2.5 Pengkajian Luka
Pengkajian atau penilaian luka menurut Betes dan Jensen 2001 berdasarkan wound assessment tool yang harus dilakukan untuk menilai
perkembangan luka meliputi 13 item skor yaitu mulai dari ukuran, kedalaman, pinggiran luka, undermining, tipe jaringan necrotic, jumlah jaringan necrotic, tipe
exudate, jumlah exudates, warna kulit sekitar luka, peripheral tissue edema, peripheral tissue induration, granulation tissue, epithelialization tissue.
Sedangkan menurut The Australian Wound Management Association AWMA 2010 telah memiliki standar perawatan luka yang baku. Standar
perawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: melakukan pengkajian secara komprehensif yang mencerminkan kesehatan, budaya dan faktor lingkungan yang
memiliki dampak pada penyembuhan luka atau risiko cedera. Dokumentasi bukti hasil pengkajian individu tentang alasan terjadinya luka, riwayat kesehatan, usia
dan perubahan terkait usia, riwayat luka sebelumnya dan hasil, riwayat obat-obat yang diresepkan, implikasi psikososial akibat luka, status gizi, sensitivitas dan
alergi, diagnostik yang relevan sebelumnya dan investigasi, penilaian nyeri dengan penggunaan alat validasi nyeri, tanda-tanda vital. Penilaian lain yang
diperlukan adalah penilaian risiko jatuh dan integritas kulit, vascular dan penilaian sensorik: pengujian monofilamen atau pengujian tekanan tumpul
sentuhan tajam, getaran sensasi - garpu tala atau biothesiometer, pengujian reflex. Pengkajian luka awal dan berkelanjutan harus didokumentasikan berdasarkan
bukti yang temukan tentang: tipe luka, etiologi dan mekanisme terjadinya luka, durasi luka, lokasi, dimensi, karakteristik klinis dasar luka, penampilan tepi luka,
Universitas Sumatera Utara
kulit sekitar luka, eksuda, bau, peradangan, infeksi, nyeri, dan benda asing seperti benang jahitan. Pengkajian tentang lingkungan yang mempengaruhi penyembuhan
individu perlu diidentifikasikan seperti: faktor yang dapat berdampak pada kerahasiaan, kinerja perawatan sesuai prosedur, pengendalian infeksi atau
penyembuhan luka, dan mungkin termasuk : faktor gaya hidup, individu, masalah kerahasiaan dan privasi, keamanan penyimpanan catatan individu, status
kebersihan lingkungan AWMA, 2010. Langkah berikut adalah investigasi diagnostik akan dilakukan ketika
terindikasi secara klinis untuk memastikan dan memantau etiologi luka, potensi penyembuhan, hasil penilaian, terkait, diagnosa dan manajemen intervensi.
Prosedur diagnostic yang memungkinkan dilakukan adalah: analisis biokimia darah, mikrobiologi, histopatologi, penciteraan diagnostic, penilaian vascular,
penilaian neurologist, penilaian gizi, penilaian psikologis AWMA, 2010. Tahap selanjutnya adalah melakukan pencucian luka dengan tekhnik
aseptic dan bersih sesuai dengan kondisi luka dan kondisi individu. Kemudian kondisi luka harus dipertahankan pada kondisi lembab, dan menjaga suhu luka
tetap konstan dengan cara: hindarkan luka terpapar suhu dingin, produk, obat- obatan, terapi atau perangkat, gunakan solusion pembersihan luka pada suhu
tubuh, hindari suhu ekstrim pada kulit. Kondisi lain yang harus diperhatikan dan di jaga adalah: PH, resiko infeksi.
Melindungi luka menjadi bagian yang penting yang dapat dilakukan dengan cara menghindari pembersihan luka agresif kecuali tujuan perawatan
adalah debridement, hindari penggunaan produk, obat-obatan, perangkat dan
Universitas Sumatera Utara
intervensi yang mengeringkan atau menimbulkan trauma pada dasar luka atau kulit di sekitarnya, hindari penggunaan agen beracun atau allergen, lindungi luka
dan area ping dari trauma dan maserasi. Pemilihan dressing adalah bagian terpenting
yang bertujuan
untuk mempercepat
proses penyembuhan.
Menggunakan dressing pada luka harus sesuai petunjuk atau indikasi yang disetujui oleh Administrasi Barang dari produk, atau digunakan sebagai
komponen protokol penelitian dengan persetujuan etis yang tepat AWMA, 2010.
2.6 Persiapan Dasar Luka