menjelaskan tentang satu siklus penelitian action reaserch yang meliputi tahap planning, action, observation, dan reflecting.
4.3.1. Tahap Reconnaissance
Tahap reconnaissance telah dilakukan dari Bulan Februari sampai April 2013 atau sekitar tiga bulan. Pendekatan dilakukan dengan cara ikut berbaur
dengan partisipan di tempat penelitian untuk mencari data awal dan masalah yang diteliti. Selain melakukan pendekatan dengan partisipan, peneliti juga membangun
hubungan dengan pihak manajemen rumah sakit dan yayasan untuk mendapatkan izin dan dukungannya untuk penelitian yang sedang dilaksanakan. Data yang
ingin digali pada tahap reconnaissance adalah : 1 setting tempat penelitian, 2 cara perawatan luka di RSUCND, 3 pengetahuan perawat tentang perawatan
luka modern,dan 4 pengetahuan perawat tentang caring. Untuk memperoleh data tersebut peneliti melakukan FGD, observasi partisipan, dan menyebarkan
kuesioner pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern,dan pengetahuan perawat tentang caring. Adapun uraian tahap reconnaissance adalah sebagai
berikut :
1 Setting tempat penelitian
Ruangan rawat inap RSUCND memiliki 36 kapasitas tempat tidur tiga ruangan rawat yaitu Tulip 10 tempat tidur, Alamanda 9 tempat tidur, dan
Bugenville 17 tempat tidur. RSUCND tidak membagi ruang rawat berdasarkan pengelompokan penyakit, tetapi hanya berdasarkan tingakatan kelas seperti VIP,
kelas I, kelas II, dan kelas III. Selain memiliki ruang rawat inap RSUCND memiliki 1 nurse station, 1 gudang peralatan, 1 apotik, 1 laboratorium, 3 poli
Universitas Sumatera Utara
klinik, dan Unit Gawat Darurat, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini :
Gambar 4.2 Denah Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Langsa
Karakteristik pasien luka yang selama ini dirawat di RSUCND adalah diabetic foot ulcer, combustion, acute wound seperti luka trauma, luka operasi,
cronic wound dan luka kanker. Selain masalah kesehatan yang telah disebutkan, kegiatan operasi juga merupakan tindakan yang paling sering dilakukan di
RSUCND khususnya operasi Secsio Cesaria dan Debridement. Pasien yang datang ke RSUCND adalah pasien umum, jaminan, dan rujukan. Beberapa
asuransi kesehatan yang telah bekerjasama dengan RSUCND PT. Askes, Jaminan Kesehatan Aceh JKA, Jamsostek, PLN, Telkom, Prodential.
Saat ini RSUCND memiliki tenaga perawat sebanyak 15 orang dan bidan tiga orang. Metode penugasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
IGD Laboratorium
Radiologi
Poli Luka
Nurse St
atio n
Ruang Perawat
an Apotik
Universitas Sumatera Utara
dijalankan di RSUCND masih Metode Fungsional, sehingga perawat terlihat hanya menjalankan tugasnya berdasarkan pembagian tugasnya masing-masing.
Padahal metode penugasan yang lain seperti Metode Tim, sehingga memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, dan memungkinkan
terjalinnya komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi sehingga akan memberikan kepuasan pada anggota tim.
Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 12 orang perawat RSUCND dengan latar belakang pendidikan Ners dan Ahli Madya Keperawatan, dan telah
bekerja antara satu tahun dan lebih sepuluh tahun.
2 Cara perawatan luka di RSUCND
Selama ini perawatan luka di RSUCND masih menggunakan perawatan luka konvensional pada semua jenis luka. Perawatan luka konvensional tidak
berbasis lembab, dan hanya menggunakan obat-obatan atau dressing yang sederhana, seperti larutan Iodine dengan NaCl 0,9 . Hal ini sesuai dengan
pernyataan partisipan, sesuai kutipan wawancara saat Focus Group Discussion FGD seperti dibawah ini:
“ ………..Kami masih menggunakan perawatan luka dengan cara yang lama, yaitu dengan menggunakan larutan Iodine dan
NaCl 0,9, dan langsung ditutup dengan kain kassa pak, karena hanya itu bahan yang ada diruangan kami ” P1, L25.
Hal senada juga diungkapkan oleh partisipan lain tentang perawatan luka di
RSUCND masih menggunakan perawatan luka dengan menggunakan bahan larutan Iodine dan NaCl 0,9 sesuai dengan kutipan ungkapannya dibawah ini:
“ Menurut saya kalau diruangan kalau misalkan pasien Diabetes itu cuma dibersihin pakai NaCl, dan setelah itu kita bersihkan pakai
NaCl dan pakai Betadine, dan pakai kassa pak ……..” P2, L 46.
