Pengembangan Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa

(1)

PENGEMBANGAN PROTOKOL MANAJEMEN

PERAWATAN LUKA MODERN DI RUMAH

SAKIT UMUM CUT NYAK DHIEN

LANGSA

TESIS

Oleh

EDY MULYADI

117046010 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGEMBANGAN PROTOKOL MANAJEMEN

PERAWATAN LUKA MODERN DI RUMAH

SAKIT UMUM CUT NYAK DHIEN

LANGSA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

EDY MULYADI

117046010 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : Pengembangan Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa

Nama Mahasiswa : Edy Mulyadi

Nomor Induk Mahasiswa : 117046010

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Pembimbing I: Komite Penguji:

... ... (Ketua) (Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D) (Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D)

Pembimbing II:

... ... (dr. Dedi Ardinata, M.Kes) (dr. Dedi Ardinata, M.Kes)

... (Dr. dr. Ridha Darmajaya, Sp.BS) ...

Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui tesis ini

sebagai pemenuhan persyaratan untuk Gelar Magister Keperawatan.

……….. (dr. Dedi Ardinata, M.Kes)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal: 29 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D Anggota : 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes

2. Dr. dr. Ridha Darmajaya, Sp.BS


(5)

PERNYATAAN

PENGEMBANGAN PROTOKOL MANAJEMEN

PERAWATAN LUKA MODERN DI RUMAH SAKIT UMUM

CUT NYAK DHIEN

LANGSA

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 29 Januari 2014


(6)

Judul Tesis : Pengembangan Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa

Nama Mahasiswa : Edy Mulyadi

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Konsep manajemen perawatan luka modern dengan basis lembab (moisture balance) telah diperkenalkan dan telah diadopsi oleh banyak negara. Keuntungan konsep lembab ini adalah membuat lingkungan yang mempercepat re-epitalisasi, menjaga kelembaban, akan menurunkan infeksi, dasar luka yang lembab dapat merangsang pengeluaran growth factor yang mempercepat proses penyembuhan luka. Keunggulan lain dari perawatan luka modern adalah mengurangi infeksi dan infeksi silang, mengurangi jaringan parut, mengurangi waktu perawatan dan mengganti balutan, serta mengurangi biaya. Penelitian ini bertujuan menghasilkan pengembangan protokol Prosedur Operasional Standar (POS) Manajemen Perawatan Luka Modern (MPLM) dengan mengaplikasikan nilai-nilai caring didalamnya sebagai pedoman dalam melakukan perawatan luka di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien (RSUCND), baik untuk luka akut, maupun luka kronik. Sehingga kebiasaan mengaplikasikan nilai-nilai caring dalam perawatan luka, diharapkan juga akan terbiasa menerapkannya pada saat memberikan asuhan


(7)

keperawatan yang lain pada pasien. Desain penelitian ini adalah action research, yang terdiri-dari tahapan reconnaissance, planning, acting, observing dan reflecting. Metode pengumpulan data dilakukan melalui FGD, penyebaran kuesioner, dan observasi partisipan. Partisipan yang berkontribusi dalam penelitian ini adalah 12 orang perawat RSUCND Langsa. Analisis data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif diperoleh melalui hasil FGD, dan hasil observasi, sedangkan data kuantitatif yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern dan pengetahuan perawat tentang prilaku caring dan hasil observasi, dianalisa dengan menggunakan uji statistik deskriptif. Penelitian ini telah menghasilkan POS MPLM yang menjadi acuan dalam melakukan perawatan luka di RSUCND, dan berdampak positif terhadap bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, terutama dalam hal perawatan luka. Dampak lain yang didapatkan dari hasil pengembangan protokol MPLM di RSUCND adalah perawat telah mampu mengaplikasikan niali-nilai caring saat melakukan perawatan luka. Peneliti mengharapkan kepada pihak manajemen RSUCND agar membuat surat keputusan penetapan POS MPLM, dan terus melakukan supervisi untuk mengevaluasi pelaksanaan POS MPLM di RSUCND.


(8)

Thesis Title : The Protocol Development of Modern Wound Treatment Management at Cut Nyak Dhien General Hospital Langsa

Name : Edy Mulyadi

Study Program : Magister of Nursing Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2014

ABSTRACT

The concept of modern wound treatment management with moisture balance has been introduced and adopted by many countriews. The benefit of this concepts of

moisture balance is that it can create the environment accelerating re-epitalization,

maintain moisture, will minimize infection on the moist wound-base, and can stimulate

the release of the growth factor accelerating the process of wound healing. The other

benefit of modern wound treatment is to minimize infection and croos-incetion, to reduce

tissue of scar, to reduce time of treatment, to change bandage and to reduce cost needed.

The purpose of this study was to produce the development of Standard Operational

Procedure (SOP) protocol of Modern Wound Treatment Management through the

application of the caring values contained as a guidance to treat a wound either acute or

chronic at Cut Nyak Dhien General Hospital Langsa. That this habit of applying the

values of caring in wound treatment is expected to be always applied when providing

other wound treatment to other patients.

The design of this action research comprised the stages of reconnaissance,


(9)

contributed in this study (the informants) were 12 nurses working for Cut Nyak Dhien

General Hospital Langsa. The data obtained were analyzed trough quantitative on the

knowledge of the nurses about modern wound treatment distributing the questionnaires

on the knowledge of the nurses about modern wound treatment and caring behavior. The

result of observation was analyzed through descriptive statistiec test.

The result of this study showed that Standard Operational Procedure (SOP)

protocol of Modern Wound Treatment Management has become the reference and used in

the process of wound treatment at Cut Nyak Dhien General Hospital Langsa and it has

positive impact to the improvement of knowledge, skill, and attitude of the nurses in

providing nursing care, especially in terms of wound treatment. The other positive impact of the development of Standard Operational Procedure (SOP) protocol of Modern Wound

Treatment Management at Cut Nyak Dhien General Hospital Langsa was that the nurses

have been able to apply the value of caring when doing wound treatment.

The research hopes that the management of Cut Nyak Dhien General Hospital

Langsa issue the decree to determine Standard Operational Procedures (SOP) protocol of

Modern Wound Treatment Management and keeps supervising when evaluating the

implementation of Standadr Operational Procedure (SOP) protocol of Modern Wound

Treatment Management at Cut Nyak Dhien General Hospital Langsa.

Keywords: Modern Wound Treatment Management, Action Research, Standard


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tesis dengan judul “Pengembangan Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa”.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak serta bimbingan yang luar biasa dari para pembimbing, sehingga penulis telah mampu menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes., beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Magister Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU beserta staf pengelola yang telah mencurahkan ilmunya dan pengalamannya untuk membangun proses pembelajaran yang berkualitas di Prodi Magister Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis bersyukur dalam penulisan tesis ini telah mendapatkan bimbingan, arahan,bantuan, dan waktu dari salah seorang pakar dalam bidang penelitian kualitatif dan caring pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(11)

yaitu Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D., dan juga sebagai Pembimbing I, untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga.

Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes., penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sebagai pembimbing II juga talah banyak membantu proses penyusunan tesis ini. Penulis juga patut bersyukur ditengah kesibukan beliau masih sempat meberikan bimbingannya untuk penulisan tesis ini, serta filosofi kehidupan yang sangat bermakna bagi penulis, untuk itu semuanya penulis ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada tim penguji Bapak Dr. dr. Ridha Darmajaya, Sp.BS., dan Ibu Cholina Trisa Siregar,S.Kep., Ns., M.Kep., SP.KMB., yang telah banyak memberikan masukan dan sarannya pada saat sidang tesis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dr. Rugayah S. Swedan selaku Direktur Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa, serta partisipan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosina Tarigan, S.Kp. M.Kep. Sp.KMB. WOC (ET) N., Ibu Yesi Ariani, S.Kep.Ns,M.Kep.CWCC., dan Bapak Ikram, S.Kep.Ns.M.Kep karena telah membantu melakukan conten validity terhadap panduan FGD, lembar observasi, dan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.


(12)

Motivasi, dorongan, pengorbanan dan doa dari istri dan kedua putri penulis telah menambah semangat untuk tetap berusaha menyelesaikan proses penelitian sampai penyusunan tesis ini. Ns. Nurrahmawati. S.Kep.,M.Kes., Balqis Ananda Mulyadi, Syaula Balqea Mulyadi, dan seluruh keluarga terima kasih untuk dukungannya.

Ucapan terima kasih selanjutnya penulis haturkan kepada teman-teman seangkatan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan I 2011/2012, karena semangat dan dorongan semuanya telah memberi warna dan keceriaan bagi penulis untuk menyelesaikan penyususnan tesis ini. Terima kasih juga buat semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu memberi dorongan untuk menyelesaikan laporan tesis ini.

