larutan atau suspensi. Semakin tinggi nilainya, maka semakin banyak biofilm bakteri yang terdispersi dalam suspensi SDS tersebut Honda,
2005.
3. Analisis Kuantitatif Kedua Spesies
Pengujian ini dilakuan untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada cairan sisa pembentukan biofilm. Mikroba yang terhitung
pada cairan sisa ini adalah mikroba yang terdispersi pada fase planktonik, dalam kondisi pada mulut ini diibaratkan sebagai mikroba yang mengalir
pada saliva. Metode yang digunakan adalah metode hitungan cawan. Menurut Hadioetomo 1993 metode hitungan cawan didasarkan pada
anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu
indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung di dalam cairan.
Tahap pertama, cairan yang didapatkan dibaca terlebih dahulu konsentrasinya dengan menggunakan Elisa Reader, selanjutnya cairan
diencerkan pada media steril PBS. Cairan yang telah terencerkan selanjutnya diambil 1 µl dan diteteskan diatas media agar NA dan
diratakan dengan hockey stick. Media kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada kondisi anaerobic kadar CO
2
5 pada kelembaban 95 dengan suhu 37
C. Mikroorganisme akan tumbuh dan membentuk koloni. Selanjutnya koloni dihitung dan dikalikan dengan faktor pengenceran yang
dilakukan.
4. Uji Sensori Carpenter et al., 2000
Uji sensori merupakan identifikasi, pengukuran secara ilmiah, analisis dan interpretasi dari elemen-elemen pada suatu produk yang dapat
dirasakan oleh panca indera penglihatan, penciuman, pengecapan, sentuhan dan pendengaran. Uji sensori pada penelitian ini menggunakan
uji penerimaan atau uji hedonik yang bertujuan untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Skala hedonik yang
digunakan berkisar antara 1-9 dimana : 1 amat sangat tidak suka; 2 sangat tidak suka; 3 tidak suka; 4 agak suka; 5 normal; 6 agak suka;
7 suka; 8 sangat suka; 9 amat sangat suka. Uji sensori menggunakan 70 orang panelis tidak terlatih. Panelis
yang dipilih diambil secara acak mulai dari usia anak-anak, dewasa, dan tua. Panelis akan diminta untuk mencoba enam jenis cajuput candy yang
sebelumnya telah diberikan kode oleh peneliti. Panelis diminta untuk mengulum dan mencium permen satu persatu, setiap pergantian permen
panelis akan dinetralkan dengan mencuci mulut menggunakan air mineral yang disediakan oleh peneliti. Parameter yang digunakan pada uji hedonik
ini adalah parameter aroma dan rasa. Contoh score sheet penilaian organoleptik dapat dilihat pada lembar Lampiran 1.
Uji sensori secara hedonik ini menggunakan 6 formula flavor cajuput candy
yang memiliki perbedaan pada konsentrasi minyak kayu putih. Formula flavor cajuput candy pada uji ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Formula Flavor Cajuput Candy untuk Uji Hedonik Formula
Minyak Kayu Putih Peppermint
A x - 0,2
y B
x - 0,1 y
C x y
D x + 0,1
y E
x + 0,2 y
F x + 0,3
y Data dapat diperoleh pada dosen pembimbing
Diperlukan pengujian lanjut untuk mengetahui mutu sensori permen minyak kayu putih pada rentang konsentrasi minyak atsiri kayu
putih yang lebih tinggi pula. Rentang konsentrasi minyak atsiri kayu putih yang dipilih pada pengujian lanjut ini ada 6 dengan campuran komponen
flavor sekunder minyak peppermint. Tingkat konsentrasi yang dipilih ini dianggap berpengaruh terhadap penghambatan pembentukan biofilm yang
potensial bagi kedua spesies. Prosedur pembuatan permen minyak kayu putih dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Alir Pembuatan Cajuput Candy untuk Uji Hedonik
5. Pengolahan Data