Universitas Sumatera Utara
“ Kalau pengalaman saya sejak saya merawat luka pada semua jenis luka, saya merawat luka mencuci luka dengan NaCl kemudian
dipakai Betadine dan ditutup dengan kassa………..” P3, L 54. Pelaksanaan perawatan luka yang dilakukan di RSUCND tidak
berdasarkan POS. Hasil observasi dan wawancara ditemukan perbedaan tatalaksana perawatan luka yang dilakukan oleh setiap petugas perawat di rumah
sakit. Hal ini dikarenakan POS tentang perawatan luka tidak dimiliki oleh rumah sakit dan belum pernah disosialisasikan kepada seluruh perawat di RSUCND.
Kondisi ini juga diperkuat oleh partisipan pada saat dilakukan wawancara, seperti kutipan dibawah ini :
“…….belum ada pak,dan kami tidak pernah ada pemberitahuan dari pihak keperawatan tentang SOP perawatan luka” P1, L 128.
“Belum ada juga……selama ini kami merawat luka berdasarkan penegetahuan kami tanpa ada panduan yang harus kami ikuti,
setahu saya rumah sakit menyiapkan sop waktu mau akreditasi
saja”P4, L135. Akibat tidak adanya POS tentang perawatan luka di RSUCND
menimbulkan dampak tidak baik terhadap kinerja perawat khususnya dalam hal perawatan luka. Dampak tidak baik dapat terlihat seperti ragu-ragu dalam
melakukan perawatan, pemilihan balutan, dan jadwal pergantian balutan yang bervariasi. Selama ini perawata luka yang dilakukan oleh perawat hanya
berdasarkan instruksi dari dokter yang merawat. Sesuai kutipan wawancara saat FGD dengan seluruh partisipan hal tersebut terungkap sebagai berikut :
“………pengalaman saya waktu merawat luka………tergantung instruksi dokter pak, kalau pakai Betadine ya pakai Betadine
terkadang ada pakai PP juga pak”P 2, L 66.
Universitas Sumatera Utara
“……… bahwa perawatan luka di rumah sakit itu tergantung dokter yang masuk, misalnya yang masuk dokter ini pakai ini, dan
kalau dokter yang lain pakai yang lain sesuai kemau annya”P 5, L
122. Banyak pengalaman yang didapatkan oleh partisipan selama melakukan
perawatan luka di RSUCND, seperti kurang nyamannya pasien saat buka verban karena nyeri, lengket dan berdarah, sembuh lebih lama. Kesulitan lain yang
dirasakan oleh perawat saat melakukan perawatan luka adalah kurangnya alat dan bahan untuk perawatan luka. Kutipan wawancaranya adalah sebagai berikut:
“………lengket pak makanya cucinya harus banyak pakai NaCl pak, biar mudah untuk diangkat……kadang kendala dalam
merawat luka semakin hari semakin parah bukan semakin baik, semakin buruk kan pak?atau jaringannya tambah rusak ”P3,
L58,192.
“…… kesulitannya mungkin pasein kurang puas mungkin pak dan mungkin kurang nyaman dengan alat yang kita punya………tapi
lebih banyak e nggak nyaman”P1, L194.
“……..banyak juga pak yang kurang puas, kadang-kadang pasien yang siap operasi, kadangkan pasien luka ini pingin balutan yang
anti basah dan anti air, tapi kalau di rumah sakit jarang sekali digunakan pak, sampai-sampai pasien harus membeli sendiri
diluar itu, kurang puas juga pasien pak kenapa di rumah sakit kok
tidak ada”P3, L262. Berdasarkan penjelasan dari partisipan diatas, saat wawancara dan
observasi yang dilakukan, RSUCND masih melakukan perawatan luka lama konfensional, tanpa adanya POS yang disosialisasikan kepada seluruh perawat,
sehingga perawatan luka dilakukan berdasarkan ketrampilan yang dimiliki oleh perawat dan topikal therapi yang digunakan sesuai petunjuk dari dokter.
Pelaksanaan perawatan luka seperti ini akan memberi dampak yang tidak baik kepada pelayanan di RSUCND.
Universitas Sumatera Utara
3 Pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern
Seluruh partisipan sebenarnya telah mengetahui tentang perawatan luka modern dangan basis lembab melalui seminar dan mendapatkan materi tentang
perawatan luka saat kuliah. Cuplikan kutipan hasil wawancara dengan partisipan adalah sebagai berikut :
“ ………saya udah tahu pak tentang perawatan luka modern dari kampus dulu, memang udah tahu karena udah diajarin bapak Ns.