Akhirnya untuk kesempurnaan penulisan laporan tesis ini, penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun, sehingga penulis berharap semoga hasil Pengembangan Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, 29 November 2014 Penulis


(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Edy Mulyadi

Tempat/Tanggal Lahir : Samuti Krueng/19 Juni 1977

Alamat : Jl. Water Park. No. 45 Paya Bujok Seuleumak Langsa No. Telp/Hp : 085216180185

Riwayat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD Negeri Gandapura 1988

SMP Negeri Gandapura 1991

SMA Negeri Gandapura 1994

D-III Keperawatan Dep Kes RI Banda Aceh 1997 Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan UI 2002

Ners Fakultas Ilmu Keperawatan UI 2003

Magister Fakultas Keperawatan USU 2013

Riwayat Pekerjaan

- Staf pengajar di Akper Hangtuah RS TNI-AL Mintoharjo Jakarta mulai tahun 2001-2003.

- Staf pengajar Akper Royhan Jakarta mulai tahun 2001-2003.

- Perawat di Rumah Sakit Islam Pusat Cempaka Putih Jakarta mulai tahun 2000-2003.

- Staf pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cut Nyak Dhien Langsa 2003-sekarang.


(14)

- Perawat di Balai Asuhan Keperawatan Edwcare Langsa mulai tahun 2010-sekarang.

- Perawat di Balai Asuhan Keperawatan Edwcare Banda Aceh mulai tahun 2013-sekarang.

- Pelatih pada Pelatihan Indonesian Enterostomal Therapi Nursesmulai tahun 2013-sekarang.

Kegiatan Akademik Selama Studi

Pembicara pada acara “Seminar Sehari Caring Science Sebagai Landasan Aplikasi dalam Pendidikan, Pelayanan, dan Penelitian Keperawatan” 17 Desember 2011, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Peserta pada acara “Seminar Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan & Workshop Analisa Data dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Peserta pada acara “3th International Nursing Conference Bringing Current Research into Nursing Practice for Improving Quality of Care”, 21-22 Maret 2012, Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjajaran Bandung Jawa Barat.

Peserta pada acara “19th Congress World Council of Enterostomal Therapy Biennial Congress”, 20-24 April 2012, Adelaide Australia

Moderator pada acara “Seminar Sehari Optimalisasi Kalaborasi Perawat-Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan”, 20 Juli 2012, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Peserta pada acara “Oversea Study Visit Master of Nursing Program Faculty of Nursing University of Sumatera Utara to Prince Songkla University Thailand & Open University Malaya”, 18-22 Februari 2013, Thailand dan Malaysia.


(15)

Oral presenter pada acara “Medan International Nursing Confrence The Application of Caring Science in Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice”, 1-2 April 2013, Hotel Garuda Plaza,Medan Sumatera Utara.

Oral presenter pada acara “ 2thAsian Pasific Wound Care Congress 2013 & The Inaugural of Indonesian Wound Healing Society”, 14 April 2013, Manado

Peserta pada acara “ Seminar dan Workshop Aplikasi Knowledge Management dalam Administrasi Keperawatan”, 13-14 Mei 2013, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Sumatera Utara.

Peserta pada acara “10thAsian Pasific Conference on Diabetic Limb Problems”, 15-17 November 2013, Singapore.

Oral presenter pada acara “ The 1st Joint Effort Between Indonesian & Malaysian Nurses Wound Ostomy Continance Nursing Workshop & Conference”, 29 -30 November & 1 Desember 2013, Bogor Jawa Barat.

Peserta pada acara “20th Congress World Council of Enterostomal Therapy Biennial Congress”, 15-19 Juni 2014,Gothenberg Swedia

Peserta pada acara “Transborneo Wound Conference ”, 15-17 Agustus 2014, Kuching Serawak Malaysia.

Oral presenter pada acara “ Indonesian Wound, Ostomy, & Continance Nurse Scientific Meeting 2014”, 29-30 November 2014, Jogyakarta.

Publikasi

Mulyadi. E.,Nurrahmawati., Ajma’in. (2014). Manajemen perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa. Indonesian Nursing Journal of Education and Clinic, 1 (1).


(16)

Mulyadi, E., Setiawan., Ardinata, D. (2014). Pengembangan Protokol Manajemen perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa. Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1 (3).

Proceeding

Mulyadi, E.(2013). Burn Wound Care Management in Edwcare Clinic Langsa : Case Study. The 1st t Joint Effort Between Indonesian & Malaysian Nurses Wound Ostomy Continance Nursing Workshop & Conference, di Bogor Jawa Barat. Mulyadi, E., Setiawan., Ardinata, D. (2013). Modern Wound Care Management in Cut Nyak Dhien Hospital, The 2thAsian Pasific Wound Care Congress 2013 & The Inaugural of Indonesian Wound Healing Society, di Menado.

Mulyadi. E.,Nurrahmawati., Ajma’in. (2014). Manajemen perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa. National Seminar:Quality Improvement in Nursing Education toward Global Standard to Achieve Quality in Health Services. Di Banda Aceh

Mulyadi, E., Setiawan., Ardinata, D. (2014). Modern Wound Care Management in Hospital : Systematic review. Medan International Nursing Confrence The Application of Caring Science in Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice. di Medan.

Mulyadi, E.(2014). Behaviour Caring Improve Atraumatic Care In Children With burn In Balai Asuhan Keperawatan Edwcare Cut Nyak Dhien Langsa Hospital. Indonesian Wound, Ostomy, & Continance Nurse Scientific Meeting Jogyakarta. Medan, 29 November 2014


(17)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Definisi Luka ... 8

2.2. Klasifikasi Luka ... 8

2.3. Tahapan Penyembuhan Luka ... 10

2.4. Tipe Penyembuhan Luka ... 12

2.5. Pengkajian Luka ... 14

2.6. Persiapan Dasar Luka ... 16

2.7. Faktor-faktor yang Menghambat Proses Penyembuhan Luka ... 17

2.8. Konsep Perawatan Luka Konvensional ... 18

2.9. Konsep Perawatan Luka Modern ... 19

2.10. Jenis-jenis Topikal Terapi (Dressing) ... 20

2.11. Keuntungan Perawatan Luka Modern ... 20

2.12. Konsep Action Research ... 21

2.13. Pengertian Action Research ... 21

2.14. Siklus Action Research ... 22

2.15. Proses Action Research ... 24

2.16 Keabsahan Data ... 25

2.17 Landasan Teori ... 27

2.18 Kerangka Konsep ... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.3. Partisipan Penelitian ... 35

3.4. Pengumpulan Data ... 36


(18)

3.6. Definisi Operasional ... 42

3.7. Tahapan Penelitian action Research ... 42

3.8. Metode Analisis Data ... 44

3.9. Pertimbangan Etik ... 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 47

4.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 48

4.2. Karakteristik Demografi Partisipan ... 52

4.3. Proses Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa ... 53

4.4. Outcome Action Research ... 75

4.5. Dampak penyusunan Prosedur Operasinal Standar (POS) tentang Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa terhadap perawat. ... 75

BAB 5 PEMBAHASAN ... 79

5.1. Proses Pelaksanaan action Research ... 79

5.2. Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa ... 84

5.3. Pelajaran yang di dapat dari penelitian action Research (Lesson Learned) ... 85

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

6.1. Kesimpulan ... 89

6.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan ... 53 Tabel 4.3. Observasi tindakan perawatan luka di RSUCND Langsa ... 61 Tabel 4.4. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Luka

Modern di RSUCND Langsa ... 61 Tabel 4.5. Tingkat pengetahuan perawat tentang prilaku Caring di

RSUCND Langsa ... 61 Tabel 4.6. Aplikasi POS MPLM di RSUCND Langsa minggu pertama .... 66 Tabel 4.7. Hasil Observasi Tindakan di RSUCND Langsa... 74 Tabel 4.8. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang perawatan Luka

Modern di RSUCND Langsa ... 74 Tabel 4.9. Tingkat Pengetahuan Prilaku Caring Perawat di RSUCND

Langsa ... 74 Tabel 4.10. Perbandingan Analisa Kuantitatif Setelah Aplikasi POS


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Fase penyembuhan luka ... 12

Gambar 2.2. Siklus spiral Kemmis dan Mc Taggart ... 24

Gambar 2.3. Dimensi Caring Swanson ... 29

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Langsa ... 33

Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUCND Langsa ... 51

Gambar 4.2 Denah Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Langsa ... 55


(21)

Judul Tesis : Pengembangan Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa

Nama Mahasiswa : Edy Mulyadi

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Konsep manajemen perawatan luka modern dengan basis lembab (moisture balance) telah diperkenalkan dan telah diadopsi oleh banyak negara. Keuntungan konsep lembab ini adalah membuat lingkungan yang mempercepat re-epitalisasi, menjaga kelembaban, akan menurunkan infeksi, dasar luka yang lembab dapat merangsang pengeluaran growth factor yang mempercepat proses penyembuhan luka. Keunggulan lain dari perawatan luka modern adalah mengurangi infeksi dan infeksi silang, mengurangi jaringan parut, mengurangi waktu perawatan dan mengganti balutan, serta mengurangi biaya. Penelitian ini bertujuan menghasilkan pengembangan protokol Prosedur Operasional Standar (POS) Manajemen Perawatan Luka Modern (MPLM) dengan mengaplikasikan nilai-nilai caring didalamnya sebagai pedoman dalam melakukan perawatan luka di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien (RSUCND), baik untuk luka akut, maupun luka kronik. Sehingga kebiasaan mengaplikasikan nilai-nilai caring dalam perawatan luka, diharapkan juga akan terbiasa menerapkannya pada saat memberikan asuhan


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan adalah dinamika yang terjadi sebagai sebuah tuntutan sesuai perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan kebutuhan. Perubahan diharapkan dapat berdampak positif untuk meningkatkan kualitas dan kepuasan bagi masyarakat, salah satunya pelayanan di rumah sakit. Rumah sakit adalah organisasi yang bertujuan menyediakan jasa pelayanan kepada masyarakat dengan mengharapkan imbalan melalui transaksi pelayanan kesehatan, salah satunya adalah pelayanan asuhan keperawatan.

Dalam bidang keperawatan perubahan adalah hal yang mutlak harus terjadi bila kita menginginkan perkembangan, kemajuan, profesionalisme pemberian pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik (Suyanto, 2009). Sebagai salah satu contoh manajemen perawatan luka saat ini telah berkembang dan berbeda dengan manajemen perawatan luka sebelumnya.

Empat dekade yang lalu trend manajemen perawatan luka telah berubah, dari metode konvensional/tradisional menjadi modern. Konsep manajemen perawatan luka modern dengan basis lembab (moisture balance) pertama sekali diperkenalkan oleh Winter (1962) dalam Gitarja (2008), dan telah diadopsi oleh banyak negara. Keuntungan konsep lembab ini adalah membuat lingkungan yang mempercepat re-epitalisasi, menjaga kelembaban akan menurunkan infeksi, dasar luka yang lembab dapat merangsang pengeluaran growth factor yang mempercepat proses penyembuhan luka (Halim, Khoo & Saad, 2012). Perawatan


(23)

luka lembab telah popular dilakukan karena telah terbukti dapat meningkatkan penyembuhan, mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan dan mengurangi tingkat infeksi (Dowset, 2011). Keunggulan lain dari perawatan luka modern adalah mengurangi infeksi dan infeksi silang, mengurangi jaringan parut, mengurangi waktu perawatan dan mengganti balutan, serta mengurangi biaya, (Slater, 2008).

Perawatan luka dengan konsep lembab dapat diaplikasikan pada luka akut, dan luka kronik, karena kelembaban mampu mempercepat pengeluaran growt factor, dan mempercepat pembentukan fibrin sebagai pencetus proses penyembuhan luka (Poerwantoro, 2013).

Sedangakan konsep perawatan luka konvensional/tradisional sudah ditinggalkan oleh banyak rumah sakit atau tempat-tempat perawatan luka, karena akan mengurangi keefektivan pelayanan keperawatan dan lamanya proses penyembuhan luka, yang berdampak terhadap peningkatkan biaya perawatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Slater (2008) bahwa perawatan luka dengan konsep moist akan mengurangi resiko infeksi sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka, dan mengurangi hari pergantian balutan sehingga akan mengurangi beban biaya yang diperlukan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya perbedaan yang besar antara perawatan luka konvensional dengan perawatan luka modern. Penelitian yang dilakukan Nurachmah, Kristianto, dan Gayatri (2011) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perawatan luka tekhnik modern dan konvensional, proses pelepasan growt faktor lebih cepat terjadi pada


(24)

kondisi perawatan luka lembab dibandingkan perawatan luka secara konvensional. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka terutama pada tahapan proliferasi atau granulasi.

Muharania (2012) telah melakukan penelitian dengan judul tingkat kepuasan pasien Diabetic Ulcer tentang perawatan luka modern di Klinik Edwcare Langsa terhadap 30 responden. Hasil yang didapatkan adalah sebagian besar responden yaitu 73,3 % menyatakan puas terhadap perawatan luka yang dilakukan.

Peneliti lain yaitu Yunir (2008) dalam Gitarja (2008) menjelaskan setiap 30 detik terjadi amputasi pada luka diabetic diseluruh dunia, 60-80% amputasi kaki non traumatik disebabkan oleh diabetes, dan 80% amputasi kaki diabetes didahului oleh ulkus. Melalui perawatan luka dengan konsep moist resiko amputasi akan dapat diturunkan.

Tindakan amputasi yang dilakukan berdampak besar bagi psikologis pasien, Penyimpangan prilaku dapat berupa harga diri rendah, pasien akan mengkritik diri sendiri dan orang lain, penurunan produktivitas, destruktif, gangguan dalam berhubungan, keluhan fisik, dan menarik diri dari realitas (Stuart & Sundeen, 1998).

Untuk menghindari amputasi yang harus dilakukan pada pasien akibat dari perawatan luka yang tidak baik adalah dengan cara perawatan luka dengan konsep moist. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Gitarja (2008), perawatan luka modern akan mengurangi resiko kecacatan dan amputasi.


(25)

Manajemen perawatan luka modern di Indonesia masih sangat sedikit diaplikasikan di rumah sakit maupun di klinik. Berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan melalui wawancara, dan kunjungan pada beberapa rumah sakit, umumnya masih menggunakan metode konvensional dalam melakukan perawatan luka. Salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien (RSUCND) Langsa yang masih menggunakan campuran Iodine dengan NaCl 0.9% untuk merawat luka. Dari hasil survey awal yang peneliti dapatkan dari medical record RSUCND dari Bulan Januari sampai dengan Desember 2012 jumlah pasien yang telah dilakukan perawatan luka adalah 392 orang. Jenis luka yang dialami pasien sangat bervariasi, diantaranya luka akut seperti luka operasi dan luka trauma. Selain itu juga luka diabetes, luka bakar, luka kronik dan kanker merupakan luka yang juga ditemukan di RSUCND. Sampai saat ini RSUCND masih menggunakan perawatan luka dengan cara konvensional dan tidak memiliki Prosedur Operasional Standar (POS) untuk perawatan luka. Padahal Angka Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 60-70% setiap bulan. Sedangkan Loss Day RSUCND adalah 7,4. Sedangkan angka infeksi dan amputasi yang dilakukan tidak tercatat di bagian medical record RSUCND sebagai akibat dari perawatan luka.

Survey awal yang telah peneliti lakukan terhadap lima perawat yang bertugas di RSUCND melalui wawancara tentang kebiasaan melakukan perawatan luka, hasilnya adalah kelima perawat RSUCND mengatakan mencuci luka menggunakan larutan NaCl 0,9% dengan Iodine, dua dari lima perawat RSUCND tidak melakukan pengangkatan jaringan mati setelah mencuci luka,


(26)

dan kelima perawat RSUCND hanya menggunakan kain kassa dengan larutan NaCl 0,9% dan Iodine sebagai balutan.

Pengembangan protokol POS manajemen perawatan luka modern (MPLM) sangatlah penting direncanakan untuk digunakan pada rumah sakit. Keuntungan yang didapat bagi pasien dari segi biaya yang lebih murah karena proses penyembuhan luka yang cepat, sedangkan dampak bagi perawat adalah meningkatnya profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan, terutama dalam hal perawatan luka, sehingga berdampak juga pada peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. Perawat akan menjadi tenaga kesehatan yang professional dengan pemahaman yang baik tentang fisiologi penyembuhan luka dan mengetahui tentang prosedur pergantian balutan dengan keuntungan konsep lembab yang telah didemonstrasikan lebih dari 30 tahun yang lalu oleh Winter (Gitarja, 2008).

POS MPLM di rumah sakit akan memberikan panduan untuk perawatan luka yang baik dengan menggunakan kosep luka berbasis lembab, yang diikuti oleh pendokumentasian. Gartlan et al (2010) menjelaskan penilaian luka secara formal adalah bagian penting dan efektif dalam manajemen luka. Hal ini penting untuk menilai secara akurat, memastikan kemajuan luka atau kurangnya kemajuan, dalam penyembuhan luka yang dapat diidentifikasi dengan cepat. The Australian Wound Management Association [AWMA] (2010) telah menerbitkan standar tertulis yang menetapkan pedoman yang jelas dalam manajemen luka baik akut dan kronis berdasarkan penyebab. Standar menjadi penting untuk penilaian


(27)

luka yang akurat dan dokumentasi yang komprehensif untuk mencapai manajemen praktik perawatan luka yang baik.

Penjelasan sebelumnya telah memberikan gambaran kepada peneliti untuk melakukan pengembangan protokol POS perawatan luka konvensional yang masih digunakan oleh RSUCND menjadi POS MPLM. Pada penelitian “Pengembangan Protokol Manajemen perawatan luka modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa”, peneliti memilih jenis penelitian aksi partisipatif sebagai metodeloginya. Sesuai namanya, partisipatif ada nilai kolaborasi antara peneliti dan partisipan. Penelitian ini melibatkan siklus tindakan yang berdasarkan planning, action, observation dan reflection (Robertson, 2006). Tujuan penelitian ini adalah tidak hanya menghasilkan pengetahuan tetapi juga ada tindakan dan peningkatan kesadaran (Polit & Beck, 2008).

1.2. Permasalahan

Bagaimanakah pengembangan protokol POS MPLM sebagai panduan klinis bagi perawat dalam melakukan perawatan luka di RSUCND.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menyusun langkah POS MPLM sebagai pedoman dalam melakukan perawatan luka di RSUCND.


(28)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan POS MPLM, untuk menjadi podoman bagi rumah sakit dalam melakukan perawatan luka, dan akan berdampak terhadap meningkatnya kepuasan pasien terutama saat dilakukan perawatan luka. 1.4.2. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dan acuan bagi perawat dalam melakukan perawatan luka dan berdampak kepada peningkatan profesionalisme perawat dalam mendorong berkembangnya praktek mandiri perawat.

1.4.3. Pendidikan Keperawatan

POS MPLM di rumah sakit dapat menjadi pedoman tetap sehingga peserta didik saat belajar tentang perawatan luka di akademik dan saat melaksanakan praktek di rumah sakit akan mendapatkan panduan yang sama dalam melakukan perawatan luka.

1.4.4. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian manajemen perawatan luka modern di rumah sakit dapat menjadi evidence based metode perawatan luka, dan menginspirasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lain tentang perawatan luka modern.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas tentang konsep-konsep terkait perawatan luka yang meliputi definisi luka, klasifikasi luka, tahapan penyembuhan luka, tipe penyembuhan luka, pengkajian luka, persiapan dasar luka, faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka, manajemen perawatan luka, jenis-jenis topikal terapi, konsep action research, landasan teori, dan kerangka konsep.

Hal lain yang ikut dibahas dalam bab ini adalah landasan teori, dan kerangka konsep terkait penelitian.

2.1 Definisi Luka

Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka dibagi menjadi ; luka superfisial ; terbatas pada lapisan epidermi, luka partial thickness ; hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan bagian atas dari dermis, luka full thickness : jaringan kulit yang hilang pada lapisan epidermis, dermis dan fasia, tidak mengenai otot. dan luka pada otot tendon dan tulang (Gitarja, 2008).

2.2 Klasifikasi Luka

Luka telah diklasifikasikan berdasarkan penyebab timbulnya luka. Luka biasanya muncul dari operasi, trauma atau penyakit dan diklasifikasikan sebagai berikut : Incised, disebabkan oleh alat pemotong, Contused, trauma pada jaringan


(30)

akan tetapi kulit tetap utuh, Lacerated, jaringan sudah robek, Abrasion, kerusakan pada epidermis atau dermis superfisial, Penetrating, cedera melewati kulit untuk jaringan yang lebih dalam, Burn, trauma karena thermal, electrical.chemical, radiation, Open, penyembuhan luka sekunder, Fracture, breaks in bone, Perforating, luka yang melewati bagian tubuh, Tumour, malignant or benign growth (Carville, 2012 ).

Nather (2013) yang dikutip dari King College Classification membagi enam stadium luka yang terdiri dari stadium satu yang disebut normal foot, stadium dua disebut high risk foot, stadium tiga disebut ulcerated foot, stadium empat disebut cellulitis foot, stadium lima disebut necrotic foot, dan stadium enam disebut major amputation.

Templeton (2005) mengklasifikasi luka menjadi empat stage yaitu : stage I hanya erythema pada kulit tanpa kehilangan lapisan kulit, biasanya akan terlihat warna kulit menjadi lebih gelap seperti kebiruan atau ungu. Stage II di sebut a partial thickness wound, terjadi kehilangan jaringan epidermis yang luas sampai lapisan dermis. Stage III adalah a full thickness wound terjadi kehilangan jaringan mencapai lapisan sub cutan dan kerusakan lebih dalam. Stage IV disebut a full thickness wound meluas mencapai facia, tendon, tulang, dan otot.

Klasifikasi luka yang lain adalah berdasarkan jenis penyembuhan luka yang terdiri dari : primer yaitu sembuh cepat,bekas luka halus, tidak ada infeksi, jenisnya seperti luka operasi; luka steril, bentuk luka linier, potongan bersih, tidak ada jaringan yang hilang. Luka sekunder adalah luka terbuka yang tertunda penyembuhannya, sembuh dengan bekas luka kasar dan tebal serta kontraktur,


(31)

memerlukan waktu sembuh yang lebih lama, insiden infeksi tinggi, luka lebar dengan kehilangan jaringan atau kulit, integritas kulit rusak, bekas luka yang tebal akan mengganggu fungsi jaringan. Sedangkan luka tersier adalah terjadinya penundaan antara waktu lukanya terjadi dengan dilakukannya jahitan kulit untuk menutup luka. Resiko terjadinya granulasi dan inflamasi lebih tinggi dibandingkan dengan proses penyembuhan primer (Poerwantoro, 2013).

2.3 Tahapan Penyembuhan Luka

Gitarja (2008) menjelaskan tahapan atau fase penyembuhan luka dimulai dari Fase inflamasi yang dimulai sejak terjadinya luka sampai hari ke-5. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF b1) yang juga dikeluarkan

oleh makrofag. Adanya TGF b1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.

Fase Proliferasi atau rekontruksi: berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira minggu ke-3. Fase ini ditandai dengan adanya proliferasi


(32)

sel/pembelahan sel. Peran fibroblast sangat besar untuk menghasilkan struktur protein yang digunakan selama proses rekontruksi jaringan. Pada saat terjadi luka fibroblast akan aktif ke jaringan sekitar luka dan berproliferasi mengeluarkan beberapa substansi seperti kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin, dan proteoglycans untuk rekontruksi jaringan baru. Pada fase ini juga terjadi proses pembentukan kapiler baru dalam luka atau disebut angiogenesis. Fibroblast dan angiogenesis merupakan proses yang terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (growth factor). Proses selanjutnya adalah epitelisasi, karena fibroblast mengeluarkan Keratinocyte Growth Factor (KGF). Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan di percepat oleh berbagai growth factor.

Fase Maturasi atau remodelling dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblast sudah meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh darah mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut dan puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Enzim kolagenase mengubah kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi menjadi kolagen matang, lebih kuat, dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang


(33)

dipecahkan sehingga tidak terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, dan akan menurunkan kekuatan jaringan parut,luka selalu terbuka bila kekurangan kolagen. Gitarja (2008) fase penyembuhan luka dapat terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1. Fase penyembuhan luka

Hemostatis bukan merupakan bagian dari proses penyembuhan luka, karena fungsinya hanya untuk menghentikan perdarahan dan pembentukan fibrin sebagai pencetus proses penyembuhan luka (Poerwantoro, 2013).

2.4Tipe Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dikatagorikan menjadi tiga model yaitu: Penyembuhan luka secara primer, tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke eksternal, contoh luka operasi. Penyembuhan luka secara sekunder, terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya, contoh: Ulkus dekubitus, ulkus diabetik,


(34)

ulkus venous dan Penyembuhan luka tertier/delayed primary berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual, contoh luka operasi yang tidak menutup (Carville, 2012 ).

