Permasalahan Tujuan Penelitian Definisi Luka

luka yang akurat dan dokumentasi yang komprehensif untuk mencapai manajemen praktik perawatan luka yang baik. Penjelasan sebelumnya telah memberikan gambaran kepada peneliti untuk melakukan pengembangan protokol POS perawatan luka konvensional yang masih digunakan oleh RSUCND menjadi POS MPLM. Pada penelitian “Pengembangan Protokol Manajemen perawatan luka modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa ”, peneliti memilih jenis penelitian aksi partisipatif sebagai metodeloginya. Sesuai namanya, partisipatif ada nilai kolaborasi antara peneliti dan partisipan. Penelitian ini melibatkan siklus tindakan yang berdasarkan planning, action, observation dan reflection Robertson, 2006. Tujuan penelitian ini adalah tidak hanya menghasilkan pengetahuan tetapi juga ada tindakan dan peningkatan kesadaran Polit Beck, 2008.

1.2. Permasalahan

Bagaimanakah pengembangan protokol POS MPLM sebagai panduan klinis bagi perawat dalam melakukan perawatan luka di RSUCND.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menyusun langkah POS MPLM sebagai pedoman dalam melakukan perawatan luka di RSUCND. Universitas Sumatera Utara 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan POS MPLM, untuk menjadi podoman bagi rumah sakit dalam melakukan perawatan luka, dan akan berdampak terhadap meningkatnya kepuasan pasien terutama saat dilakukan perawatan luka.

1.4.2. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dan acuan bagi perawat dalam melakukan perawatan luka dan berdampak kepada peningkatan profesionalisme perawat dalam mendorong berkembangnya praktek mandiri perawat.

1.4.3. Pendidikan Keperawatan

POS MPLM di rumah sakit dapat menjadi pedoman tetap sehingga peserta didik saat belajar tentang perawatan luka di akademik dan saat melaksanakan praktek di rumah sakit akan mendapatkan panduan yang sama dalam melakukan perawatan luka.

1.4.4. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian manajemen perawatan luka modern di rumah sakit dapat menjadi evidence based metode perawatan luka, dan menginspirasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lain tentang perawatan luka modern. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas tentang konsep-konsep terkait perawatan luka yang meliputi definisi luka, klasifikasi luka, tahapan penyembuhan luka, tipe penyembuhan luka, pengkajian luka, persiapan dasar luka, faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka, manajemen perawatan luka, jenis-jenis topikal terapi, konsep action research, landasan teori, dan kerangka konsep. Hal lain yang ikut dibahas dalam bab ini adalah landasan teori, dan kerangka konsep terkait penelitian.

2.1 Definisi Luka

Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka dibagi menjadi ; luka superfisial ; terbatas pada lapisan epidermi, luka partial thickness ; hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan bagian atas dari dermis, luka full thickness : jaringan kulit yang hilang pada lapisan epidermis, dermis dan fasia, tidak mengenai otot. dan luka pada otot tendon dan tulang Gitarja, 2008. 2.2 Klasifikasi Luka Luka telah diklasifikasikan berdasarkan penyebab timbulnya luka. Luka biasanya muncul dari operasi, trauma atau penyakit dan diklasifikasikan sebagai berikut : Incised, disebabkan oleh alat pemotong, Contused, trauma pada jaringan 8 Universitas Sumatera Utara akan tetapi kulit tetap utuh, Lacerated, jaringan sudah robek, Abrasion, kerusakan pada epidermis atau dermis superfisial, Penetrating, cedera melewati kulit untuk jaringan yang lebih dalam, Burn, trauma karena thermal, electrical.chemical, radiation, Open, penyembuhan luka sekunder, Fracture, breaks in bone, Perforating, luka yang melewati bagian tubuh, Tumour, malignant or benign growth Carville, 2012 . Nather 2013 yang dikutip dari King College Classification membagi enam stadium luka yang terdiri dari stadium satu yang disebut normal foot, stadium dua disebut high risk foot, stadium tiga disebut ulcerated foot, stadium empat disebut cellulitis foot, stadium lima disebut necrotic foot, dan stadium enam disebut major amputation. Templeton 2005 mengklasifikasi luka menjadi empat stage yaitu : stage I hanya erythema pada kulit tanpa kehilangan lapisan kulit, biasanya akan terlihat warna kulit menjadi lebih gelap seperti kebiruan atau ungu. Stage II di sebut a partial thickness wound, terjadi kehilangan jaringan epidermis yang luas sampai lapisan dermis. Stage III adalah a full thickness wound terjadi kehilangan jaringan mencapai lapisan sub cutan dan kerusakan lebih dalam. Stage IV disebut a full thickness wound meluas mencapai facia, tendon, tulang, dan otot. Klasifikasi luka yang lain adalah berdasarkan jenis penyembuhan luka yang terdiri dari : primer yaitu sembuh cepat,bekas luka halus, tidak ada infeksi, jenisnya seperti luka operasi; luka steril, bentuk luka linier, potongan bersih, tidak ada jaringan yang hilang. Luka sekunder adalah luka terbuka yang tertunda penyembuhannya, sembuh dengan bekas luka kasar dan tebal serta kontraktur, Universitas Sumatera Utara memerlukan waktu sembuh yang lebih lama, insiden infeksi tinggi, luka lebar dengan kehilangan jaringan atau kulit, integritas kulit rusak, bekas luka yang tebal akan mengganggu fungsi jaringan. Sedangkan luka tersier adalah terjadinya penundaan antara waktu lukanya terjadi dengan dilakukannya jahitan kulit untuk menutup luka. Resiko terjadinya granulasi dan inflamasi lebih tinggi dibandingkan dengan proses penyembuhan primer Poerwantoro, 2013.

2.3 Tahapan Penyembuhan Luka