Teknik Pembuatan Biogas Sejarah Perkembangan Biogas

Gambar 4. Model Reaktor fixed

2.3.3 Teknik Pembuatan Biogas

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik tertutup dari udara bebas untuk menghasilkan gas. Proses pembentukan biogas dalam reaktor berbahan semen model tetap kontinu akan memulai beberapa tahapan sebagai berikut Wahyuni, 2009 : 1. Menampung feces sapi di bak penampungan sementara Feces sapi yang bercampur dengan air cucian kandang ditampung didalam bak penampung sementara. Bak penampung sementara ini berfungsi untuk menghomogenkan bahan masukan. 2. Mengalirkan feces sapi ke reaktor Lumpur feces dialirkan ke reaktor melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, kran pengeluaran gas yang ada dipuncak kubah sebaiknya tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam reaktor terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur feces lebih mudah. 3. Menambahkan starter Pada pemasukan pertama diperlukan lumpur feces dalam jumlah banyak sampai lubang reaktor terisi penuh. Untuk membangkitkan proses fermentasi bakteri anaerob pada pengisian pertama perlu menambahkan starter dan isi rumen 34 segar dari rumah potong hewan RPH sebanyak lima karung untuk kapasitas digester 3,5-5 m 3 . 4. Membuang gas yang pertama dihasilkan Hingga hari kedelapan, kran yang ada diatas kubah dibuka dan gasnya dibuang. Pembuangan ini disebabkan gas awal yang terbentuk didominasi CO 2 . Pada hari ke-10 hingga hari ke-14 pembentukan gas CH 4 54 dan CO 2 27 maka biogas akan menyala. Selanjutnya, biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor gas di dapur. 5. Memanfaatkan biogas yang sudah jadi Pada hari ke-14, gas sudah mulai terbentuk dan bisa digunakan untuk menghidupkan nyala api pada kompor. Mulai hari ke-14 kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti feces . Selanjutnya, reaktor terus diisi lumpur feces secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Proses pembuatan biogas juga menghasilkan sisa buangan lumpur yang digunakan sebagai pupuk organik. Komponen pada biodigester sangat bervariasi tergantung pada biodigester yang digunakan. Secara umum biodigester terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut : 1. Saluran masuk fese segar Saluran ini digunakan untuk memasukkan campuran feces dan air ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk. 2. Saluran keluar residu Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan feces yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan campuran feces dan air sludge masukan yang pertama setelah waktu retensi. Sludge yang keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi. 3. Katup pengamanan tekanan control valve Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. bila tekanan gas 35 dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun. 4. Sistem pengaduk Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat biodigester, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas biodigester karena kondisi substrat seragam. 5. Saluran gas Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat. 6. Tangki penyimpan gas Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor floating dome dan terpisah dengan reaktor fixed dome, untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan dalam tangki seragam, serta dilengkapi H 2 S removal untuk mencegah korosi. Gambar 5. Bagan Reaktor Biogas Sederhana

2.4 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan