II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MINYAK KAYU PUTIH CAJUPUT OIL
Menurut Ketaren 1990, minyak kayu putih adalah hasil penyulingan dari daun kayu putih segar dan ranting terminal branchlet dari beberapa
spesies Melaleuca. Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri Esential oil disebut juga ethereal atau volatile oil yaitu minyak yang mudah menguap dan
memiliki bau khas, yang diperoleh dari tanaman tersebut. Beberapa jenis spesies yang mampu menghasilkan minyak kayu putih komersial antara lain
Melaleuca leucandendron LINN., Melaleuca cajeputi Roxb., Melaleuca
viridiflora Gartn. dan Melaleuca minor Sm.
Minyak atsiri berasal dari daun minyak kayu putih yang diperoleh melalui proses penyulingan. Daun yang digunakan adalah daun yang berasal
dari tanaman muda tidak lebih dari 6 bulan sebab kandungan minyaknya lebih tinggi. Pemalsuan minyak kayu putih banyak sekali terjadi dan
umumnya dilakukan dengan penambahan minyak tanah atau bensin Heyne, 1985.
Warna minyak kayu putih adalah hijau bening, yang disebabkan karena tembaga dari ketel-ketel penyulingan minyak kayu putih dan senyawa
organik yang kemungkinan adalah klorofil. Warna hijau minyak atsiri disebabkan karena tembaga, maka warna tersebut dapat dipisahkan dengan
minyak kayu putih aslinya dengan menggunakan larutan asam tartarat pekat. Namun apabila warna hijau tersebut disebabkan karena klorofil atau bahan
organik lainnya, maka minyak itu dapat dipucatkan dengan menggunkan karbon aktif. Proses rektifikasi juga dapat mengeliminasi warna. Namun
demikian, rektifikasi minyak kayu putih tidak dilakukan di daerah-daerah produksi.
Menurut James 1989 warna minyak kayu putih bervariasi, dari tidak berwarna, kuning sampai hijau dengan aroma champor yang aromatik
dan rasa champor yang pahit, mengandung 10 senyawa kristalin fenolic,5-
dimetil-4,6-di-o-metilfloroasetopinon. Senyawa ini dianggap memiliki daya antiseptik menurut Guenther 1990.
Minyak kayu putih kadang-kadang dicampur dengan asam lemak atau dengan kerosen oleh petani produsen atau pedagang perantara. Bau minyak
kayu putih sedemikian kerasnya sehingga saat dilakukan penambahan kerosen atau asam lemak, minyak kayu putih tersebut tidak menunjukkan
perubahan bau. Uji sederhana yang digunakan oleh pedagang pribumi adalah dengan cara mengocok minyak kayu putih di dalam botol. Jika terbentuk busa
dan gelembung-gelembung udara yang naik ke permukaan tidak segera hilang, hal ini menandakan bahwa adanya penambahan kerosen atau bensin
kedalamnya. Unsur yang mengandung aroma kemungkinan terbentuk dari hijau
daun chlorophyl. Unsur tersebut bersatu dengan glukosa menciptakan glukosida yang disalurkan ke seluruh tubuh tumbuhan. Di tempat tertentu,
khususnya bunga, tumbuhan menghasilkan zat penawar enzim yang menyerbu glukosida sehingga mengakibatkan terciptanya minyak atsiri.
Komponen penyusun minyak kayu putih dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Komponen Penyusun Minyak Kayu Putih
No. Komponen
Rumus Molekul Titik Didih
o
C 1 Cineol
C
10
H
18
O 174-177 2 Terpineol C
10
H
17
OH 218 3 Pinene
C
10
H
18
156-160 4 Benzaldehyde
C
6
H
5
O 179,9 5 Limonene
C
10
H
16
175-176 6 Sesquiterpene
C
15
H
24
230-277 Sumber : Ketaren, 1990
Menurut Budavari 1989 minyak kayu putih mengandung 50-60 sineol, L-pinene, terpineol, valeric, butyric, benzoic dan aldehid lainnya.
Komponen-komponen fenol ini memiliki titik didih yang cukup tinggi sehingga tidak volatil ketika pengalami proses pemasakan.
Penggunaan minyak kayu putih sebagai obat-obatan dan wangi- wangian dapat dilakukan secara langsung ataupun digunakan sebagai bahan
baku dalam industri obat dan wewangian Ketaren, 1990. Menurut Dharma 1985, kayu putih berupa simplisia maupun minyak dipakai sekurang-
kurangnya di 23 negara dan tercantum dalam daftar prioritas WHO mengenai simplisia yang paling banyak dipakai di dunia.
Minyak kayu putih adalah obat yang amat disenangi sebagai obat luar untuk sakit mulas, sakit kepala, sakit gigi, sakit telinga, kejang dan kaku
pada kaki, berbagai jenis nyeri, encok, masuk angin, penyakit kulit, luka baru serta luka bakar Dharma, 1985. Selain sebagai obat luar, minyak kayu putih
digunakan pula sebagai obat dalam internal. Menurut Guenther 1990, khasiatnya sebagai obat oles bagi penderita sakit kepala kemungkinan
disebabkan karena memiliki cooling effect. Sebagai obat internal, minyak tersebut berfungsi sebagai anthelmintic obat cacing dan terutama efektif
sebagai obat demam. Minyak kayu putih digunkan pula sebagai ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis.
B. PERMEN