Metode Valuasi CVM Contingent Valuation Method

modifikasi harga suatu barang dan jasa apabila sumberdaya yang dipergunakan mendapat subsidi atau dikenakan pajak.

2.4.1 Metode Valuasi

Pearce dan Turner 1990 mengatakan untuk mengukur kerusakan lingkungan dapat diuraikan beberapa metode valuasi yaitu 1 valuasi langsung dan tidak langsung, 2 pendekatan harga hedonic Hedonic Price Approach = HPA, 3 metode valuasi kontingensi Contingent Valuation Method = CVM, 4 model biaya perjalanan Travel Cost Models = TCM dan 5 pendekatan kemauan membayar Willingness to Pay = WTP dan kemauan untuk menerima Willingness to Accept. Ada beberapa metode valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang telah dikembangkan oleh para ahli. Secara umum dibedakan menjadi Pearce dan Turner, 1990 : 1. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan berdasarkan manfaat Benefit Based Valuation a. Effect on Production EOP Pendekatan Produktivitas b. Loss of Earning LOE Human Capital Approach HCA c. Travel Cost d. Property Value e. Wage Differential f. Contingent Valuation Methode CVM 2. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan berdasarkan biaya Cost Based Valuation a. Replacement Cost b. Preventive Expenditure c. Relocation Cost d. Contingent Valuation Cost CVM 3. Alternatif Lain Metode Valuasi a. Benefit Transfer b. Analisis Input Output

2.4.2 CVM Contingent Valuation Method

Metode contingent valuation merupakan metode yang paling populer Yakin, 1997. Pendekatan CVM secara umum mengukur keinginan membayar 38 Willingness to Pay dengan mengeksplore preferensi dari konsumen. Pendekatan ini digunakan pada saat tidak ada pasar yang relevan terhadap barang dan jasa lingkungan. CVM menggunakan teknik survey untuk mengestimasi kesediaan membayar WTP atau kesediaan menerima atau Willingness to Accept WTA dalam kondisi pasar tertentu hipotesis, dimana kemudian responden diminta untuk menawar Mogas et al, 2006. Metode ini mengasumsikan bahwa masyarakat bisa mentransformasikan preferensi akan kualitas lingkungan ke dalam nilai moneter Hoevenagel, 1994. Berdasarkan asumsi ini, responden ditanya tentang : 1. Berapa jumlah uang maksimum yang bersedia andakeluarga anda bayar WTP untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan? 2. Berapa jumlah uang minimum yang bersedia andakeluarga anda terima WTA untuk menerima penurunan kualitas lingkungan? Daftar pertanyaan harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh transaksi yang memuaskan Hoevenagel, 1994. Transaksi memuaskan adalah sebuah transaksi dimana orang mengetahui sepenuhnya dan dapat mengidentifikasi keterkaitannya yang terbaik. Transaksi yang memuaskan akan menghasilkan nilai WTP yang valid dan reliable yang dapat digunakan misalnya untuk analisis biaya manfaat. Hoevenagel, 1994. Menurut Fischhoff dan Furby, 1988 dalam Hoevenagel 1994, suatu transaksi yang memuaskan hanya bisa terjadi jika barang, metode pembayaran dan pasar dapat didefinisikan dengan jelas dan dapat dimengerti dengan baik oleh individu. Hal ini berarti kuesioner harus mengandung 3 hal yaitu : 1 deskripsi tentang perubahan kualitas lingkungan, 2 deskripsi tentang metode pembayaran, 3 deskripsi tentang pasar hipotesis Hoevenagel, 1994. Pada prinsipnya pelaksanaan metode contingent valuation terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1 merancang dan membangun instrumen survei kuesioner, 2 administrasi survei, dan 3 interpretasi hasil survei. Menurut Krieger dan Hoehn 1999, keuntungan dari metode ini adalah apabila kuesioner didesain dengan baik dan jika responden bertanggungjawab dan bisa bekerjasama dengan baik, metode ini dapat mengungkapkan pilihan terhadap beberapa aspek kualitas lingkungan. Metode ini juga mempunyai kelemahan karena beberapa bias atau penyimpangan yang mungkin terjadi akibat beberapa 39 kondisi misalnya : 1 adanya kemungkinan bahwa responden tidak jujur terhadap pilihan mereka demi keuntungan pribadi, 2 desain kuesioner yang tidak sesuai dan metode kurang tepat, 3 kurangnya informasi yang dimiliki oleh responden dan pewawancara dalam masalah lingkungan yang diteliti, dan 4 kemungkinan adanya perbedaan yang nyata antara kesediaan membayar yang ditunjukkan responden dalam situasi hipĆ³tesis dan dalam situasi nyata. Willingness to Pay WTP adalah jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan oleh seorang individu untuk suatu barang dan jasa tertentu yang diinginkannya. WTP juga dapat diukur dalam bentuk pertambahan pendapatan yang membuat seseorang tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan variabel- variabel eksogen yang ada di luar dirinya. Perubahan-perubahan eksogen terjadi karena adanya perubahan harga atau perubahan mutu sumberdaya. Akibatnya, konsep WTP sangat erat dikaitkan dengan konsep variasi mengkompensasi compensating variation dan variasi yang setara equivalent variation dalam teori permintaan. Dengan kata lain, WTP dapat diinterpretasikan sebagai jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan seseorang untuk mencegah pengurangan dari sesuatu. Istilah WTP dapat membingungkan dalam sebuah paradigma yang bersifat non-ekonomi. Pengguna suatu barang atau jasa mungkin tidak suka untuk membayar suatu tarif tertentu, namun mereka bersedia untuk membayar jumlah ini daripada tidak dapat memperolehnya. Seseorang mungkin tidak suka untuk membayar harga gas yang mengalami kenaikan, namun ia terpaksa membayarnya atau tidak dapat memperoleh gas tersebut. Ada tiga cara untuk mengestimasi WTP: 1. Mengamati harga yang dibayar orang untuk barang dalam bermacam pasar misalnya pedagang air, membeli dari tetangga, membayar pajak setempat. 2. Mengamati pengeluaran individu atas uang, waktu dan tenaga untuk memperoleh barang-barang atau menghindari kerugian mereka. 3. Menanyakan orang secara langsung apakah mereka bersedia membayar untuk barang-barang atau jasa-jasa. 40

2.4.3 Teori Manfaat dan Biaya