Poerwantoro (2013) menjelaskan tentang strategi penyembuhan luka terdiri dari dua yaitu umum dan khusus. Strategi umum pencegahan luka meliputi luka atau kulit masih bagus haruslah menetapkan tujuan perawatan, memberi edukasi kepada pasien dan keluarganya, tatalaksana nutrisi, menentukan posisi tubuh agar tidak mengganggu proses penyembuhan luka, mengubah posisi tubuh pasien sesuai kebutuhan, dan memonitor adanya perubahan risiko perawatan. Saat membuat keputusan untuk pencegahan dan perawatan luka pertimbangkan juga lingkungan sekitar pasien, kemampuan fisik pasien, ketersediaan keluarga atau tenaga kesehatan yang akan membantu, pengetahuan dan keterampilan pasien dan keluarga yang mendukung, serta kulit hanya perlu dibersihkan saat dalam kondisi kotor. Pastikan pasien dan keluarga atau orang sekitar pasien tidak merokok, pasien harus patuh dengan obat yang diresepkan,jaga kulit tetap lembab. Sedangkan strategi khusus penyembuhan luka lebih difokuskan untuk mengoptimalkan proses penyembuhan lokal dan mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi dengan mengangkat jaringan mati, minimalkan tekanan, menetapkan sasaran hasil perawatan untuk mendapatkan hasil kosmetik yang maksimal, mengatasi nyeri, hindari terjadi hipoksia, hipovolemia, dan hipotensi, dan identifikasi masalah sistemik seperti: usia, nutrisi, obesitas, diabetes, perfusi,oksigenisasi, merokok, terapi radiasi, kemoterapi, dan terapi steroid.


(35)

2.5 Pengkajian Luka

Pengkajian atau penilaian luka menurut Betes dan Jensen (2001) berdasarkan wound assessment tool yang harus dilakukan untuk menilai perkembangan luka meliputi 13 item skor yaitu mulai dari ukuran, kedalaman, pinggiran luka, undermining, tipe jaringan necrotic, jumlah jaringan necrotic, tipe exudate, jumlah exudates, warna kulit sekitar luka, peripheral tissue edema, peripheral tissue induration, granulation tissue, epithelialization tissue. Sedangkan menurut The Australian Wound Management Association (AWMA) (2010) telah memiliki standar perawatan luka yang baku. Standar perawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: melakukan pengkajian secara komprehensif yang mencerminkan kesehatan, budaya dan faktor lingkungan yang memiliki dampak pada penyembuhan luka atau risiko cedera. Dokumentasi bukti hasil pengkajian individu tentang alasan terjadinya luka, riwayat kesehatan, usia dan perubahan terkait usia, riwayat luka sebelumnya dan hasil, riwayat obat-obat yang diresepkan, implikasi psikososial akibat luka, status gizi, sensitivitas dan alergi, diagnostik yang relevan sebelumnya dan investigasi, penilaian nyeri dengan penggunaan alat validasi nyeri, tanda-tanda vital. Penilaian lain yang diperlukan adalah penilaian risiko jatuh dan integritas kulit, vascular dan penilaian sensorik: pengujian monofilamen atau pengujian tekanan tumpul /sentuhan tajam, getaran sensasi - garpu tala atau biothesiometer, pengujian reflex. Pengkajian luka awal dan berkelanjutan harus didokumentasikan berdasarkan bukti yang temukan tentang: tipe luka, etiologi dan mekanisme terjadinya luka, durasi luka, lokasi, dimensi, karakteristik klinis dasar luka, penampilan tepi luka,


(36)

kulit sekitar luka, eksuda, bau, peradangan, infeksi, nyeri, dan benda asing seperti benang jahitan. Pengkajian tentang lingkungan yang mempengaruhi penyembuhan individu perlu diidentifikasikan seperti: faktor yang dapat berdampak pada kerahasiaan, kinerja perawatan sesuai prosedur, pengendalian infeksi atau penyembuhan luka, dan mungkin termasuk : faktor gaya hidup, individu, masalah kerahasiaan dan privasi, keamanan penyimpanan catatan individu, status kebersihan lingkungan (AWMA, 2010).

Langkah berikut adalah investigasi diagnostik akan dilakukan ketika terindikasi secara klinis untuk memastikan dan memantau etiologi luka, potensi penyembuhan, hasil penilaian, terkait, diagnosa dan manajemen intervensi. Prosedur diagnostic yang memungkinkan dilakukan adalah: analisis biokimia darah, mikrobiologi, histopatologi, penciteraan diagnostic, penilaian vascular, penilaian neurologist, penilaian gizi, penilaian psikologis (AWMA, 2010).

Tahap selanjutnya adalah melakukan pencucian luka dengan tekhnik aseptic dan bersih sesuai dengan kondisi luka dan kondisi individu. Kemudian kondisi luka harus dipertahankan pada kondisi lembab, dan menjaga suhu luka tetap konstan dengan cara: hindarkan luka terpapar suhu dingin, produk, obat-obatan, terapi atau perangkat, gunakan solusion pembersihan luka pada suhu tubuh, hindari suhu ekstrim pada kulit. Kondisi lain yang harus diperhatikan dan di jaga adalah: PH, resiko infeksi.

Melindungi luka menjadi bagian yang penting yang dapat dilakukan dengan cara menghindari pembersihan luka agresif kecuali tujuan perawatan adalah debridement, hindari penggunaan produk, obat-obatan, perangkat dan


(37)

intervensi yang mengeringkan atau menimbulkan trauma pada dasar luka atau kulit di sekitarnya, hindari penggunaan agen beracun atau allergen, lindungi luka dan area ping dari trauma dan maserasi. Pemilihan dressing adalah bagian terpenting yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan. Menggunakan dressing pada luka harus sesuai petunjuk atau indikasi yang disetujui oleh Administrasi Barang dari produk, atau digunakan sebagai komponen protokol penelitian dengan persetujuan etis yang tepat (AWMA, 2010).

2.6 Persiapan Dasar Luka

Falanga dan Sibbald (2000) telah menjelaskan tentang konsep persiapan dasar luka. Konsep yang digunakan untuk mempersiapkan dasar luka adalah metode TIME. Kepanjangan dari TIME adalah Tissue management, inflammation dan infection control, maintenance of moisture balance, dan epithelial advancement of wound edges (Halim, Khoo, & Saad, 2012).

Poerwantoro (2013) definisi persiapan dasar luka adalah tatalaksana luka dalam rangka mempercepat proses penyembuhan endogen atau untuk memfasilitasi efektifitas langkah-langkah terapeutik lainnya.

Langkah-langkah mempersiapkan dasar luka dengan metode TIME meliputi : menajemen persiapan jaringan mati dilakukan dengan debridement secara periodic atau kontinyu. Jenis debridement yang dapat dipergunakan dalam memperbaiki jaringan adalah autolitic, sharp, surgical, enzymatic, mechanical atau biological agent. Langkah ke dua adalah mengontrol infeksi dan peradangan dengan menilai adanya tanda-tanda infeksi atau inflamasi, dan bila luka mengalami infeksi harus diberikan topical anti mikobakterial atau pemberian


(38)

antibiotic secara sistemik, sehingga bakteri pada luka dapat dikurangi. Tahap ketiga adalah menjaga kelembaban pada luka dengan memilih topical terapi sesuai dengan kondisi luka untuk menghindari edema berlebihan, maserasi, atau luka mengalami dehiderasi. Tahap terakhir adalah memperbaiki jaringan tepi luka untuk meningkatkan pertumbuhan keratinocytes (Fletcher, 2005).

Persiapan dasar luka dengan menggunakan konsep TIME, juga harus melihat warna dasar luka untuk melakukan langkah-langkah persiapan dasar luka dengan metode TIME. Warna dasar luka merah atau red menunjukkan luka memiliki sirkulasi yang baik sehingga perawatannya cukup dengan mempertaahankan kelembaban luka. Warna dasar luka kuning atau yellow merupakan luka dengan penurunan perfusi sehingga jaringan menjadi iskhemik dan infark. Tujuan perawatan yang dapat dilakukan adalah mengatasi eksudat, dan mengangkat jaringan berwarna kuning (slough) dengan debridement. Dasar luka berwarna hitam atau black adalah luka yang telah nekrotik. Tujuan dari perawatan luka hitam adalah mengangkat jaringan hitam dengan debridement untuk memperbaiki sirkulasi ke seluruh permukaan luka (Poerwantoro, 2013).

2.7 Faktor-faktor yang Menghambat Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka juga memiliki faktor yang dapat menghambat luka sembuh tepat waktu, seperti yang diutarakan oleh Gitarja (2008) faktor faktor yang menghambat proses penyembuhan luka adalah: Persisten Inflamastion/ Infeksi, Peredaran darah yang buruk, hematoma yang luas, penggantian balutan yang terlalu sering, toksisitas terhadap zat kimia.


(39)

Sedangkan menurut Carville (2012), ada dua faktor yang dapat menghambat penyembuhan luka yaitu factor umum yang meliputi: umur, penyakit penyerta, perfusi yang buruk, malnutrisi, index massa tubuh ekstrim, gangguan sensasi atau gerakan, depresi, cemas, kelelahan, terapi radiasi, merokok, dan obat. Sedangkan faktor lokal berupa : manajemen perawatan luka, kelembaban luka, suhu dan PH luka, infeksi, tekanan, gesekan, tarikan, dan benda asing.

2.8 Konsep Perawatan Luka Konvensional

Konsep perawatan luka konvensional menurut Aswadi (2008) adalah perawatan luka di mana teknik yang digunakan masih alami dan tradisional, belum dikembangkan secara modern yang bertujuan untuk menyembuhkan luka secara bertahap dan prosesnya lama tergantung luka yang di derita. Langkah perawatan yang dilakuan adalah sebagai berikut : jelaskan prosedur kepada klien, siapkan peralatan yang diperlukan di meja (jangan membuka peralatan), ambil kantung plastik dan buat lipatan diatasnya. Selanjutnya tutup ruangan dengan tirai, bantu klien pada posisi nyaman. Perawat mencuci tangan secara menyeluruh, meletakkan bantalan tahan air dibawah klien, gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan (bila masih terdapat plester pada kulit, dapat dibersihkan dengan aseton). Angkat balutan secara perlahan dengan menggunakan forsep atau pinset, jika balutan lengket pada luka, jangan dibasahi, pertahan lepaskan balutan dari eksudat yang mengering. Observasi karakteristik dan jumlah drainase pada balutan, buang


(40)

balutan kotor pada nierbekken atau kantung plastik, hindari kontaminasi permukaan luar kantung (Aswadi, 2008).

Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar, membuka nampan balutan steril. Membuka larutan antiseptik lalu tuang ke dalam kom steril atau kasa steril, pakai sarung tangan steril, inspeksi luka. perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakteristik drainase (palpasi bila perlu, dengan bagian tangan non dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril). Bersihkan

luka dengan larutan antiseptik atau lanrtan normal satin. Bersihkan dari daerah yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi (Aswadi, 2008).

Setelah luka selesai di bersihkan dilanjutkan dengan menggunakan kasa yang basah tepat pada permukaan luka. Bila luka dalam secara perlahan masukkan kasa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kasa basah. Pasang kasa steril kering diatas kasa basah, tutup dengan kasa, surgipad, dan pasang plester diatas balutan (Aswadi, 2008).

2.9 Konsep Perawatan Luka Modern

Saat ini Konsep perawatan luka modern adalah konsep perawatan luka yang berbasis lembab atau moisture balance. Konsep atau prinsip lembab ini pertama sekali diperkenalkan oleh Winter (1962) dengan menunjukkan penggunaan occlusive dressing meningkatkan proses penyembuhan dua kali lipat dibandingkan dengan membiarkan luka tetap terbuka. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi dan untuk menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan dengan menggunanakan


(41)

balutan semi occlusive, full occulisive dan impermeable dressing. (Schultz, et al. 2005).

2.10 Jenis-jenis Topikal Terapi (Dressing)

Bahan topikal terapi yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka adalah: calcium alginate, hidrokoloid, hidroaktif gel, antimicobacterial, gamgee, polyurethane foam, dan silver dressing (Templeton, 2005). Dressing atau balutan yang baik harus mampu menyerap eksudat, mempertahankan lingkungan luka yang lembab, memungkinkan terjadi pertukaran gas, mempertahankan suhu luka, menjaga kondisi pathogen, mencegah infeksi, tidak mengeluarkan racun, tidak menimbulkan reaksi alergi, mencegah trauma, tidak merusak jaringam mudah dibuka tanpa menimbulkan trauma baru jaringan, mudah digunakan, nyaman digunakan, sesuai dengan bagian tubuh, tidak mengganggu fungsi tubuh, biaya efektif (Carville, 2012).

Poerwantoro (2013) menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan balutan adalah jenis luka, deskripsi luka, karakteristik luka, profil bakteri.

2.11 Keuntungan Perawatan Luka Modern

Keuntungan perawatan luka modern adalah mempercepat proses fibrinolisis, Angiogenesis, menurunkan infeksi, mempercepat pembentukan growth factor, dan mempercepat sel aktif untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Inilah yang tidak ditemukan pada pertawatan luka konvensional, karena sesuai dengan konsep


(42)

enzyme proteolitik kurang aktif bekerja pada kondisi kering atau tidak lembab (Gitarja, 2008).

Keuntungan konsep lembab ini adalah membuat lingkungan yang mempercepat re-epitalisasi, menjaga kelembaban akan menurunkan infeksi, dasar luka yang lembab dapat merangsang pengeluaran growth factor yang mempercepat proses penyembuhan luka (Halim, Khoo & Saad, 2012). Perawatan luka lembab telah popular dilakukan karena telah terbukti dapat meningkatkan penyembuhan, mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan dan mengurangi tingkat infeksi (Dowset, 2011).

Keunggulan lain dari perawatan luka modern adalah mengurangi infeksi dan infeksi silang, mengurangi jaringan parut, mengurangi waktu perawatan dan mengganti balutan, serta mengurangi biaya (Slater, 2008).

2.12 Konsep action Research

Penelitian yang akan diteliti ini akan menggunakan action research sebagai methodelogi, karena dapat memberdayakan partisipan, menghasilkan pengetahuan baru, sehingga akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang dijabarkan oleh Polit dan Beck (2008), penelitian ini tidak hanya menghasilkan pengetahuan tetapi juga ada tindakan dan peningkatan kesadaran untuk merubah.

2.13. Pengertian action Research

Penelitian tindakan reflektif diri kolektif dilakukan penelitian dalam situasi social untuk meningkatkan penawaran dan keadilan praktek pendidikan sosial


(43)

mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut, menurut Kemmis dan McTaggar (1998) dalam Denzim dan Lincoln (2009).

Menurut Polit dan Beck (2008). Metode penelitian action research (AR) berlangsung bersama kolaborasi dan dialog yang dapat memotivasi, meningkatkan Harga diri dan menghasilkan solidaritas yang kuat antara partisipan dan peneliti. Mereka menjelaskan bahwa Strategi pengumpulan data yang digunakan tidak hanya metode tradisional seperti wawancara dan observasi, tetapi bias juga dilakukan bercerita, drama komedi, menggambar dan melukis, bermain peran dan kegiatan lain yang mendorong partisipan mengenali kekuatan sendiri dan menemukan cara-cara kreatif untuk mengeksplorasi kehidupan mereka.

Keuntungan dan tujuan dari action research adalah menghasilkan pengetahuan tentang sistem dan pada saat yang sama berupaya mempromosikan perubahan organisasi dan social (Titchen & Binnie, 1994). Sedangkan Hanbridge (2000) menjelaskan keuntungan dari action research adalah mendorong keterbukaan, self criticism, reflexi diantara partisipan dan memberdayakan mereka untuk mengambil kendali atas situasi kerja mereka sendiri serta memperoleh pegetahuan dari praktek mereka.

2.14. Siklus action Research

Siklus AR terdiri dari planning, acion, observation dan reflection. Planning direncanakan tindakan positif dan berorientasi ke masa depan yang bersifat fleksibel. Segala fakor resiko dianalisa dalam fase ini dan dipersiapkan untuk evaluasi sebelum dipilih tindakan yang akan dilakukan. Pada fase ini


(44)

diperlukan kolaborasi antara penelitian dan partisipan untuk memahami teori dan praktek. action merupakan tindakan yang disengaja dan dikontrol secara hati-hati dan diteliti secara memberikan informasi penting. action di padu oleh rencana yang telah dibuat, tetapi tidak seluruhnya berpedoman pada planning karena hal ini sangat beresiko. Rencana untuk action harus fleksibel, memiliki sifat sementara dan terbuka terhadap perubahan. Implementasi dan action mengasumsikan material, sosial, dan politik untuk ditingkatkan lebih baik lagi. Salah satu cara dari action adalah observasi dengan tujuan mengumpulkan supaya bisa di evaluasi. Observation berfungsi sebagai dokumentasi efek yang penting dari tindakan. Observasi dari rencanakan dengan baik dan akan menjadi dokumen yang penting untuk melakukan refleksi rencana observasi dan fleksibel dan terbuka terhadap pencatatan yang mungkin tidak diprediksi sebelumnya. reflection disebut juga action yang sudah dicatat dalam observation. Refleksi memperlihatkan bagaimana proses berlangsung, masalah, issue dan manifestasi dalam tindakan strategis refleksi dibantu dengan cara berdiskusi dengan partisipasipan. Refleksi memiliki aspek evaluasi yang merupakan pertanyaan peneliti dalam menilai pengalaman mereka, menetapkan efek yang diinginkan dan menyarakan apa yang akan dilakukan kemudian (Kemmis dan McTaggart ,1988).

Kemmis dan Mc Taggart (1998) menggambarkan rancangan umum suatu penelitian tindakan dengan siklus berspiral sebagai berikut:


(45)

Keterangan :

R : Rencana tindakan

A & O : Aplikasi tindakan dan observasi Rf : Refleksi

RR : Revisi Rencana

Gambar 2.2. Siklus spiral Kemmis dan Mc Taggart

2.15. Proses action Research

Kemmis dan McTaggert (1988) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan AR memerlukan beberapa langkah tindakan yaitu reconnaissance, planning, melaksanakan rencana dan observasi, reflection.

Langkah pertama Reconnaisance merupakan tahap awal dalam mencari permasalahan yang ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary studi, yaitu mempelajari masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap ini menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan sekarang. Pernyataan-pernyataan tentang masalah yang ada mulai dimunculkan pada tahap ini.


(46)

Langkah kedua: planning merupakan perencanaan yang bersifat untuk perbaikan. Tahap ini beorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan partisipan. Perencanaan meliputi rencana untuk merubah dengan menggunakan bahasa, asktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan merencanakan hasil yang di inginkan.

Langkah ketiga adalah action dan observation, yaitu mengimplementasikan rencana dan mengobservasi pekerjaan yang dilakukan. Pada tahap ini akan dilaksanakan rencana yang sudah di tetapkan, meliputi pelaksanaan rencana untuk berubah dengan menggunakan bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan mengobservasi hasil dari implementasi yang telah di lakukan.

Langkah keempat adalah reflection, merupakan waktu untuk memberikan analisa, sintetis, interpretasi dan menyimpulkan hal yang penting. Pada tahap ini refleksi berfokus pada hasil yang telah di capai kemudian di buat analisa untuk perbaikan pada cycle berikutnya.

2.16 Keabsahan Data

Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Lincoln & Guba (1985) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data penelitian kualitatif yaitu kepercayaan (credibility), pengalihan (transferability), keteguhan (dependability) dan kepatian (comfirmability).


(47)

Kriteria credibility akan dipenuhi peneliti dengan menggunakan teknik seperti prolonged engagement untuk membangun kepercayaan antara peneliti dan partisipan. Peneliti juga melakukan teknik triangulation untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Dalam hal ini, peneliti akan membandingkan sumber data yang diperoleh dari wawancara dengan sumber data yang diperoleh dari hasil observasi partisipan. Selain itu peneliti juga akan melakukan teknik member-check dimana peneliti akan melakukan cross-check data yang diperoleh dengan menyusun tema dan katagori yang di bantu oleh anggota tim peneliti.

Transferability memiliki makna bahwa penelitian ini akan dapat digunakan pada populasi yang berbeda. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti akan menjelaskan secara rinci data yang diperoleh termasuk juga situasi organisasi dan geografis tempat penelitian. Untuk itu peneliti perlu membuat field notes atau catatan lapangan setiap kali peneliti melakukan pengambilan data.

Dependability memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan konteks yang sama, metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil penelitian yang diperoleh juga akan sama. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti akan melaporkan secara detail setiap proses penelitian kepada pembimbing untuk menilai apakah proses dan hasil yang diperoleh sudah sesuai.

Comfirmability merupakan upaya untuk menciptakan kepastian data penelitian. Hal ini dilakukan peneliti dengan memberikan kesempatan kepada partisipan untuk membaca transkrip hasil wawancara dan FGD untuk memastikan objektivitas data yang diperoleh.


(48)

2.17 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah teori caring yang di kembangkan Swanson dan model perawatan luka modern menurut Gitarja. Kontribusi Swanson sangat berharga untuk mengembangkan strategi caring yang bermanfaat dan efektif. Setiap proses caring memiliki definisi melayani sebagai dasar untuk intervensi keperawatan. Perawatan dan caring sangat penting dalam membuat perbedaan positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan klien. Demikian temuan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan teori berguna untuk membimbing praktek keperawatan (Swanson,1991).

Dimensi caring menurut Swanson (1991) ada lima, yaitu maintaining belief, knowing, being with, doing for, dan enabling. Demensi pertama adalah maintaining belief yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan.

Dimensi kedua adalah Knowing yang bermakna berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing


(49)

adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan (Swanson, 1991).

Dimensi ketiga adalah being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama-sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Dimensi ke empat adalah Doing for yang berarti berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Dimensi terakhir adalah Enabling yang bermakna memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternatif pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback (Swanson,1991).


(50)

Lima dimensi caring menurut Swanson dalam bentuk gambar dapat dilihat seperti di bawah ini.

Gambar 2.3. Dimensi Caring Swanson

Teori caring Swanson tepat digunakan dalam mengembangkan protokol manajemen perawatan luka modern di RSUCND. Kegiatan yang dilakukan pada setiap dimensi sangat terarah dan jelas. Misalnya pada dimensi maintaining belief hal-hal yang dapat dilakukan adalah menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi, menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat, menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama, membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien, menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh


(51)

Dimensi knowing dapat dilakukan dengan cara menghindari asumsi-asumsi, melakukan pengkajian yang menyeluruh, menggali informasi-informasi yang mendalam, perawat berfokus pada klien dalam memberikan asuhan keperawatan. Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif (Potter & Perry, 2009).

Dimensi being with dapat diaplikasikan dengan cara perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan, menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being, bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien, berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien. Being with, perawat dapat menunjukkan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti (Potter & Perry, 2009).

Dimensi doing for dapat dilaksanakan seiring melakukan tindakan keperawatan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien, perawat menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional, menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia, perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga, melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis (Potter & Perry, 2009).


(52)

Kegiatan yang dapat dilakukan pada dimensi enabling adalah memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan, memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien, memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat, memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being, menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis (Potter & Perry, 2009).

Sedangkan landasan teori tentang konsep manajemen perawatan luka modern menurut Gitarja (2008) terdiri dari tiga kegiatan yang berurutan yaitu mencuci luka, mengangkat jaringan mati, dan memilih dressing yang sesuai dengan kondisi luka.

Pencucian luka merupakan tahapan pertama dalam perawatan luka, yang bertujuan membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada cairan luka. Mencuci luka dapat meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka, serta menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Tidak ada konsensus mengenai

cairan yang dipergunakan untuk membersihkan luka. Cairan normal salin (NaCl 0,9 %) atau air steril sangat direkomendasikan sebagai cairan pembersih

luka pada semua jenis luka, karena cairan isotonik, tidak toksik terhadap jaringan, tidak menghambat proses penyembuhan luka, dan tidak menyebabkan reaksi


(53)

alergi, atau merubah flora bakteri pada kulit. Penggunaan antiseptik dibenarkan apabila zat yang digunakan tidak merusak fibroblast (Gitarja, 2008).

Apabila terdapat jaringan nekrosis seperti eschar dan slough, maka debridement adalah tindakan yang tepat untuk nekrotomy. Jaringan nekrotik akan menghalangi proses penyembuhan luka dan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Beberapa metode debridement yang dapat dilakukan seperti : mekanikal, surgikal, enzimatik, autolisis, dan biochemical. Autolisis debridement adalah salah satu jenis debridement yang banyak dilakukan saat ini, karena biaya nya yang murah, mudah dilakukan, hanya jaringan mati yang terbuang, dan tidak sakit. Peluruhan jaringan nekrotik pada autolisis debridement dilakukan oleh tubuh sendiri dengan bantuan Proteolytic Enzim. Hal ini dapat terjadi bila luka berada pada keadaan lembab (Gitarja, 2008).

Pemilihan topikal terapi adalah langkah terakhir dalam melakukan perawatan luka. Hal ini penting untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan menjaga kelembaban luka. Keberhasilan perawatan luka menjadi baik sangat tergantung kepada kemampuan dalam memilih balutan yang tepat, efektif, dan efesien (Gitarja, 2008).

2.18 Kerangka Konsep

Penyusunan kerangka konsep dilakukan berdasarkan landasan teori keperawatan Swanson tentang caring, yang digabungkan dengan model perawatan luka modern menurut Gitarja, yang akan menghasilkan sebuah protokol perawatan luka modern dengan mengaplikasikan nilai-nilai caring. Kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :


(54)

gITARJA

Keterangan P : planning R : reflective

A & O : action dan observation

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Langsa

Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Langsa

Swanson’s Theory of

Caring

1. Maintaining belief 2. Knowing

3. Being with 4. Doing for 5. Enabling

Gitarja tentang Manajemen Perawatan Luka Modern :

1. Mencuci 2. Mengangkat

jaringan mati 3. Memilih dressing

Protokol Perawatan luka

di RSCND

Siklus 1

Protokol Manajemen Perawatan luka Modern

di RSCND

R P


(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menerangkan tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, partisipan penelitian, pengumpulan data, metode analisa data, dan pertimbangan etik.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah action research. Desain ini digunakan untuk menyusun Pengembangan protokol POS MPLM untuk dijadikan pedoman dalam melakukan perawatan luka di RSUCND. Penelitian action research ini merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian yang berdasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktek sosial atau kependidikan (Kemmis & McTaggart,1988). Hal ini juga sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Polit dan Beck (2008) bahwa action research menuntut seorang peneliti untuk tidak hanya mengumpulkan informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu, namun juga diharapkan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada saat penelitian.

