2006 mengungkapkan adanya penurunan kolesterol serum dan peningkatan kadar kolesterol feses tikus yang diberi diet fitat. Hal ini menunjukkan mekanisme penurunan kolesterol dengan pembuangan melalui feses. Mekanisme lain diungkapkan Shi et al. 2004, yaitu fitat menghambat enzim -amilase sehingga menurunkan kadar glukosa darah dan konsentrasi insulin. Penurunan kadar insulin ini menghambat biosintesis kolesterol oleh hati Chen et al., 2008. Penghambatan terhadap sintesis kolesterol menurut Chen et al. 2008 merupakan mekanisme yang paling efektif dalam menurunkan kolesterol serum. Senyawa antinutrisi lainnya yang terdapat dalam kacang komak, yaitu tanin juga berperan dalam menurunkan kolesterol serum. Mekanisme penurunan yang diungkapkan Park et al. 2002 adalah dengan menghambat aktivitas HMG-CoA reduktase dan ACAT. Oleh karena itu, diduga kandungan fitat dan tanin dalam kecambah kacang komak ikut berperan dalam menurunkan kadar kolesterol serum. Meskipun berperan dalam menurnkan kadar kolesterol serum, perlu diperhatikan bahwa mengkonsumsi fitat dan tanin dalam jumlah yang tinggi akan menyebabkan defisiensi mineral tertentu Potter, 1995. Oleh karena itu, efek dari senyawa-senyawa antinutrisi ini akan bernilai fungsional hanya pada orang yang mempunyai status gizi dan kecukupan mineral yang baik.

2. Kadar Trigliserida

Hasil analisis kadar trigliserida serum darah tikus percobaan disajikan pada Gambar 21. Kandungan trigliserida serum darah tikus dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut yaitu grup kontrol negatif 42.45 mgdl diikuti grup kontrol positif 27.73 mgdl dan yang paling rendah grup kecambah kacang komak 11.78 mgdl. Berdasarkan hasil analisis ragam, kadar trigliserida antar grup perlakuan memiliki nilai yang berbeda nyata p0.1 Lampiran 14. Grup perlakuan kecambah kacang komak memiliki kadar trigliserida serum yang lebih rendah dibandingkan kontrol positif secara nyata Lampiran 14. Hal ini sejalan dengan penelitian Chau et al. 1998 yang melaporkan hasil bahwa kadar 49 trigliserida darah hamster yang mengkonsumsi konsentrat protein kacang komak lebih rendah dibandingkan hamster grup kontrol positif dan Khayrani 2008 yang melaporkan penurunan kadar trigliserida tikus diabetes yang diberi protein kacang komak. Kemungkinan kadar trigliserida serum grup kecambah kacang komak yang lebih rendah pada penelitian ini terjadi karena konsumsi ransum yang jauh lebih sedikit dibandingkan kontrol positif sehingga asupan lemak yang menjadi sumber trigliserida dalam darah sedikit atau protein kecambah kacang komak memiliki aktivitas menurunkan kadar trigliserida serum. Keterangan : Kelompok kontrol negatif diberi ransum standar. Kontrol positif diberi ransum standar, kolesterol 1 dan PTU 0.1. Kelompok kecambah diberi ransum standar tanpa kasein, tepung kecambah komak 57.1 bb, kolesterol 1 dan PTU 0.1. Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada gambar menunjukkan nilai berbeda nyata pada one way anova uji lanjut Duncan p0.1. Gambar 21. Kadar Trigliserida Serum Darah Tikus Percobaan Kadar trigliserida serum grup kontrol negatif lebih tinggi dibandingkan kontrol positif secara nyata Lampiran 14. Hal ini juga terjadi pada penelitian Nugroho 2007, kadar trigliserida serum grup kontrol negatif 137.7 mgdl lebih tinggi dibandingkan kontrol positif 121.4 mgdl dan keduanya berbeda nyata p0.05. Fenomena ini terjadi diduga karena konsumsi ransum grup kontrol negatif 10.37 ghari yang lebih tinggi dibandingkan kontrol positif 7.97 ghari sehingga asupan lemak lebih banyak dan lemak kemudian diubah menjadi trigliserida dalam jalur metabolismenya sehingga jumlah trigliserida dalam darah tikus grup kontrol negatif lebih tinggi. Meskipun demikian, baik 50 grup kontrol negatif, kontrol positif maupun grup kecambah kacang komak memiliki kadar trigliserida serum yang normal menurut Tjokoprawiro 1994, yaitu 150 mgdl.

3. Kadar High Density Lipoprotein HDL