44 Desa Susukan dengan luas 7,90 km
2
, wilayahnya terdiri dari areal persawahan, tambak dan pemukiman. Sebagaian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai nelayan dan petambak. Nelayan di Desa Susukan sebagian besar merupakan nelayan jaring rajungan. Di Desa Susukan terdapat 2 orang
pengusaha atau bakul besar yang menampung rajungan tangkapan nelayan untuk kemudian dijadikan komoditas rajungan kaleng.
4.4 Karakteristik Perikanan Tangkap dan Budidaya di Wilayah Penelitian
Armada Penangkapan Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, kapal yang digunakan oleh
nelayan di Kecamatah Tirtayasa berupa kapal kayu dengan ukuran lebar perahu antara 1.5-2.5 meter, panjang perahu antara 5-9 meter, dengan kapasitas antara 2-
3 GT. Perahu ini dilengkapi dengan mesin motor tempel dengan kekuatan 3-25 PK.
Pada umumnya kapal-kapal atau perahu yang dimiliki nelayan merupakan milik pribadi yang dibeli dengan modal sendiri atau meminjam. Pada umumnya
nelayan mengakui belum ada atau tidak pernah memanfaatkan fasilitas pinjaman atau kredit dari lembaga keuangan formal dalam permodalannya. Modal yang
diperlukan nelayan untuk satu unit kapal ukuran 2 x 8 m dengan mesin 10 PK serta 1 unit 6 pis jaring udang dan jaring rampus, mencapai Rp. 19 juta pada
tahun 2003. Nelayan menyatakan, bahwa selama 1.5 -2 tahun modal tersebut sudah tertutupi.
Wilayah penangkapan nelayan-nelayan di Kecamatan Tirtayasa pada umumnya berkisar 1-3 mil. Aktivitas penangkapan dilakukan dengan “one-day
fishing”. Namun adakalanya pada musim rajungan atau puncak musim ikan, wilayah tangkapan ikan nelayan mencapai wilayah perairan Lampung.
Penangkapan dilakukan pula di wilayah perairan dekat pantai yang dilakukan ketika air surut. Aktivitas ini dilakukan tanpa menggunakan perahu, dengan
menggunakan jaringjala lempar, garuk ataupun tangan dengan cara ‘menggaruk’ dasar perairan untuk mencari kerang-kerangan.
Alat tangkap
Alat tangkap yang biasa digunakan masyarakat Kecamatan Tirtayasa untuk menangkap rajungan adalah jaring rajungan dan bubu rajungan.
45 1. Jaring rajungan
Jaring rajungan memiliki bagian-bagian, yaitu tali ris atas head rope, tali pelampung float line, pelampung float, badan jaring webbing, tali ris bawah
ground rope, pemberat singker, tali selambar dan perlengkapan tambahan berupa pelampung tanda dan pemberat tambahan. Jaring rajungan dioperasikan
oleh 2-3 orang, kadang ada beberapa nelayan yang ikut membawa jaring rajungan sendiri dengan tujuan menghemat biaya operasional. Biasanya tiap nelayan
membawa 12-30 tingting. Spesifikasi alat tangkap jaring rajungan yang digunakan yaitu pada Tabel 16
Tabel 16 Bagian, bahan dan ukuran jaring rajungan yang digunakan nelayan Kecamatan Tirtayasa
No Nama Bagian
Keterangan
1 Badan jaring
Bahan Diameter
Mesh size Jumlah mata jaring
- Panjang - Tinggi
PA Monofilament no 20 0,2 mm
3,5 inci 8,75 cm 16,5 matam
6 mata
2 Tali ris atas dan tali ris bawah
Bahan Arah pilinan
Diameter Panjang per tingting
PE multifilament Z
2 mm 105 m
3 Tali pelampung
Bahan Arah pilinan
Diameter PE multifilament
S 2 mm
4 Tali pemberat
Bahan Arah pilinan
Diameter PE multifilament
S 2 mm
5 Pelampung Bahan
Bentuk Diameter dalam
Diameter luar Ketebalan
Jarak antar pelampung Karet sandal
Oval 0,2 cm
2,6 cm 1,3 cm
240 cm
6 Pemberat Bahan
Berat Bentuk
Diameter dalam Diameter luar
Jarak antar pemberat Timah
2 gr Bulat
1 mm 3 mm
30 cm
46 Waktu penangkapan 1 hari untuk 1 trip dilakukan pada sore hari dan baru
diambil pada pagi hari berikutnya. Teknik Pengoperasian Jaring Rajungan
Tahapan yang dilakukan untuk mengoperasikan alat tangkap jaring rajungan hampir sama dengan pengoperasian alat tangkap bubu lipat wadong, yaitu tahap
persiapan, pencarian daerah penangkapan fishing ground, penurunan jaring setting, perendaman soaking dan pengangkatanpenarikan jaring hauling.
