Latar Belakang Anlisis Dampak Penambahan Pasir Laut Terhadap Perikanan Rajungan Di Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain- lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Sumber daya alam seperti hutan, ikan dan pasir laut merupakan sumber daya yang tidak saja mencukupi kebutuhan hidup manusia, namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu sendiri Fauzi, 2004. Pasir laut adalah salah satu sumber daya alam yang bersifat tidak dapat pulih non renewable resource yang telah lama dimanfaatkan dan akhir-akhir ini menjadi hal penting baik pada skala nasional maupun daerah. Pasir laut adalah bahan galian pasir yang terletak pada wilayah perairan Indonesia yang tidak mengandung unsur mineral golongan A danatau B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan, Keppres No. 33 Tahun 2002 Sekretaris Kabinet, 2002. Selama bertahun-tahun sejak akhir tahun delapan puluhan hingga saat ini pasir laut telah dieksploitasi secara besar-besaran dengan kapal-kapal pengeruk. Penambangan pasir laut ada yang dilakukan secara legal maupun illegal. Pasir tersebut dijual ke Singapura dan digunakan oleh negara tersebut untuk mereklamasi pantainya sehingga negara pulau itu bertambah luasnya. Jadi pasir laut itu hanya dinilai sebagai tanah urugan land-fill, dan karena dibeli dalam jumlah yang sangat besar, harganya menjadi sangat rendah. Pemerintah memutuskan untuk melarang ekspor pasir laut sampai batas waktu yang belum ditentukan. Kebijakan itu dikeluarkan untuk menertibkan penambangan pasir laut serta mengatur kembali tata niaga ekspor pasir laut yang 2 selama ini dilakukan secara bebas. Menurut menteri perindustrian dan perdagangan, salah satu masalah dalam ekspor pasir laut adalah banyaknya izin yang dikeluarkan instansi pemerintah, seperti dari kantor Dinas Departemen Pertambangan dan Sumber Daya Mineral. Selain itu, penambangan dan ekspor pasir laut juga tidak terkontrol. Akibatnya berdampak terhadap lingkungan dan menurunkan harga jual pasir laut. Tujuan penghentian sementara ekspor pasir laut ini adalah untuk melakukan penataan kembali penambangan dan ekspor pasir laut. Pengawasan ekspor pasir laut itu kemungkinan besar akan dilakukan dengan menggunakan sistem kuota yang diatur oleh pemerintah daerah dan asosiasi pelaku usaha pasir laut itu sendiri. Penggalian pasir laut di sejumlah daerah di Indonesia masih perlu dilakukan, mengingat beberapa pelabuhan masih perlu digali agar dapat disandari kapal dan hasil pasir laut bisa diekspor atau dijadikan sebagai bahan reklamasi. Bila dikelola dengan baik, maka ekspor pasir laut dapat menguntungkan bagi Indonesia karena menghasilkan devisa bagi negara Kompas, 22 Oktober 2003. Pemerintah Kabupaten Serang menerbitkan SK No.541.3517502003 tentang penghentian sementara penambangan pasir laut terhitung 6 November 2003. Sejak beroperasinya kapal pengeruk pasir tersebut telah berdampak terhadap kegiatan perikanan di wilayah perairan sekitarnya. Kegiatan penambangan pasir laut tersebut juga tidak memberikan kontribusi kepada masyarakat setempat. Perusahaan penambangan pasir laut juga telah memperluas operasi pengerukan pasir laut. Pada awalnya kapal pengeruk pasir laut hanya beroperasi di sepanjang pantai Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa, tetapi perusahaan itu juga telah melakukan operasi pengerukan sepanjang pantai Kecamatan Tirtayasa. Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih mengalami kesulitan dalam pengawasan kegiatan penambangan pasir laut karena pada pelaksanaan tidak terpasang batas-batas wilayah pengerukan yang jelas, kurangnya sumber daya manusia yang mengawasi dan terbatasnya sarana dan prasarana kegiatan pengawasan. Penambangan pasir laut akan berdampak pada lingkungan perairan dan ikan–ikan yang hidup didalamnya termasuk rajungan yang biasa hidup didasar laut berpasir. Terganggunya kehidupan ikan ataupun rajungan dapat menyebabkan 3 perubahan hasil tangkapan nelayan dan akan mempengaruhi perekonomian nelayan.

1.2 Perumusan Masalah