memerlukan waktu sembuh yang lebih lama, insiden infeksi tinggi, luka lebar dengan kehilangan jaringan atau kulit, integritas kulit rusak, bekas luka yang tebal
akan mengganggu fungsi jaringan. Sedangkan luka tersier adalah terjadinya penundaan antara waktu lukanya terjadi dengan dilakukannya jahitan kulit untuk
menutup luka. Resiko terjadinya granulasi dan inflamasi lebih tinggi dibandingkan dengan proses penyembuhan primer Poerwantoro, 2013.
2.3 Tahapan Penyembuhan Luka
Gitarja 2008 menjelaskan tahapan atau fase penyembuhan luka dimulai dari Fase inflamasi yang
dimulai sejak terjadinya luka sampai hari ke-5. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan
retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan
mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor EGF, Insulin-like Growth Factor IGF, Plateled-derived Growth Factor PDGF dan Transforming
Growth Factor beta TGF- β yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil,
makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit
Polymorphonuclear PMN. Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 TGF b
1
yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF b1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis
kolagen. Fase Proliferasi atau rekontruksi: berlangsung dari akhir masa inflamasi
sampai kira-kira minggu ke-3. Fase ini ditandai dengan adanya proliferasi
Universitas Sumatera Utara
selpembelahan sel. Peran fibroblast sangat besar untuk menghasilkan struktur protein yang digunakan selama proses rekontruksi jaringan. Pada saat terjadi luka
fibroblast akan aktif ke jaringan sekitar luka dan berproliferasi mengeluarkan beberapa substansi seperti kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin, dan
proteoglycans untuk rekontruksi jaringan baru. Pada fase ini juga terjadi proses pembentukan kapiler baru dalam luka atau disebut angiogenesis. Fibroblast dan
angiogenesis merupakan proses yang terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag growth factor. Proses selanjutnya
adalah epitelisasi, karena fibroblast mengeluarkan Keratinocyte Growth Factor KGF. Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah
terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan di percepat oleh berbagai growth factor.
Fase Maturasi atau remodelling dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi
adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblast sudah meninggalkan jaringan
granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh darah mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk
memperkuat jaringan parut dan puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Enzim kolagenase mengubah kolagen muda gelatinous collagen yang terbentuk
pada fase proliferasi menjadi kolagen matang, lebih kuat, dan struktur yang lebih baik proses re-modelling. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal
diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang
Universitas Sumatera Utara
dipecahkan sehingga tidak terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, dan akan menurunkan kekuatan jaringan parut,luka selalu terbuka bila
kekurangan kolagen. Gitarja 2008 fase penyembuhan luka dapat terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Fase penyembuhan luka Hemostatis bukan merupakan bagian dari proses penyembuhan luka,
karena fungsinya hanya untuk menghentikan perdarahan dan pembentukan fibrin sebagai pencetus proses penyembuhan luka Poerwantoro, 2013.
2.4
Tipe Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka dikatagorikan menjadi tiga model yaitu: Penyembuhan luka secara primer, tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan
bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke eksternal, contoh luka
operasi. Penyembuhan luka secara sekunder, terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan
granulasi pada dasar luka dan sekitarnya, contoh: Ulkus dekubitus, ulkus diabetik,
Universitas Sumatera Utara
ulkus venous dan Penyembuhan luka tertierdelayed primary berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual,
contoh luka operasi yang tidak menutup Carville, 2012 . Poerwantoro 2013 menjelaskan tentang strategi penyembuhan luka
terdiri dari dua yaitu umum dan khusus. Strategi umum pencegahan luka meliputi luka atau kulit masih bagus haruslah menetapkan tujuan perawatan, memberi
edukasi kepada pasien dan keluarganya, tatalaksana nutrisi, menentukan posisi tubuh agar tidak mengganggu proses penyembuhan luka, mengubah posisi tubuh
pasien sesuai kebutuhan, dan memonitor adanya perubahan risiko perawatan. Saat membuat keputusan untuk pencegahan dan perawatan luka pertimbangkan juga
lingkungan sekitar pasien, kemampuan fisik pasien, ketersediaan keluarga atau tenaga kesehatan yang akan membantu, pengetahuan dan keterampilan pasien dan
keluarga yang mendukung, serta kulit hanya perlu dibersihkan saat dalam kondisi kotor. Pastikan pasien dan keluarga atau orang sekitar pasien tidak merokok,
pasien harus patuh dengan obat yang diresepkan,jaga kulit tetap lembab. Sedangkan strategi khusus penyembuhan luka lebih difokuskan untuk
mengoptimalkan proses penyembuhan lokal dan mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi dengan mengangkat jaringan mati, minimalkan tekanan,
menetapkan sasaran hasil perawatan untuk mendapatkan hasil kosmetik yang maksimal, mengatasi nyeri, hindari terjadi hipoksia, hipovolemia, dan hipotensi,
dan identifikasi masalah sistemik seperti: usia, nutrisi, obesitas, diabetes, perfusi,oksigenisasi, merokok, terapi radiasi, kemoterapi, dan terapi steroid.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Pengkajian Luka