1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan sebelum melakukan operasi penangkapan. Tahap
ini meliputi persiapan alat tangkap dan pemeriksaan kondisi mesin, perahu, persiapan bahan bakar, persiapan perbekalan serta persiapan ABK.
2. Tahap Pencarian Daerah Penangkapan Fishing Ground Penentuan daerah penangkapan fishing ground untuk menangkap rajungan
dilakukan berdasarkan informasi atau pengalaman hasil dalam operasi tangkapan sebelumnya. Perairan yang sering dijadikan daerah penangkapan
rajungan adalah di sekitar perairan Kecamatan Tirtayasa yang juga merupakan lokasi penambangan pasir laut. Bila penambangan pasir laut sedang dilakukan
maka nelayan mencari daerah penangkapan lebih jauh ketengah laut dan bila bahan bakar terbatas mereka melakukan penangkapan lebih dekat ke pantai.
Sejalan dengan perahu diarahkan menuju daerah penangkapan, maka alat tangkap jaring rajungan dirapihkan dan ditata pada lambung sebelah kanan
perahu. Pada saat yang sama juga dilakukan penyambungan jaring rajungan dan pelampung tanda dengan jaring rajungan lainnya. Sebelum
penyambungan alat tangkap dengan pelampung tanda, yang dilakukan terlebih dahulu adalah persiapan pelampung. Pelampung tanda diatur sedemikian rupa
agar tidak melilit atau kusut. Waktu yang dibutuhkan untuk mencari daerah penangkapan kurang lebih 1 jam.
3. Tahap Penurunan Alat Tangkap Jaring Rajungan Setting Sesampainya di daerah penangkapan fishing ground, dilakukan pencarian
dasar perairan yang sekitarnya tepat untuk pemasangan jaring rajungan. Dasar
47 perairan yang sesuai adalah yang bertipe substrat lumpur berpasir. Setting
berlangsung kurang lebih selama 1 jam tergantung dari banyaknya jaring rajungan yang dibawa. Tahapan penurunan alat tangkap tersebut adalah dari
lambung kanan kapal, dengan urutan sebagai berikut : Kapal dijalankan dengan kecepatan rendah dan nelayan ke-1 menurunkan
alat tangkap per tinting sampai dengan selesai. Nelayan ke-2 bertugas membantu kelancaran kegiatan penurunan alat tangkap setting,
sedangkan nelayan ke-3 bertugas sebagai nahkodatekong, yaitu mengarahkan dan mengemudikan perahu pada saat setting.
Kegiatan penurunan rangkaian alat tangkap jaring rajungan dimulai dari bendera tanda. Kemudian rangkaian demi rangkaian dalam tiap tinting alat
tangkap jaring rajungan terus diturunkan. Pada rangkaian terakhir diikatkan dengan tali selambar dengan panjang sekitar 35 m dari bahan
PE. Kedalaman perairan berdasarkan pengamatan dan penelitian lapangan
pada kegiatan operasi penangkapan berkisar antara 7-15 meter. Setelah semua rangkaian alat tangkap jaring rajungan diturunkan, posisi kapal
segera lego jangkar dan mesin kapal dimatikan. Kegiatan penurunan alat tangkap jaring rajungan tersebut dilanjutkan
dengan tahap perendaman soaking. 4. Tahap Perendaman Alat Tangkap Jaring Rajungan Soaking
Setelah selesai penurunan alat tangkap setting, tali selambar yang dihubungakan dengan pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan mesin
kapal dimatikan, kemudian jangkar kapal diturunkan.Selama proses perendaman alat tangkap soaking, nelayan kembali kedarat untuk
beristirahat ataupun melakukan aktivitas lainnya. Lama perendaman alat tangkap yang dilakukan adalah satu malam atau 9-12 jam.
