BAB 5 PEMBAHASAN
Bab pembahasan akan memberikan penjelasan tentang kesenjangan yang didapatkan saat melaksanakan penelitian dengan teori yang digunakan sebagai
kerangka dalam penelitian ini, dengan memberikan argementasi terkait kesenjangan yang muncul dalam penelitian. Kerangka pembahasan yang akan
diterangkan adalah tentang proses pelaksanaan action research, Pengembangan Protokol Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak
Dhien Langsa, pelajaran yang didapatkan oleh peneliti lesson learned, serta keterbatasan penelitian.
5.1. Proses Pelaksanaan action Research
Penelitian action research yang dilaksanakan, merupakan satu pengorganisasian kegiatan yang sistematis untuk menyusun sebuah POS MPLM
di RSUCND Langsa. Peran peneliti sangatlah penting dalam penelitian action research karena harus mampu memfasilitasi perubahan dan juga memberikan
masukan dalam POS MPLM yang diperlukan untuk melakukan perawatan luka. Peneliti memiliki peran yang berubah-ubah sesuai kebutuhan selama penelitian
berlangsung, seperti yang dialami Zaragoza 2004 saat melakukan action research untuk mengimplementasikan proses keperawatan di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Navarra Canada. Pelaksanaan action research untuk Pengembangan Protokol MPLM telah
berlangsung selama 20 minggu di RSUCND. Menurut Kemmis dan McTaggart 1988 bagi peneliti action research pemula ada baiknya tidak melakukan siklus
79
Universitas Sumatera Utara
yang terlalu lama karena akan sulit untuk mempertahankan komitmen dan mengkaji kemajuan penelitian. Lamanya waktu untuk action research bervariasi
antara 1 hingga 48 bulan Waterman,2001. Sebelum siklus action research dilakukan, terlebih dahulu peneliti
melaksanakan tahapan reconnaissance, bertujuan melakukan pendekatan dengan tempat penelitian untuk mencari masalah penelitian yang tepat. Hal ini sesuai
dengan pengalaman Zaragoza 2004 melakukan interview pada tahap reconnaissance untuk mengidentifikasi permasalahan sesuai setting penelitian.
Selain menemukan masalah penelitian, tahapan reconnaissance ini juga dilakukan untuk membina hubungan antara peneliti dengan partisipan. Waterman 2001
menjelaskan pendekatan dengan key person sangat penting agar rencana yang telah disusun peneliti dapat dijalankan. Teknik prolonged engagement adalah
pendekatan dalam jangka waktu yang lama, yang dilakukan oleh peneliti dengan partisipan untuk memepertahankan hubungan saling percaya, sehingga partisipan
akan lebih akrab, dan terbuka dalam memberikan informasi terkait penelitian yang dilakukan. Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam menjalankan teknik
prolonged engagement adalah sekitar 3 tahun. Perubahan dan pembentukan POS MPLM di RSUCND adalah hal yang
baru, baik terkait dengan konsep perawatan luka modern, maupun terhadap ketersediannya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melakukan operawatan luka.
Manajemen perawatan luka yang selama ini dijalankan di RSUCND masih menggunakan metode konvensional. Penelitian dengan metodelogi action
research sangat baik dilakukan untuk menegembangkan POS MPLM karena
Universitas Sumatera Utara
dapat memberdayakan partisipan, menghasilkan pengetahuan baru, sehingga akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang dijabarkan
oleh Polit dan Beck 2008 penelitian ini tidak hanya menghasilkan pengetahuan tetapi juga ada tindakan dan peningkatan kesadaran untuk merubah.
Setiap hal yang baru akan membutuhkan waktu dan kesadaran untuk dapat dijalankan. Hanbridge 2000 dalam Setiawan 2012 menjelaskan keuntungan
dari action research adalah mendorong keterbukaan, self criticism, reflexi diantara partisipan dan memberdayakan mereka untuk mengambil kendali atas situasi kerja
mereka sendiri serta memperoleh pegetahuan dari praktek mereka. Keuntungan lain dari action research menurut Titchen dan Binnie 1994 dalam Setiawan
2012 adalah menghasilkan pengetahuan tentang sistem dan pada saat yang sama berupaya mempromosikan perubahan organisasi dan sosial.
Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian action research adalah tahapan planning. Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan
perencanaan seperti melakukan pertemuan dengan pihak manajemen rumah sakit, menyusun tim perumus POS, merencanakan pertemuan rutin sebanyak tiga kali
dengan tim untuk melakukan pembahasan rancangan POS. Hal ini sesuai dengan pendapat Davison, Martinson, dan Kock 2004 yang menjelaskan peneliti perlu
membuat kerja sama dengan anggota organisasi dalam kegiatan ini, pelaporan secara rutin mengenai jalannya kegiatan dapat mencerminkan ciri khusus dari
kesepakatan ini. Baik peneliti maupun partisipan dapat memiliki peran dan tanggungjawab ganda, meskipun ini dapat berubah selama perjalanan kegiatan
berlangsung, tetapi penting untuk menentukan aturan awal pada bagian luar
Universitas Sumatera Utara
proyek agar dapat mencegah konflik kepentingan dan menghindari ancaman terhadap hak prerogative pribadi atau jabatan mereka. Adanya kesepakatan awal
sangat penting mengenai sasaran dari penelitian, kemudian dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Selain pertemuan dengan yayasan dan
pihak manajemen rumah sakit, pada tahap planning juga direncanakan kegiatan seminar dan workshop tentang konsep perawatan luka modern dan konsep caring
Swanson. Kemmis dan McTaggart 1988 menerangkan bahwa pada tahap planning peneliti merencanakan tindakan yang bersifat tentative atau sementara
serta fleksibel terhadap perubahan sesuai kondisi partisipan. Tahap action, peneliti melaksanakan semua perencanaan yang telah
direncanakan, seperti yang dinyatakan oleh Kemmis dan McTaggart 1988 bahwa pada tahap acting peneliti melakukan kegiatan yang sudah direncanakan
pada tahap planning. Diawali pertemuan yang dilakukan dengan pihak yayasan dan manajemen rumah sakit. Banyak hal yang dibicarakan terkait dengan rencana
penelitian, dan langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan untuk mendukung kegiatan penelitian yang akan dilakukan, diantranya menyusun tim perumus POS
dan rencana mengundang produsen wound care untuk kebutuhan dressing di rumah sakit. Format POS disusun berdasarkan kombinasi konsep perawatan luka
modern dari AWMA 2010 yang telah memiliki standar perawatan luka yang baku. Format juga dikombinasikan dengan model yang dikembangkan Gitarja
2008 dalam bukunya Perawatan Luka diabetes, dan Carville 2012 dalam buku wound care manual.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melengkapi format POS Manajemen perawatan luka modern di RSUCND, Tim penyusun juga menggunakan konsep caring Swanson, sehingga
nilai-nilai caring dapat dijabarkan dalam konsep perawatan luka modern. Kontribusi Swanson sangat berharga untuk mengembangkan strategi caring yang
bermanfaat dan efektif. Setiap proses caring memiliki definisi melayani sebagai dasar untuk intervensi keperawatan. Perawatan dan caring sangat penting dalam
membuat perbedaan positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan klien. Demikian temuan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan teori berguna untuk
membimbing praktek keperawatan Swanson,1991. Dimensi caring menurut Swanson 1991 ada lima, yaitu maintaining belief,
knowing, being with, doing for, dan enabling. Kelima dimensi caring Swanson ini telah dikombinasikan sesuai dengan urutan yang ditautkan dengan konsep
perawatan luka modern. Sebelum finalisasi untuk di role play kan format POS manajemen perawatan luka modern mengalami dua kali revisi, terutama mengenai
redaksi tata bahasa yang tidak dapat dipahami dengan jelas oleh partisipan. Langkah Observasi dilakukan bersamaan saat format diimplementasikan
atau di role play kan oleh partisipan. Untuk membantu observasi, peneliti menggunakan format chek list sehingga akan lebih objektif dalam menilai
partisipan dalam menggunakan POS MPLM saat melakukan perawatan luka. Hal ini sesuai pendapat Kemmis dan McTaggart 1988 bahwa observasi harus
direncanakan, responsive,kritis dan peka terhadap hal-hal tak terduga. Tahapan terakhir adalah reflection untuk mendiskusikan pengalaman
tentang pengetahuan, ketrampilan dalam menjalankan manajemen perawatan luka
Universitas Sumatera Utara
modern di RSUCND melalui FGD. Zarragoza 2004 melaksanakan dua kali FGD pada siklus action research yang dilakukan untuk mengimplementasikan proses
keperawatan di bangsal. Upaya untuk selalu mencoba, mengembangkan, meningkatkan, dan mengubah gayanya dalam merawat akan menghasilkan suatu
model pembelajaran yang sesuai dengan keinginan atau tuntutan pelayanan di instansinya.
5.2. Manajemen Perawatan Luka Modern di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa