55 nelayan terutama pada musim paceklik. Bakul ini juga dapat dikelompokkan
menjadi bakul pertama bakul kecil dan bakul kedua atau bakul besar. Berdasarkan pengamatan, pada tempat-tempat dimana ikatan bakul dengan
nelayan begitu kuat, tidak ada aktivitas pada TPI seperti di Desa Lontar. Pendapatan nelayan pemilik perahu berkisar antara Rp. 20.000 -100.000
setiap harinya, dengan rata-rata Rp. 43.000,-, nelayan buruh Rp. 10.000-100.000 hari dengan rata-rata Rp. 34.000,- dan bakul 10.000-3.000.000,- dengan rata-rata
Rp. 130.000 per hari. Bila sedang musim paceklik, nelayan mengaku masih memperoleh pendapatan antara 5.000-25.000 setiap harinya. Nelayan jaring
lempar setiap harinya dapat memperoleh pendapatan antara 20.000-50.000 setiap harinya, begitu pula dengan nelayan pengumpulan kerang-kerangan.
4.5 Karakteristik Responden
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan di kecamatan Tirtayasa yang meliputi 2 desa terhadap 38 responden, diperoleh karakteristik sosial-
ekonomi responden seperti tertera pada Tabel 19.
Tabel 19. Karakteristik responden di wilayah penelitian
Pendidikan Umur
Pekerjaan Kec.Desa SD SLTP
SLTA 30 31-40 40 Nelayan
Pemilik Nelayan
Buruh Bakul Jumlah
Tirtayasa
Lontar 23 3 1 6 9
12 12 12 5 27 susukan 10 1 0 3 4 4 7 3 1 11
Jumlah 33 4 1 9
13 16 19 15 6 38
Prosentase 86.84 10.53 2.63 23.68 34.21 42.11 50.00 39.47 15.79 100.00
Sumber : hasil wawancara
Responden berusia antara 18-62 tahun dan apabila dikelompokkan lagi berdasarkan kelompok umur, maka responden terbanyak memiliki kisaran umur di
atas 40 tahun. Sebagian besar para nelayan berada pada kelompok umur di atas 40
56 tahun. Dari sisi tingkat pendidikan, maka sebayak 33 orang 86.84
berpendidikan SD tamat atau tidak tamat, 4 orang 10.53 berpendidikan SLTP, dan 1 orang 2.63 berpendidikan SLTA.
Sebanyak 19 orang dari 38 orang responden bermata pencaharian sebagai nelayan pemilik dan dari 38 orang tersebut, 17 orang 16.8 merupakan nelayan
yang memiliki perahu, dan 15 orang 39.47 merupakan nelayan buruh, 6 orang 15.79 responden bermata pencaharian sebagai bakul ikan.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Daerah Penangkapan Ikan dan Kawasan Penambangan Pasir Laut
Daerah penangkapan ikan di perairan Kabupaten Serang dapat digolongkan ke dalam tiga cluster daerah penangkapan ikan, yaitu daerah penangkapan ikan dengan
kedalaman 0-5 meter cluster satu, daerah penangkapan ikan dengan dengan kedalaman 5–10 meter cluster dua, dan daerah penangkapan ikan dengan
kedalaman 10–15 meter cluster tiga. Ketiga cluster caerah penangkapan ikan ini kesemuanya tumpang tindih dengan kawasan penambangan pasir yang diizinkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. Tumpang tindihnya daerah penangkapan ikan dengan kawasan penambangan
pasir mengakibatkan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan selalu berupaya menghindari kapal keruk yang sedang beroperasi agar tidak terjadi tabrakan ataupun
turut terhisapnya alat tangkap nelayan oleh kapal keruk. Kejadian ini membuat Nelayan melakukan upaya penangkapan pada daerah yang sangat dekat dengan pantai
dengan resiko hasil tangkapan sangat terbatas dan berukuran kecil atau melakukan penangkapan yang lebih jauh dari pantai melampaui kapal keruk yang sedang
beroperasi sehingga membutuhkan bahan bakar yang lebih dari keadaan normal.
5.2 Produksi Rajungan