5. Tahap PengangkatanPenarikan Alat Tangkap Jaring Rajungan Hauling Kegiatan pengangkatanpenarikan alat tangkap jaring rajungan hauling
dimulai dengan pengangkatan jangkar ke atas perahu. Kemudian penarikan pelampung tanda dan penarikan rangkaian alat tangkap.
Pada saat hauling, ada pembagian tugas diantara para nelayan. Nelayan ke-1 bertugas menarik tali utama dan bagian badan jaring webbing sambil
48 membersihkan kotoran sampah yang menempel pada jaring tersebut.
Nelayan ke-2 bertugas membantu nelayan ke-1 dalam menarik jaring, menyusun jaring untuk setting berikutnya, mengeluarkan hasil tangkapan dari
badan jaring dan memasukkan hasil tangkapan ke dalam ember plastik yang telah disediakan. Nelayan ke-3 bertugas mengemudikan kapal sambil sesekali
membantu melepaskan hasil tangkapan dari badan jaring. Kegiatan hauling dilakukan di bagian lambung kanan kapal. Lama waktu
hauling sekitar 2 jam tergantung dari banyaknya jaring rajungan yang dibawa oleh nelayan.
2. Bubu Lipat Wadong Bubu lipat wadong yang dioperasikan di Kecamatan Tirtayasa memiliki
bagian-bagian, yaitu pelampung tanda, tali pelampung tanda, tali utama, tali cabang dan bubu lipat wadong dengan besarnya mesh size net webbing
pembungkus rangka yaitu 1,25 cm. Dioperasikan oleh 3-4 orang nelayan bergantung dari banyaknya bubu yang dibawa dan jarak daerah penangkapan yang
ditempuh. Nelayan Kecamatan Tirtayasa melakukan operasi penangkapan rutin tiap hari one day fishing.
Umumnya nelayan membeli bubu dengan cara memesan bubu sesuai dengan ukuran berdasarkan keinginan nelayan. Bubu lipat dengan ukuran besar memiliki
harga jual Rp 12.000,- per buah mempunyai ukuran panjang 52 cm, lebar 33 cm, dan tinggi 20 cm, sedangkan yang berukuran kecil dengan harga Rp 10.000,-
mempunyai ukuran panjang 44 cm, lebar 28 cm dan tinggi 15 cm. Jumlah bubu yang dibawa berkisar antara 150-300 buah. Spesifikasi alat tangkap bubu lipat
wadong yang biasa digunakan nelayan Kecamatan Tirtayasa yaitu pada Tabel 17.
Teknik Pengoperasian Bubu Lipat Wadong Pengoperasian alat tangkap bubu lipat wadong untuk menangkap rajungan
melalui beberapa tahap, yaitu persiapan, pencarian daerah penangkapan fishing ground, penurunan bubu setting, perendaman soaking dan pengangkatan
penarikan bubu hauling.
49 Tabel 17 Bagian, bahan dan ukuran bubu lipat yang digunakan nelayan
Kecamatan Tirtayasa
No Nama Bagian
Keterangan
1 Bagian bubu
Bahan rangka utama Panjang cm
Lebar cm Tinggi cm
Dimensi mulut cm Kasa tempat umpan
Panjang tempat umpan cm Besi behel ukuran 8 …..mm
51,5 cm 34 cm
20 cm 1-2 cm
Besi behel ukuran 10……mm 18-20 cm
2 Tali utama
Bahan Panjang m
Diameter mm PE multifilament
3000 m 10 mm
3 Tali cabang
Bahan Panjang m
Diameter mm PE multifilament
2 m 4 mm
4 Pelampung tanda
Bahan Panjang m
Bentuk Panjang tali m
Diameter tali mm Bambu atau Styrofoam
2 m elips
20 m PE multifilament 3 mm
Tahapan pengoperasian bubu lipat adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan sebelum berangkat menuju daerah penangkapan. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan alat
tangkap, mesin, perahu, persiapan bahan bakar solar dan minyak tanah, persiapan perbekalan bahan makanan, es, air bersih serta persiapan umpan.