Edy Mulyadi, dan dari situ saya tahu dan juga banyak ikut seminar tentang perawatan luka, tetapi selama tamat dari kampus selama
dapat kerja lain dengan yang kita kerjakan pak”P2, L102.
Sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang perbedaan perawatan luka modern dan konvensional. Banyak keunggulan yang didapatkan
dengan menggunakan konsep lembab, seperti mempercepat proses penyembuhan luka, menurunkan angka infeksi, menurunkan waktu pergantian balutan, dan
menurunkan biaya perawatan. Partisipan juga memiliki beberapa pengalaman terhadap perawatan luka modern, yang diungkapkan saat wawancara dilakukan.
Inilah kutipan wawancaranya : “…….bahannya lebih canggih ………habis itu ganti verbannya
pak yang saya tahu di luka modern ini bisa lima hari atau pun tujuh hari, kalau di tempat kami mungkin dianjurkan dokter dua
atau pun satu hari pak, mungkin kalau di modern lebih hemat biaya habis”P1, L289.
“…….lebih banyak keuntungan perawatan luka modern, dari pada yang konfensional”P2, L 300.
“…….kalau dibandingkan sama perawatan luka modern sangat beda jauh ya pak dari bahan yang digunakan saja udah beda, apa
lagi hasilnya itu pengalaman saya pak”P3, L311.
Universitas Sumatera Utara
“…….sama pak lebih menguntungkan perawatan luka modern, keuntungannya dari isi bahannya lah
……..enggak setiap hari ganti verban, jadi tidak membutuhkan biaya yang banyak pak”P5,
L313. Partisipan lain juga menyampaikan bila perawatan luka modern dapat
menjadi salah satu keunggulan pelayanan kesehatan di RSUCND, karena sampai saat ini belum ada rumah sakit lain yang menjalankan perawatan luka modern di
Kota Langsa.
4 Pengetahuan perawat tentang caring
Partisipan menyampaikan bila selama ini nilai-nilai caring tidak pernah diaplikasikan dalam menjalankan asuhan keperawatan. Kutipan wawancara
dengan partisipan tentang caring seperti yang tertulis dibawah ini : “…….caring itu pak nilai dan tanggung jawab seorang perawat
pak …….kalau melaksanakan caring enggak ada kendala pak,
cuma prosedur rumah sakitnya aja yang kurang, makanya kami tidak melakukan itu”P2, L360, 366.
“……caring tanggung jawab dan kepedulian terhadap pasien,
……belum pernah pak, karena memang prosedur dari awal memang seperti itu pak tidak ada sehingga tidak pernah
dilakukan”P4, L388, 390. Partisipan lain juga menyampaikan bila pemahaman tentang caring masih
kurang, tetapi pasti bagian yang penting dalam pemberian asuhan keperawatan, seperti saat melakukan perawat luka.
Sedangkan hasil analisa kuantitatif dengan menggunakan uji statistik deskriptif menunjukkan data yang tidak berbeda jauh dengan hasil analisa
kualitatif. Data tentang hasil observasi perawatan luka, pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern, dan pengetahuan perawat tentang prilaku caring
menunjukkan data yang tidak memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Observasi tindakan perawatan luka di RSUCND Langsa
Kategori F
Dapat Melaksanakan Tidak Dapat
Melaksanakan 3
9 25,0
75,0
Untuk data Pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern di
RSUCND berdasarkan analisis kuantitatif dengan menggunakan uji statistik deskriptif didapatkan data dengan katagori baik 66,7 , dan cukup 33,4 . Hasil
penelitian tentang pengetahuan perawat ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4.
Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Luka Modern di RSUCND Langsa
Kategori F
Baik Cukup
Kurang 8
4 66,7
33,3 0,0
Tingkat pengetahuan perawat tentang Prilaku Caring di RSUCND diperoleh hasil dengan katagori pengetahuan baik sebanyak 75 dan cukup 25
seperti terlihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Tingkat pengetahuan perawat tentang prilaku Caring di RSUCND Langsa
Kategori F
Baik Cukup
Kurang 9
3 75,0
25,0 0,0
Berdasarkan hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif pada tahap awal,
maka peneliti dan partisipan sepakat untuk melakukan penelitian sampai dapat menyusun POS MPLM, dengan menggunakan metode action research.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Proses action Research: meliputi Tahap Planning, Action, Observation,