Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

2.17 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah teori caring yang di kembangkan Swanson dan model perawatan luka modern menurut Gitarja. Kontribusi Swanson sangat berharga untuk mengembangkan strategi caring yang bermanfaat dan efektif. Setiap proses caring memiliki definisi melayani sebagai dasar untuk intervensi keperawatan. Perawatan dan caring sangat penting dalam membuat perbedaan positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan klien. Demikian temuan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan teori berguna untuk membimbing praktek keperawatan Swanson,1991. Dimensi caring menurut Swanson 1991 ada lima, yaitu maintaining belief, knowing, being with, doing for, dan enabling. Demensi pertama adalah maintaining belief yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan. Dimensi kedua adalah Knowing yang bermakna berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing Universitas Sumatera Utara adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggalimenyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan Swanson, 1991. Dimensi ketiga adalah being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama-sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Dimensi ke empat adalah Doing for yang berarti berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Dimensi terakhir adalah Enabling yang bermakna memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternatif pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik feedback Swanson,1991. Universitas Sumatera Utara Lima dimensi caring menurut Swanson dalam bentuk gambar dapat dilihat seperti di bawah ini. Gambar 2.3. Dimensi Caring Swanson Teori caring Swanson tepat digunakan dalam mengembangkan protokol manajemen perawatan luka modern di RSUCND. Kegiatan yang dilakukan pada setiap dimensi sangat terarah dan jelas. Misalnya pada dimensi maintaining belief hal-hal yang dapat dilakukan adalah menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi, menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat, menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama, membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien, menjalinmenyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien Potter Perry, 2009. Universitas Sumatera Utara Dimensi knowing dapat dilakukan dengan cara menghindari asumsi- asumsi, melakukan pengkajian yang menyeluruh, menggali informasi-informasi yang mendalam, perawat berfokus pada klien dalam memberikan asuhan keperawatan. Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif Potter Perry, 2009. Dimensi being with dapat diaplikasikan dengan cara perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan, menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan well being, bersama- sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien, berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien. Being with, perawat dapat menunjukkan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti Potter Perry, 2009. Dimensi doing for dapat dilaksanakan seiring melakukan tindakan keperawatan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien, perawat menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional, menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia, perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga, melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis Potter Perry, 2009. Universitas Sumatera Utara Kegiatan yang dapat dilakukan pada dimensi enabling adalah memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan, memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien, memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan well being sesuai kapasitas sebagai perawat, memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan well being, menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis Potter Perry, 2009. Sedangkan landasan teori tentang konsep manajemen perawatan luka modern menurut Gitarja 2008 terdiri dari tiga kegiatan yang berurutan yaitu mencuci luka, mengangkat jaringan mati, dan memilih dressing yang sesuai dengan kondisi luka. Pencucian luka merupakan tahapan pertama dalam perawatan luka, yang bertujuan membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada cairan luka. Mencuci luka dapat meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka, serta menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Tidak ada konsensus mengenai cairan yang dipergunakan untuk membersihkan luka. Cairan normal salin NaCl 0,9 atau air steril sangat direkomendasikan sebagai cairan pembersih luka pada semua jenis luka, karena cairan isotonik, tidak toksik terhadap jaringan, tidak menghambat proses penyembuhan luka, dan tidak menyebabkan reaksi Universitas Sumatera Utara alergi, atau merubah flora bakteri pada kulit. Penggunaan antiseptik dibenarkan apabila zat yang digunakan tidak merusak fibroblast Gitarja, 2008. Apabila terdapat jaringan nekrosis seperti eschar dan slough, maka debridement adalah tindakan yang tepat untuk nekrotomy. Jaringan nekrotik akan menghalangi proses penyembuhan luka dan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Beberapa metode debridement yang dapat dilakukan seperti : mekanikal, surgikal, enzimatik, autolisis, dan biochemical. Autolisis debridement adalah salah satu jenis debridement yang banyak dilakukan saat ini, karena biaya nya yang murah, mudah dilakukan, hanya jaringan mati yang terbuang, dan tidak sakit. Peluruhan jaringan nekrotik pada autolisis debridement dilakukan oleh tubuh sendiri dengan bantuan Proteolytic Enzim. Hal ini dapat terjadi bila luka berada pada keadaan lembab Gitarja, 2008. Pemilihan topikal terapi adalah langkah terakhir dalam melakukan perawatan luka. Hal ini penting untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan menjaga kelembaban luka. Keberhasilan perawatan luka menjadi baik sangat tergantung kepada kemampuan dalam memilih balutan yang tepat, efektif, dan efesien Gitarja, 2008.

2.18 Kerangka Konsep