SUKROSA SIRUP GLUKOSA TINJAUAN PUSTAKA

jenuh, sehingga karbohidrat ini menjadi tidak stabil. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan campuran sukrosa dengan sirup glukosa Dziedzic, 1984. Sirup glukosa yang digunakan dapat meningkatkan viskositas dari permen sehingga permen tetap tidak lengket dan mengurangi migrasi molekul karbohidrat. Permen yang jernih dapat dihasilkan dengan kandungan air yang rendah dan penambahan sirup glukosa yang akan mempertahankan viskositas yang tinggi. Selain gula sebagai bahan dasar, isomalt, lactitol, maltitol atau hidrolisat pati yang terhidrogenisasi dapat pula digunakan sebagai substitusi Jackson, 1995. Menurut Dziedzic 1984, produksi high Boiled sweets dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu open pan, vacuum cooker dan continues cooker . Setiap metode mempunyai perbedaan dalam hal perbandingan antara sukrosa dan sirup glukosa yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimum dan mencegah kristalisasi sukrosa. Menurut Jackson 1995 dua masalah yang dapat terjadi pada hard candy adalah stickiness dan graining. Stickness terjadi karena meningkatnya kadar air sebagai akibat penggunaan gula invert, sehingga permen lebih bersifat higroskopis. Masalah ini diatasi dengan mengunakan sukrosa dan sirup glukosa. Tetapi rasio antara sukrosa dan sirup glukosa perlu disesuaikan karena kesalahan rasio dapat menyebabkan graining mengkristal. Tetapi penyimpanan pada suhu dan RH tinggi tetap menimbulkan masalah kelengketan dan graining, karena permen menyerap air, sehingga RH penyimpanan harus dijaga agar tidak lebih dari 45. Hard Candy diharapkan tidak lengket atau tidak mengkristal ketika diterima oleh konsumen, maka ketepatan formula dan pengontrolan proses sangat penting.

C. SUKROSA

Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam golongan karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhydrous dan larut dalam air. Pada suhu 20 o C, kelarutannya dalam air mencapai 67.7 ww Nicol, 1982. Menurut Jackson 1995, sukrosa adalah disakarida, dapat berubah menjadi dua molekul monosakarida, yang diketahui sebagai dekstrosa alfa-D-glukosa dan laevulose beta-D-fruktosa. Garam-garam mineral yang terdapat dalam gula komersial dapat berfungsi sebagai penghambat perubahan sukrosa menjadi gula-gula invert. Sukrosa memiliki peranan penting dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk citarasa, sebagai substrat bagi mikroba dalam proses fermentasi, bahan pengisi dan pelarut Nicol, 1982. Peningkatan kadar sukrosa akan meningkatkan kekentalan. Menurut Jackson 1995 penambahan asam dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi sukrosa yang tereduksi, sehingga menyebabkan produk menjadi lengket. Penggunaan sukrosa dalam pembuatan hard candy umumnya sebanyak 50-70 Lawrence, 1991.

D. SIRUP GLUKOSA

Sirup glukosa merupakan bahan yang sering digunakan didalam berbagai industri seperti konfeksioneri, pengawet, frozen desserts dan minuman Mc Donald, 1984. Menurut Jackson 1995, sirup glukosa bukan merupakan produk yang murni tetapi merupakan campuran dari glukosa, maltosa dan dekstrin. Pernyataan untuk kandungan glukosa dan sirup, umumnya digunakan dextrosa equivalent atau sering disingkat DE Maiden, 1970. Secara komersial DE adalah kandungan gula pereduksi yang dinyatakan sebagai persen dekstrosa terhadap padatan kering. DE tidak menyatakan kandungan glukosa yang sebenarnya dari produk tetapi berhubungan dengan kandungan gula pereduksi dari semua jenis gula yang terdapat dalam produk Maiden, 1970. Menurut Bernard 1989, sirup glukosa dengan nilai DE yang rendah akan mempunyai viskositas yang tinggi dan kemanisan yang rendah. Sirup glukosa mempunyai sifat higroskopis yang rendah sehingga dapat digunakan sebagai pelindung pada hard candy. Menurut Dziedzic 1984, sirup glukosa yang umum digunakan adalah 42 DE baik yang dihasilkan dengan asam maupun kombinasi asam-enzim.

E. MINYAK PEPPERMINT