Produksi Rajungan Produksi Rajungan Sebelum dan Setelah Penambangan Pasir Laut

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Daerah Penangkapan Ikan dan Kawasan Penambangan Pasir Laut

Daerah penangkapan ikan di perairan Kabupaten Serang dapat digolongkan ke dalam tiga cluster daerah penangkapan ikan, yaitu daerah penangkapan ikan dengan kedalaman 0-5 meter cluster satu, daerah penangkapan ikan dengan dengan kedalaman 5–10 meter cluster dua, dan daerah penangkapan ikan dengan kedalaman 10–15 meter cluster tiga. Ketiga cluster caerah penangkapan ikan ini kesemuanya tumpang tindih dengan kawasan penambangan pasir yang diizinkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. Tumpang tindihnya daerah penangkapan ikan dengan kawasan penambangan pasir mengakibatkan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan selalu berupaya menghindari kapal keruk yang sedang beroperasi agar tidak terjadi tabrakan ataupun turut terhisapnya alat tangkap nelayan oleh kapal keruk. Kejadian ini membuat Nelayan melakukan upaya penangkapan pada daerah yang sangat dekat dengan pantai dengan resiko hasil tangkapan sangat terbatas dan berukuran kecil atau melakukan penangkapan yang lebih jauh dari pantai melampaui kapal keruk yang sedang beroperasi sehingga membutuhkan bahan bakar yang lebih dari keadaan normal.

5.2 Produksi Rajungan

Produksi Rajungan sebelum adanya penambangan pasir laut di Kecamatan Tirtayasa pada Tahun 2002 mencapai 180,4 ton, Pada Tahun 2003 dengan dimulainya penambangan pasir pada bulan september produksi rajungan di kecamatan Tirtayasa mencapai 62,34 ton. Pada bulan september 2003 dimulai penambangan pasir laut oleh PT. Jet Star. Penambangan pasir laut terus berlangsung hingga tahun 2005. Seiring dengan penambangan pasir laut, upaya penangkapan rajungan oleh nelayan juga terus berlangsung. Nelayan terpaksa melakukan penangkapan rajungan pada perairan dekat pantai atau jauh ketengah menghindari kapal keruk pasir laut yang sedang melakukan operasi pengerukan. Sesekali 58 dilakukan penangkapan rajungan tepat pada lokasi pengerukan ketika kapal keruk kembali ke Jakarta membawa muatan pasir laut. Pada kondisi demikian, tahun 2004 produksi rajungan bersamaan dengan berlangsungnya penambangan pasir laut di Kecamatan Tirtayasa mencapai 50,2 Ton. - 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 bul an apr ju l oc t jan 03 apr ju l oc t jan 04 apr ju l oc t jan 05 produksi rajungan ton produksi pasir laut M3 100000 400000 300000 200000 600000 500000 pr oduk s i pas ir l aut M 3 pr oduk s i r aj ungan t on Gambar 8. Produksi rajungan dan pasir laut Produksi rajungan setiap tahunnya semakin menurun meskipun rajungan dapat tertangkap sepanjang tahun dan produksi bulanan pada tiap–tiap tahun tidak memiliki pola. Pada kenyataan di lapangan, produksi rajungan di Kecamatan Tirtayasa berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Nelayan akan berhenti melakukan penangkapan rajungan ketika musim udang ataupun musim ikan tiba.

5.3 Produksi Rajungan Sebelum dan Setelah Penambangan Pasir Laut

Produksi rajungan sebelum dilakukan penambangan pasir cukup tinggi pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2002. Pada tahun 2002 produksi rajungan mencapai 180,4 ton. Pada tahun 2003 sampai dengan bulan Agustus kecenderungan menurun dan pada akhirnya pada bulan September dilakukan penambangan pasir laut. Pada bulan September tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 produksi rajungan semakin menurun. Kondisi penurunan produksi pada saat dilakukannya penambangan pasir 59 laut dibandingkan dengan produksi sebelum dilakukan penambangan pasir laut dilakukan uji T dengan taraf α 5 untuk mengetahui apakah terjadi penurunan yang signifikan. Hasil uji T menunjukan bahwa t hitung memiliki nilai 2,187 sedangkan t tabel memiliki nilai 2,100 , oleh karena t hitung lebih besar dari pada t tabel maka Ho : u1 = u2 ditolak dan berarti terjadi penurunan produksi rajungan yang signifikan pada saat setelah dilakukan penambangan pasir laut dibandingkan dengan produksi rajungan sebelum penambangan pasir laut.

5.4 Kualitas Produksi Rajungan