PENILAIAN ORGANOLEPTIK SECARA HEDONIK

Gambar 13. Jumlah Streptococcus mutans serotipe d dalam Fase Planktonik

D. PENILAIAN ORGANOLEPTIK SECARA HEDONIK

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak kayu putih maka kemampuan daya hambat terhadap pembentukan biofilm Streptococcus mutans serotipe c dan d pun semakin tinggi. Oleh karena itu diperlukan pengujian lanjut untuk mengetahui mutu sensori permen minyak kayu putih pada rentang konsentrasi minyak atsiri kayu putih yang lebih tinggi pula. Rentang konsentrasi minyak atsiri kayu putih yang dipilih pada pengujian lanjut ini ada 6 buah yaitu x-0,2, x-0,1, x, x+0,1, x+0,2, dan x+0,3 dengan campuran komponen flavor sekunder minyak peppermint y dari total bahan cajuput candy. Tingkat konsentrasi yang dipilih ini dianggap berpengaruh terhadap penghambatan pembentukan biofilm yang potensial bagi kedua spesies. MK [x] dan MP [y] MK [x+0,1] MK [x] MK [x- 0,2] MP [y] Campuran flavor minyak atsiri kayu putih dan minyak peppermint ini dipilih karena pada penelitian terdahulu merupakan campuran terbaik dari beberapa variasi flavor yang diuji. Penelitian yang dilakukan oleh Halimah 1997 menyatakan bahwa dari hasil organoleptik terpilih komposisi flavor yang terdiri dari x+0,2 minyak kayu putih dan y minyak peppermint. Kindly 1997 melakukan penelitian lanjutan yaitu membandingkan formula terpilih dari Halimah dengan variasi kombinasi terbaru. Dari hasil uji ranking terpilih dua variasi yaitu x minyak atsiri kayu putih dan y minyak peppermint serta x-0,2 minyak atsiri kayu putih dan y minyak peppermint . Rentang konsentrasi variasi kedua komponen flavor yang diuji pada penelitian lanjutan ini didasarkan pada rentang konsentrasi yang telah dipaparkan dibagian awal. Pengujian mutu sensori menggunakan uji hedonik terhadap aroma dan rasa. Pemilihan kedua parameter ini didasarkan kepada karakteristik minyak atsiri kayu putih yang memiliki aroma khas sehingga penggunaannya dalam formula cajuput candy akan memberikan cita rasa yang spesifik dan berbeda dengan minyak permen yang umum digunakan. Penggunaan minyak atsiri kayu putih dalam bahan makanan yang belum lazim digunakan oleh masyarakat membuat masyarakat sedikit sensitif terhadap cita-rasa cajuput candy . Oleh karena itu kedua parameter ini dianggap hal yang paling kritis dalam penerimaan produk oleh konsumen. Skor uji yang digunakan ada pada rentang 1-9 dengan skala hedonik amat sangat tidak suka 1 sampai amat sangat suka 9. Uji hedonik dilakukan dengan menggunakan panelis tidak terlatih sebanyak 70 orang yang mewakili tiap golongan muda, dewasa, dan tua. Hasil uji hedonik untuk parameter aroma dapat dilihat pada Gambar 14. Dan hasil uji hedonik untuk parameter rasa dapat dilihat pada Gambar 15. Ket: Skor rata-rata : 1 = amat sangat tidak suka 2 = sangat tidak suka 3 = tidak suka 4 = agak suka 5 = normal 6 = agak suka 7 = suka 8 = sangat suka 9 = amat sangat suka Formula uji : A = kayu putih : peppermint x-0,2 : y B = kayu putih : peppermint x-0,1 : y C = kayu putih : peppermint x : y D = kayu putih : peppermint x+0,1 : y E = kayu putih : peppermint x+0,2 : y F = kayu putih : peppermint x+0,3 : y Gambar 14. Histogram Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Cajuput candy Gambar 15. Histogram Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Cajuput candy Dari Gambar 14 dan 15 terlihat seluruh variasi komposisi berada diatas skor penerimaan rata-rata agak suka 4. Data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Secara umum formula D adalah variasi flavor yang mendapat skor tertinggi baik secara aroma maupun rasa. Formula D yang terdiri dari minyak