2. Tahap Pencarian Daerah Penangkapan Fishing Ground Pada tahap penentuan daerah penangkapan fishing ground untuk menangkap
rajungan, biasanya dilakukan berdasarkan informasi atau pengalaman hasil tangkapan sebelumnya. . Perairan yang sering dijadikan daerah penangkapan
rajungan adalah di sekitar perairan Kecamatan Tirtayasa yang juga merupakan
50 lokasi penambangan pasir laut. Bila penambangan pasir laut sedang dilakukan
maka nelayan mencari daerah penangkapan lebih jauh ketengah laut. Pada saat perahu diarahkan menuju ke daerah penangkapan, maka ikan umpan yaitu dari
jenis ikan petek dan ikan rucah dipersiapkan dan dipasang pada bubu, kemudian setelah ikan umpan terpasang, bubu dilipat kembali dan disusun di
lambung kanan kapal untuk persiapan penurunan alat tangkap setting. Umpan yang digunakan berukuran 5 cm. Jadi, jika ukuran ikan melebihi 5 cm,
maka ikan dibagi menjadi 2 bagian sehingga kira-kira berukuran 5 cm. Waktu yang dibutuhkan untuk mencari daerah penangkapan ini kurang lebih 1-2 jam.
3. Tahap Penurunan Alat Tangkap Bubu Lipat Wadong Setting Sesampainya di daerah penangkapan fishing ground dilakukan pencarian
dasar perairan yang sekiranya tepat untuk pemasangan bubu. Dasar perairan yang sesuai adalah yang bertipe substrat lumpur berpasir.
Setting berlangsung kurang lebih selama 1-1,5 jam dengan jumlah bubu ± 300
buah. Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan setting alat tangkap bubu lipat wadong rata-rata sekitar 12 detik per buah. Tahapan penurunan alat tangkap
tersebut adalah dari lambung kanan kapal, dengan urutan sebagai berikut : Kapal dijalankan dengan kecepatan rendah dan nelayan ke-1
menyusunmerangkai alat tangkap yang satu dengan yang lainnya serta posisi bubu lipat yang awalnya terlipat segera untuk dibuka. Apabila telah
siap, alat tangkap diserahkan kepada nelayan ke-2 untuk dilakukan penurunan alat tangkap setting.
Nelayan ke-3 bertugas membantu kelancaran penurunan alat tangkap dan nelayan ke-4 bertugas sebagai nahkodatekong, yaitu mengarahkan dan
mengemudikan kapal pada saat setting. Kegiatan penurunan rangkaian alat tangkap bubu lipat wadong dimulai
dari bendera tanda, kemudian rangkaian alat tangkap bubu terus diturunkan dan setiap 50 buah diberi bendera tanda. Secara keseluruhan
dari 300 buah rangkaian bubu dibagi menjadi 8 buah bendera tanda. Kedalaman perairan laut dalam mengoperasikan bubu lipat adalah
berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian lapangan yaitu berkisar antara 7-15 m tergantung dari daerah penangkapan. Setelah semua
51 rangkaian alat tangkap bubu diturunkan, posisi kapal segera lego jangkar
dan mesin kapal dimatikan. Selanjutnya adalah tahap perendaman soaking.
4. Tahap Perendaman Alat Tangkap Bubu Lipat Wadong Soaking Setelah selesai penurunan alat tangkap setting, tali selambar yang
dihubungkan dengan pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan mesin kapal dimatikan, kemudian jangkar diturunkan. Selama proses perendaman
alat tangkap soaking, nelayan kembali kedarat untuk melakukan aktivitas lainnya. Lama perendaman alat tangkap berkisar 9-12 jam.
5. Tahap PengangkatanPenarikan Alat Tangkap Bubu Lipat Hauling Kegiatan penangkapanpenarikan alat tangkap bubu lipat hauling dimulai
dengan pengangkatan jangkar ke atas. Kemudian penarikan pelampung tanda dan penarikan bubu.
Pada saat hauling, pembagian tugas diantara para nelayan adalah sebagai berikut : nelayan-1 bertugas menarik tali utama, nelayan ke-2 bertugas
mengangkat bubu pada tali cabang dan membersihkan lumpur pada bubu, nelayan ke-3 mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam bubu ke cool box dan
nelayan ke-4 bertugas memasang umpan sekaligus merapihkan bubu di atas kapal untuk setting yang berikutnya.
Kegiatan hauling dilakukan di bagian lambung kanan perahu, dengan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk penarikan bubu sekitar 2 jam.
Musim dan Hasil Tangkapan. Teluk Banten merupakan perairan yang dangkal, kurang dari 12 m
dalamnya dengan luas kira-kira 150 km
2
. Dasar perairan pada umumnya berpasir Nurani, 2004. Demikian pula perairan Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang
umumnya memiliki dasar laut berpasir. Jika organisme ingin menghuni daerah ini maka organisme tersebut harus beradaptasi dengan kondisi pasir. Biasanya adalah
dengan menggali substrat sampai mencapai kedalaman tertentu dari pasir dimana gelombang tidak dapat lagi mempengaruhi. Kedua adalah cara menggali dengan
cepat, mekanisme ini banyak dipakai oleh cacing anelida, kerang kecil dan
52 crustaceae. Tipe ini juga dianut oleh Kepiting pasir dari famili Hippidae yang
banyak ditemukan di pantai Nybaken , 1992. Pada perairan Kecamatan Tirtayasa saat bulan-bulan tertentu terdapat
musim udang. Secara kontinu juga banyak ditangkap rajungan Portunus pelagicus bahkan pada bulan-bulan tertentu terjadi musim rajungan atau
besarnya hasil tangkapan. Terdapatnya musim udang dan rajungan pada perairan Kecamatan Tirtayasa tidaklah mengherankan, karena udang ataupun rajungan
yang telah dewasa mereka cenderung berada pada dasar perairan yang berpasir. Rajungan jenis Portunus sp hidup pada habitat yang beraneka ragam yaitu pantai
dengan dasar pasir, pasir lumpur dan juga di laut terbuka. Dalam keadaan biasa, ia diam di dasar laut sampai dengan kedalaman lebih dari 65 m, tetapi sekali-sekali
ia dapat juga terlihat dekat ke permukaan laut Nontji, 1993. Portunidae adalah salah satu famili kepiting yang memiliki pasangan
kaki jalan dan pasangan kaki kelimanya berbentuk pipih dan melebar pada ruas yang terakhir. Famili Portunidae sebagian besar hidup di laut, perairan bakau, atau
perairan payau. Rajungan berbeda dengan kepiting, tetapi karena masih satu famili maka dalam dunia perdagangan dimasukkan satu kelompok yang sama
dengan kepiting yaitu kelompok crabs. Musim ikan terjadi 2 kali dalam setahun, baik pada musim barat maupun
musim timur, dan mencapai puncak menjelang musim hujan pada bulan Juni- Oktober. Sedangkan musim udang terjadi 2 kali setahun, yaitu pada musim barat
dan timur, mengalami puncak musim selama 3 bulan dalam 1 tahun. Pada saat musim udang, nelayan menangkap udang 3 hari dalam 1 minggu. Menurut salah
seorang nelayan, bulan Februari-Maret-April dimana terjadi musim timur merupakan puncak musim kerapu. Menurut para nelayan, diantara komoditas
udang, ikan, rajungan dan kerang-kerangan, hanya rajungan dan kerang-kerangan saja yang tidak mengenal musim.
53 Tabel 18. Jumlah kapal dan nelayan di desa-desa pengamatan di Kecamatan
Tirtayasa.
Susukan Lontar Tengkurak
Alat Tangkap Kapal
Nelayan Kapal
Nelayan Kapal
Nelayan Jr.
Udang - -
- - Jr.
Bondet - -
- - 17 102
Bubu 18
72 - -
- - Sero
- - - -
22 110 Jr.
Rajungan - -
- - - -
Jr. Rampus
1 4
- - - -
Jr. Tegur
- - - -
14 70
Yonbun 3
15 - -
- - Jr.
