64
plankton, nekton, terumbu karang dan padang lamun. Seluruh isi laut akan ditarik ke atas dan sesampainya diatas kemudian dipilah-pilah. Pasirnya akan diambil,
sedangkan lumpur, air dan lainnnya dibuang kembali ke laut. Bertebaranlah limbah pengerukan yang berisi lumpur dan jasad renik serta material lainnya yang ikut
terhisap selama proses penggalian dan pemuatan berlangsung. Berbagai jasad renik yang ikut tersedot, secara otomatis ikut menjadi penyebab munculnya bau busuk
yang mengganggu dan biasanya menjadi penyebab terjadinya plankton booming penyuburan perairan. Kejadian ini terus berulang dan tidak meninggalkan waktu
sedikitpun bagi laut dan berbagai satwa lainnya untuk bernafas di air yang jernih. Kondisi perairan dengan kekeruhan dan kadar TSS yang tinggi akan
mengganggu ikan dan biota laut lainnya dalam proses bernafas karena butiran-butiran pasir yang teraduk tersebut dapat menutupi organ pernafasan ikan yaitu insang.
Kondisi ini dapat berakibat pada : 1 kematian ikan karena kesulitan dalam bernafas; dan 2 perpindahan atau migrasi besar-besaran ikan, udang dan biota laut lain menuju
tempat dengan kondisi lingkungan perairan yang lebih bersih, lebih sehat dan tidak mengganggu keberlangsungan hidupnya.
5.7 Regresi Produksi Pasir Laut Terhadap Produksi Rajungan
Hasil analisis regresi produksi pasir laut terhadap produksi rajungan didapat persamaan regresi Y=1,37 – 0.237X
1
+ 0,365X
2
dengan koefisisen korelasi 0,36 ; koefisien determinasi 0,13 dan koefisien determinasi yang disesuaikan 0,017.
Mengacu kepada nilai koefisen determinasi berarti perubahan produksi rajungan dapat dijelaskan sebesar tiga belas persen 13 oleh produksi pasir laut, sedangkan
delapan puluh tujuh persen 87 disebabkan oleh variabel lainnya. Variabel lain yang dapat mempengaruhi produksi rajungan adalah jumlah alat tangkap dan jumlah
biaya operasional. Persamaan regresi produksi pasir laut terhadap produksi rajungan menunjukan kurva yang negatif, hal tersebut menunjukan setiap kenaikan produksi
pasir laut akan menurunkan produksi rajungan, meskipun laju penurunan tersebut belum memberikan pengaruh yang signifikan.
65
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
2 4
6
produksi pasir laut M3 pr
oduk s
i r a
junga n
ton
produksi rajungan ton
Predicted produksi rajungan ton
Linear produksi rajungan ton
Gambar 11. Regresi produksi pasir laut terhadap produksi rajungan
5.8 Perubahan Surplus Produsen
Salah satu dampak yang dikeluhkan oleh stakeholders akibat penambangan pasir laut adalah kekhawatiran atas berubahnya kesejahteraan nelayan setempat yang
merupakan pemanfaat sumberdaya perikanan yang berada pada wilayah-wilayah sekitar penambangan. Penambangan pasir laut dapat menimbulkan eksternalitas
dampak yang bisa saja bersifat welfare enhanching meningkatkan kesejahteraan maupun akibat penambangan pasir laut adalah yang bersifat welfare reducing.
Seberapa besarnya perubahan kesejahteraan yang bersifat welfare reducing terhadap para nelayan, dihitung dengan mengukur perubahan surplus produsen nelayan.
Fauzi 2004 mendefinisikan surplus produsen sebagai pembayaran yang paling minimum yang bisa diterima oleh produsen dikurangi dengan biaya untuk
memproduksi komoditas. Surplus produsen dapat juga dianggap sebagai surplus yang bisa diperoleh oleh pemilik sumberdaya atau asset yang produktif pada saat
pendapatan dari sumberdaya melebihi biaya pemanfaatannya. Dalam kasus perikanan, surplus produsen merupakan surplus yang diterima oleh nelayan atas
ekstraksi sumberdaya ikan.
66
Dampak perubahan surplus produsen akibat penambangan pasir laut di daerah penelitian dihitung berdasarkan data primer dan data sekunder untuk perikanan di
wilayah yang terkena penambangan pasir laut. Data sekunder terlebih dahulu disagregasi untuk memisahkan alat tangkap yang beroperasi di daerah penambangan
pasir laut dengan alat tangkap yang beroperasi di luar daerah penambangan pasir laut. Kurva supply perikanan rajungan dalam penelitian ini tidak diketahui, maka
perhitungan surplus produsen di proxy berdasarkan surplus penerimaan. Perhitungan surplus produsen didasarkan pada produksi perikanan untuk komoditas atau alat
tangkap dominan serta diperkirakan mengalami perubahan produksi karena adanya penambangan pasir laut, yaitu rajungan, ikan, dan udang. Analisis terhadap
produktivitas alat tangkap dilakukan terhadap jaring rajungan, bubu, jaring bondet, jaring udang, jaring rampus. Komponen-komponen untuk menghitung surplus
produsen ini adalah: 1.
Hasil tangkapan rata-rata per trip kgtrip 2.
Jumlah armada penangkapan 3.
Harga komoditas perikanan Rpkg 4.
Jumlah hari melaut 5.
Biaya operasional per trip Rptrip; biaya bahan bakar, perbekalan. Berdasarkan data primer dan sekunder, maka diperoleh surplus untuk
rajungan pada kondisi sebelum penambangan dan pada saat penambangan seperti tertera pada Tabel 22.
Tabel 22 Dampak penambangan terhadap perubahan surplus produsen rupiah
Sumber : Data hasil pengolahan PRODUKSI
RAJUNGAN SEBELUM
PENAMBANGAN FASE
PENAMBANGAN PERUBAHAN
SURPLUS DESA LONTAR
DESA SUSUKAN 9.846.075.000
1.635.690.000 1.001.700.000
433.440.000 8.844.375.000
1.202.250.000 JUMLAH 11.481.765.000
1.435.140.000 10.046.625.000
67
Pada Desa Lontar sebelum adanya penambangan pasir laut, hasil tangkapan rajungan pada saat musim rajungan mencapai 50 kgtrip dan di luar musim mencapai
15 kgtrip. Setelah adanya penambangan pasir laut hasil tangkapan rajungan pada saat musim rajungan mencapai 8 kgtrip dan di luar musim mencapai 4 kgtrip. Jumlah
trip atau hari melaut musim rajungan mencapai 18 hari sedangkan diluar musim rajungan jumlah hari melaut mencapai 174 hari dalam 1 tahun. Jumlah armada yang
melakukan penangkapan rajungan mencapai 265 kapal. Harga jual rajungan sebesar Rp. 12.500,-kg. Biaya operasional penangkapan sebesar Rp. 35.000,-trip.
Berdasarkan variabel-variabel tersebut maka dihitung total penerimaan dan total biaya variabel. Selisih antara total penerimaan dan total biaya variabel merupakan
surplus produsen. Biaya penangkapan pada musim rajungan sebesar Rp. 700,-kg dan diluar musim rajungan sebesar Rp.2.333,-kg. Cara perhitungan yang sama dilakukan
pada Desa Susukan sehingga didapat perhitungan surplus produsen sebelum dan setelah penambangan pasir laut.
Surplus produsen untuk rajungan pada keadaan sebelum penambangan sebesar Rp. 11.481.765.000,- sedangkan surplus produsen pada saat penambangan
sebesar Rp 1.435.140.000,- sehingga terjadi perubahan penurunan surplus sebesar Rp. 10.046.625.000,- atau sebesar 88.
Menurut Saraswati 2005, nilai ekonomi pasir laut di Kabupaten Serang sebesar Rp. 109.705.150.000,- per tahun, dengan demikian bila dibandingkan perubahan surplus
produsen rajungan terhadap nilai ekonomi pasir laut diperoleh nilai sebesar 9. Gambar 12 menampilkan perbandingan surplus produsen.
68
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
7000000 8000000
9000000 10000000
R I
B U
R U
P I
A H
Ds. LONTAR Ds. SUSUKAN
SEBELUM PENAMBANGAN SETELAH PENAMBANGAN
Gambar 12. Surplus produsen sebelum dan setelah penambangan
Namun demikian sebenarnya sangat sulit untuk menentukan, apakah perubahan surplus ini benar-benar terjadi karena penambangan pasir laut. Beberapa
nelayan menyatakan bahwa sepanjang tahun 2004 merupakan periode paceklik yang panjang. Sebagian besar nelayan menyatakan bahwa telah terjadi penurunan produksi
sejak beberapa tahun terakhir, namun penurunan produksi tersebut dianggap penurunan yang wajar akibat fluktuasi musiman.
Berdasarkan data produksi perikanan, baik produksi perikanan Kabupaten Serang maupun Kecamatan Tirtayasa sejak tahun 1998 hingga 2003, terdapat
kecenderungan menurunnya produksi rajungan.
5.9 Implikasi Kebijakan