atsiri kayu putih dengan konsentrasi x+0,1 dan minyak peppermint y memperoleh nilai hedonik rata-rata 6,91 agak suka menuju suka untuk aroma dan 6,77 agak suka menuju suka untuk rasa. Data analisis keragaman dengan menggunakan uji Kruskall-Wallis terlihat bahwa tiap variasi komponen flavor baik secara aroma maupun rasa memiliki perbedaan terhadap penerimaan konsumen Lampiran 7. Artinya tingkat kesukaan panelis terhadap 6 variasi komposisi flavor cajuput candy dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi minyak kayu putih. Diperlukan uji lanjutan untuk mengetahui pada konsentrasi mana variasi komposisi flavor cajuput candy berbeda penerimaannya oleh konsumen. Analisis lanjut dilakukan menggunakan Multiple Comparisons. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan konsumen terhadap cajuput candy dengan konsentrasi minyak kayu putih x+0,3 dan x-0,1 tidak berbeda secara nyata untuk tingkat aroma. Pada kedua konsentrasi ini konsumen sama-sama menerima cajuput candy pada taraf normal menuju agak suka. Begitu juga pada konsentrasi minyak kayu putih x-0,1, x dan x+0,2, penerimaan konsumen terhadap cajuput candy tidak berbeda nyata dan berada pada rentang normal menuju agak suka. Penerimaan konsumen pada konsentrasi minyak kayu putih x-0,2 berbeda secara nyata dengan lima perlakuan lainnya, pada taraf konsentrasi ini konsumen menerima pada rentang tidak suka sampai dengan normal. Begitu juga dengan konsentrasi minyak kayu putih x+0,1 yang berbeda nyata dengan lima perlakuan lainnya, pada taraf konsentrasi ini konsumen menerima produk dengan rentang agak suka menuju suka. Hasil analisis dengan parameter sensori rasa menunjukkan bahwa pada konsentrasi minyak kayu putih x-0,2 berbeda secara nyata dengan lima perlakuan lainnya, dan penerimaan konsumen berada pada rentang agak suka menuju normal. Begitu juga untuk konsentrasi minyak kayu putih x+0,1 yang berbeda secara nyata dengan perlakuan lainnya, dan penerimaan konsumen berada pada rentang agak suka menuju suka. Sementara pada konsentrasi minyak kayu putih x+0,3 penerimaan konsumen tidak berbeda secara nyata dengan konsentrasi x-0,1 dan x+0,2, dan berada pada selang penerimaan normal menuju agak suka. Hal serupa terlihat juga pada konsentrasi minyak kayu putih x+0,2 yang tidak berbeda secara nyata dari segi penerimaan dengan konsentrasi minyak kayu putih x-0,1 dan x, dan berada pada selang penerimaan normal menuju agak suka. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 7. Dengan melihat hasil pengujian terhadap kedua parameter sensori yaitu rasa dan aroma, variasi flavor minyak kayu putih x+0,1 dan minyak peppermint y adalah formulasi terbaik yang dapat diterima oleh konsumen pada rentang penerimaan agak suka menuju suka. Halimah 1997 menyimpulkan bahwa formulasi komponen flavor yang terpilih adalah x+0,1 minyak kayu putih dan y minyak peppermint dengan tingkat kesukaan agak suka sampai suka, Kindly pada tahun yang sama menyimpulkan bahwa formula flavor yang terpilih adalah campuran minyak kayu putih x dan minyak peppermint y. Dari hasil pengujian ini terpilih formula campuran baru yang disukai konsumen dengan tingkat konsentrasi minyak kayu putih yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua peneliti sebelumnya. Terpilihnya kombinasi flavor ini diharapkan dapat mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak kayu putih maka akan semakin tinggi pula daya hambat terhadap akumulasi biofilm mikroba uji. Dengan demikian penerimaan konsumen pada konsentrasi minyak kayu putih x+0,1 diharapkan mampu menekan pembentukan biofilm pada saat mengkonsumsi cajuput candy.

V. KESIMPULAN DAN SARAN