Klitik 10
50 - -
- - Jumlah 32
141 265
1200 53
282
Sumber : Hasil survey Dinas Perikanan Kab. Serang tahun 2004 Hasil pengamatan
Hasil tangkapan nelayan berupa udang-udangan udang jerbung, udang kipas, udang peci, udang belalang atau cackrik, rajungan, kerang-kerangan
seperti kerang darah, kerang tahu kepah, kerang bulu, tiram, “menyeng”, “bladed”, keong-keongan seperti keong macan, berbagai jenis ikan seperti ikan
kuro, kuwe, tenggiri, bawal, kakap, kerapu, kembung, tongkol, selar, pari, belanak, teri, manyun, layur, tembang, sembilang, kedukang, bilis, cucut, kurisi,
raja gantang, cumi, sotong, kerapu kerapu lumpur, lodeg, macan, bebek, karet, bibit kerapu dan yang lainnya. Rajungan merupakan salah satu tangkapan
nelayan yang dominan dari kedua desa di Kecamatan Tirtayasa. Di desa Lontar dan Susukan terdapat bakul besar rajungan yang melakukan pengolahan daging
rajungan, yang produksinya kemudian dipasarkan untuk ekspor. Rajungan ini ditangkap dengan jaring rajungan maupun bubu.
Berdasarkan wawancara dengan nelayan, rata-rata dalam setiap operasinya, setiap perahu memerlukan biaya operasi sebesar 30-35 ribu untuk
jaring rajungan, 70 ribu untuk jaring udang, 75 ribu untuk jaring ikan, 35 ribu untuk jaring bondet dengan hasil tangkapan sebelum beroperasinya kapal keruk
54 10-40 kg.trip untuk jaringan udang, 50-150 kgtrip untuk jaring rampus, 15-50 kg
untuk jaring rajungan, 100-200 kgtrip untuk jaring arad, 200-500kg untuk jaring bondet. Pada puncak musim udang, tangkapan udang mampu mencapai
100-200 kgtrip. Nelayan-nelayan yang mencari ikan di pinggir pantai dengan menggunakan jala lempar, menghasilkan 3-6 kg. Udangikan tiap harinya, dan
para pengumpul kerang dapat menghasilkan kerang-kerangan 5-10 kg setiap harinya. Selain itu, dengan menggunakan sudu, diperoleh pula bibit kerapu.
Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Pada masyarakat nelayan di kecamatan Tirtayasa terdapat kelompok-
kelompok yang dikategorikan sebagai : 1. Nelayan Pemilik Kapal
2. Nelayan Buruh 3. Nelayan jala lempar, pengumpul kerang-kerangan
4. Bakul tengkulak Nelayan pemilik kapal dalam statistik perikanan disebut sebagai Rumah Tangga
Perikanan RTP Nelayan ini pada umumnya ikut dalam operasi penangkapan ikan dan pendapatan nelayan ini pada umumnya dua kali lebih besar daripada
nelayan buruh. Nelayan buruh dalam statistik perikanan disebut sebagai Rumah Tangga Buruh Perikanan RTBP. Dalam satu armada penangkapan, terdiri dari 5-
6 orang nelayan, yang terdiri dari satu orang punggawal dan 4 orang anak buah kapal. Berdasarkan perhitungan, jumlah nelayan nelayan pemilik kapal dan
buruh mencapai 2170 orang, sedangkan nelayan jaring lempar dan para pengumpul kerang-kerangan diperkirakan mencapai 20 orang.
Bakul merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan nelayan. Para nelayan menjual hasil tangkapannya kepada para bakul. Setiap
nelayan memiliki hubungan yang tetap dengan bakul tertentu. Bakul ini adalah yang memiliki perahu dan alat tangkap yang dijalankan oleh para nelayan.
Seringkali para bakul menjadi lembaga yang memberikan pinjaman kepada para
55 nelayan terutama pada musim paceklik. Bakul ini juga dapat dikelompokkan
menjadi bakul pertama bakul kecil dan bakul kedua atau bakul besar. Berdasarkan pengamatan, pada tempat-tempat dimana ikatan bakul dengan
nelayan begitu kuat, tidak ada aktivitas pada TPI seperti di Desa Lontar. Pendapatan nelayan pemilik perahu berkisar antara Rp. 20.000 -100.000
setiap harinya, dengan rata-rata Rp. 43.000,-, nelayan buruh Rp. 10.000-100.000 hari dengan rata-rata Rp. 34.000,- dan bakul 10.000-3.000.000,- dengan rata-rata
Rp. 130.000 per hari. Bila sedang musim paceklik, nelayan mengaku masih memperoleh pendapatan antara 5.000-25.000 setiap harinya. Nelayan jaring
lempar setiap harinya dapat memperoleh pendapatan antara 20.000-50.000 setiap harinya, begitu pula dengan nelayan pengumpulan kerang-kerangan.
4.5 Karakteristik Responden