Penelitian action research juga dapat menjembatani kesenjangan teori dan praktek sehingga mendapat kesempatan untuk mempersempit kesenjangan melalui kalaborasi peneliti dan praktisi (Badger, 2000). Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukan oleh Kemmis dan McTaggart (1988) action research akan mendorong perawat berpartisipasi secara aktif untuk melakukan perubahan dilingkungannya.


(56)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUCND Kota Langsa karena RSUCND telah memiliki poli klinik perawatan luka dengan menggunakan konsep lembab. Tetapi perawatan luka dengan konsep lembab belum digunakan di ruang perawatan ketika melakukan perawatan luka. Trend lain adalah RSUCND merupakan salah satu private hospital yang ada di Kota Langsa dan memiliki angka kunjungan yang dihitung berdasarkan Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 60-70 % setiap bulannya. Hal ini juga sesuai dengan keinginan pihak manajemen RSUCND untuk terus meningkatkan kwalitas pelayanan melalui penggunaan konsep-konsep baru dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit salah satunya dengan menggunakan konsep lembab dalam perawatan luka.

3.2.2. Waktu Penelitian

Proses action research yang dimulai dari pengumpulan data berlangsung dari Tanggal 26 April sampai dengan 28 September 2013.

3.3. Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian berjumlah 12 orang yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Pemilihan dilakukan berdasarkan keinginan peneliti dengan membuat kriteria pemilihan yaitu partisipan harus perawat RSUCND, memiliki tingkat pendidikan Ahli Madya Keperawatan dan Ners, serta sudah pernah melakukan perawatan luka dengan menggunakan metode konvensional.


(57)

Selain partisipan utama, partisipan pendukung yang ikut berperan dalam penelitian ini adalah pihak yayasan, dan manajemen rumah sakit. Partisipan pendukung dilibatkan untuk mendapatkan data dan informasi penting terkait kebijakan dan pelayanan di RSUCND, khususnya informasi terkait dengan penanganan perawatan luka.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti yang menjadi instrumen dalam penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan pendekatan yang beragam (eclectical approach) yaitu menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini memungkinkan dilakukan karena action research merupakan penelitian yang unik dan kompleks sehingga dapat menggunakan tools yang beragam dalam proses pengumpulan data (Webb,1989).

3.4.1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri-dari empat instrument yaitu (1) panduan Focus Group Discussion (FGD), (2) kuesioner pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern, (3) kuesioner pengetahuan perawat tentang prilaku caring dan (4) format observasi. Pengembangan alat pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur. Instrumen yang telah disusun selanjutnya dilakukan uji validitas. Instrumen akan dikatakan valid apabila Content Validity Index (CVI) besar (>) 0.78 (Polit & Beck, 2008). Berikut ini adalah penjelasan tentang alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini.


(58)

(1) Panduan Focus Group Discussion (FGD)

Panduan FGD terdiri-dari enam pertanyaan yang terstruktur yang menjadi acuan saat FGD berlangsung, dan pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan tujuan penelitian (lampiran 1a). Pertanyaan yang diajukan untuk menggali pengalaman partisipan tentang perawatan luka yang telah dilakukan dan pengetahuan tentang perawatan luka modern. Informasi lain yang ingin di gali adalah hambatan dan keunggulan dari peawatan luka yang dilakukan.

Panduan FGD telah dilakukan CVI oleh tiga orang expert dalam bidang Keperawatan Medikal Bedah (lampiran 2). Hasil CVI adalah 0.8, setelah dilakukan perubahan konstuk pertanyaan supaya mudah dipahami. Perubahan yang dilakukan adalah memberi penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta persetujuan penelitian kepada partisipan. Setelah uji validitas selesai dilakukan Panduan FGD ini digunakan saat pengkajian data awal kepada partisipan.

(2) Kuesioner pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern

Kuesioner pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern (lampiran 1b), terdiri-dari 24 pertanyaan. Berdasarkan kajian validitas yang dilakukan tidak ada penambahan dan perubahan pernyataan pada kuesioner. Pernyataan dianggap sudah relevan oleh ketiga expert Keperawatan Medikal Bedah (lampiran 2), dengan hasil CVI untuk kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern adalah 1,00.


(1)

KUESIONER

Pengetahuan perawat tentang prilaku caring

Isilah kolom pernyataan benar atau salah dengan memberikan tanda checklist (√)

No Konsep Prilaku Caring Benar Salah

1 Caring adalah memberikan pelayanan keperawatan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kompetensi yang dimiliki

2 Prilaku caring dapat diaplikasikan saat melakukan perawatan luka

3 Caring menurut Swanson memiliki lima dimensi 4 Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup

seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan

5 Salah satu sub dimensi dalam Maintening belief adalah menjelaskan prosedur tindakan untuk menyakinkan pasien 6 Knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan

mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan

7 Perawat tidak perlu memberi kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan ketidaknyamanan yang dirasakan sebelum perawatan luka dilakukan

8 Melakukan kegaiatan perawatan luka secara tepat dan benar merupakan dimensi dari caring

9 Evaluasi validasi setelah perawatan luka tidak perlu dilakukan karena akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk merawat luka

10 Melakukaan kontrak yang akan datang termasuk juga dalam dimensi Enabling


(2)

Lampiran 1d OBSERVASI

Partisipan :

Tanggal : ……… Pukul : ………….. WIB

Tempat : ………

Situasi :……….………..

No Prosedur Ya Tidak

A Maintening Belief

1 Mengucapkan salam

2 Melakukan kontrak dengan pasien 3 Menjelaskan prosedur tindakan untuk

menyakinkan pasien B Knowing

4 Menggali informasi dari pasien tentang perawatan luka

5 Menyamakan persepsi perawat dan pasien tentang protokol perawatan luka modern

C Being with

6 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan ketidaknyamanan yang dirasakan selama tindakan berlangsung


(3)

No Prosedur Ya Tidak 7 Memberikan informasi kepada pasien bahwa

perawat siap memberikan dukungan, kenyamanan, dan menjaga privasi dan martabat pasien

D Doing For

8 Melakukan tindakan keperawatan dengan memberikan kenyamanan pada pasien, menjaga privasi, menunjukkan kompetensi/skill

9 Mencuci tangan dengan air mengalir dan membilas dengan handscrup gel

10 Menggunakan sarung tangan

11 Mendekatkan alat dengan tempat kerja 12 Memasang perlak/under pad

13 Membuka balutan

14 Balutan yang telah dibuka dimasukkan ke dalam nierbeken/plastik sampah

15 Mencuci luka dengan menggunakan sabun dan bilas dengan NaCl 0,9%

16 Membersih luka secara lembut dan gentel dengan menggunakan kassa besar/kecil bersih

17 Mengeringkan luka dengan menggunakan kassa besar/kecil steril


(4)

No Prosedur Ya Tidak tangan dengan air mengalir dan handsrub gel

19 Mengangkat jaringan mati (slough dan necrosis) 20 Mendokumentasikan kondisi luka : stadium luka,

warnadasar luka, ukuran luka, warna kulit sekitar luka, cairan luka, dan melakukan foto pada luka 21 Memilih balutan sesuai jenis luka (cairan dan

warna luka) 22 Merapikan alat 23 Mencuci tangan

E Enabling

24 Melakukan evaluasi validasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

25 Memberikan informasi berkaitan dengan peningkatan kesehatan pasien


(5)

BIODATA EXPERT

Penelitian ini menggunakan empat instrumen yaitu (1) panduan FGD (2) kuesioner pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern, (3) kuesioner pengetahuan perawat tentang caring (4) panduan observasi. Intrumen pada penelitian ini telah dilakukan uji validitas oleh tiga orang expert dalam Bidang Keperawatan Medikal Bedah. Berikut ini adalah biodata expert yang telah melakukan uji validitas terhadap / instrumen dalam penelitian ini:

1. Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.,WOC (ET)N

Staf Pengajar Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Uiv Sumatera Utara.

2. Yesi Ariani, S.Kep., Ns.,M.Kep.,CWCC.

Staf Pengajar Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ikram, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Staf Pengajar Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(6)