62
Pemerintah Kabupaten Serang telah mengeluarkan ijin kuasa pertambangan kepada beberapa perusahaan. Perusahaan yang telah memiliki ijin ekploitasi dan
telah melakukan penambangan pasir laut adalah P.T. Jet Star yang memulai operasi penambangan pada bulan September 2003. Adapun produksi Pasir Laut sampai
dengan bulan Maret 2005 seperti dalam Gambar 7. Berdasarkan hasil eksplorasi, luas penyebaran pasir mencapai 12.185.000 m
3
dengan ketebalan rata-rata 3.81 m. Cadangan terukur sebesar 28.647.316 m
3
serta dari perhitungan cadangan tersebut didapat cadangan tertambang sebesar 47.047.835 m
3
.
5.6 Biofisik Perairan
Lingkungan biofisik
adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kualitas
lingkungan biofisik dikatakan baik jika interaksi antar komponen berlangsung seimbang. Simanjuntak 2002 menyatakan bahwa sebelum adanya penambangan
pasir laut, hasil penelitian berdasarkan kadar fosfat, nitrat dan silikat maka perairan Teluk Banten dan sekitarnya dikategorikan perairan yang subur dan kualitas air laut
masih baik sehingga layak digunakan untuk usaha bidang perikanan dan budidaya biota laut lainnya. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Rencana Penambangan
Pasir Laut di Kawasan Laut Utara Kabupaten Serang dinyatakan bahwa penambangan pasir laut akan memberikan dampak pada aspek biologi dan fisik
perairan dengan kategori dampak negatif penting. Hal tersebut akan menjadikan kondisi lingkungan biofisik yang menurun dan harus diantisipasi.
Proses penambangan pasir laut menyebabkan endapan lumpur yang bercampur dengan pasir laut ikut tersedot dan dikembalikan ke laut. Material lumpur
yang bercampur dengan air laut akan menimbulkan padatan terlarut. Lamanya padatan ini menyebar menyebabkan kekeruhan. Berdasarkan kedalaman perairan 15 –
20 m dan kecepatan arus 22,5 cmdetik maka kekeruhan terjadi sampai dengan 6 jam dan sebaran mencapai 4,5 km. Penambangan pasir laut juga menambah kedalaman
dasar laut yang mempengaruhi energi gelombang sehingga menjadi bertambah besar. Penambangan pasir skala besar dan terus menerus dalam periode waktu yang cukup
lama serta aktivitas pemulihan kembali kondisi lahan dan lingkungan bekas penggalian pasir laut berjalan dengan lambat akan merubah fisik perairan sehingga
63
mempengaruhi biota laut beserta habitatnya. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas lingkungan perairan di lokasi penambangan pasir oleh PT. Jet Star dapat
dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air di lokasi penambangan. No
Parameter Satuan
Baku Mutu Lokasi penambangan
Fisika 1 Warna
TCU 50
20 2 Bau
Alami Alami Alami
3 Kekeruhan NTU
30 94.3
4 TSS mgl
80 140
5 TDS mgl -
18310 Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Serang, 2004
Penambangan pasir laut memberikan pengaruh terhadap tingginya nilai kekeruhan dan TSS. Nilai kedua parameter tersebut sudah melebihi baku mutu air
untuk biota laut yaitu 94,3 NTU untuk nilai kekeruhan dan 140 mgl untuk TSS. Volume galian pasir laut yang dihasilkan dari aktivitas penambangan pasir PT. Jet
Star di wilayah perairan Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang adalah 500 m3 per jam atau 10.000 m3 per hari asumsi operasional suction Cutter Dredger
adalah 20 jam per hari. Sedangkan material galian lain yang dibuang kembali ke perairan adalah 3300 m3 per hari, terdiri dari air laut 3.000 m3hari dan lumpur 300
m3 hari. Ketika proses penggalian pasir berlangsung, Suction Cutter Dredger akan
menyedot apapun yang berada di bawahnya dengan kekuatan tinggi, termasuk jika di wilayah penyedotan pasir laut tersebut terdapat wilayah pemijahan dan pembesaran
ikan serta habitat hidup biota atau sumberdaya hayati laut lainnya, seperti jasad renik
64
plankton, nekton, terumbu karang dan padang lamun. Seluruh isi laut akan ditarik ke atas dan sesampainya diatas kemudian dipilah-pilah. Pasirnya akan diambil,
sedangkan lumpur, air dan lainnnya dibuang kembali ke laut. Bertebaranlah limbah pengerukan yang berisi lumpur dan jasad renik serta material lainnya yang ikut
terhisap selama proses penggalian dan pemuatan berlangsung. Berbagai jasad renik yang ikut tersedot, secara otomatis ikut menjadi penyebab munculnya bau busuk
yang mengganggu dan biasanya menjadi penyebab terjadinya plankton booming penyuburan perairan. Kejadian ini terus berulang dan tidak meninggalkan waktu
sedikitpun bagi laut dan berbagai satwa lainnya untuk bernafas di air yang jernih. Kondisi perairan dengan kekeruhan dan kadar TSS yang tinggi akan
mengganggu ikan dan biota laut lainnya dalam proses bernafas karena butiran-butiran pasir yang teraduk tersebut dapat menutupi organ pernafasan ikan yaitu insang.
Kondisi ini dapat berakibat pada : 1 kematian ikan karena kesulitan dalam bernafas; dan 2 perpindahan atau migrasi besar-besaran ikan, udang dan biota laut lain menuju
tempat dengan kondisi lingkungan perairan yang lebih bersih, lebih sehat dan tidak mengganggu keberlangsungan hidupnya.
5.7 Regresi Produksi Pasir Laut Terhadap Produksi Rajungan