pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh Unit Pelayanan Kesehatan dari KUD Giri Tani. Penyakit yang umum menyerang ternak sapi
perah di lokasi penelitian adalah diare, pilek, dan manihitis. Adapun obat yang sering diberikan oleh pihak Keswan KUD Giri Tani diantaranya antibiotik,
analgetik, antihistamin, obat cacing dan obat kering kandang. Meskipun KUD sudah mempunyai dokter hewan sendiri, tidak jarang para peternak memberikan
obat-obatan tradisional kepada sapi yang sedang sakit.
4.3.2.3 Perkawinan
Perkawinan merupakan faktor yang sangat penting dalam tatalaksana pengusahaan sapi perah. Pada peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua
perkawinan dilakukan secara alami dan dengan bantuan inseminasi buatan IB. IB dilakukan karena sapi jantan yang dimiliki oleh peternak masih berumur dua
tahun. Sapi jantan yang berumur dua tahun hanya mampu mengawini 2-3 ekor betina dalam satu minggu dan jumlah jantan yang ada di peternakan hanya satu
ekor. Pada waktu berumur 3-4 tahun pejantan dapat mengawini 3-4 ekor betina dalam satu minggu tetapi perkawinan seperti ini jarng terjadi dalam waktu
seminggu berturut-turut. Sebaiknya pejantan kawin dua kali seminggu karena semakin sering pejantan dipakai akan menurunkan fertilitasnya.
Bantuan perkawinan dengan Inseminasi Buatan IB merupakan solusi terbaik untuk produktifitas kehamilan sapi. IB yang dilakukan pada peternakan sapi perah
di Kecamatan Cisarua dibantu oleh Keswan dari KUD Giri Tani. Setiap tahunnya seekor sapi melakukan IB satu kali dengan biaya Rp 45.000,- per IB.
4.3.3 Teknik Pembuatan kandang
Kandang sangat menunjang tatalaksana peternakan sapi perah. Hal ini menyangkut pengawasan dan kesehatan ternak. Tanpa adanya kandang sangat
sulit untuk melakukan control, pemberian pakan, pengawasan, pemerahan, pemandian sapi, pengumpulan fecesm usaha higienisasi dan sebagainya. Sapi
perah harus selalu diawasi dan dilindungi dari kondisi lingkungan yang dapat merugikan seperti angin kencang, terik matahari, suhu udara malam hari yang
dingin, dan pencurian sapi. Kandang sapi perah yang memiliki instalasi biogas harus memperhatikan saluran pembuangna feces ke dalam reaktor.
60
Peternakan pada lokasi penelitian dibangun bersebelahan dengan rumah peternak, ini dilakukan agar pemantauan terhadap sapi dapat dengan mudah
dilakukan. Sistem perkandangan yang digunakan adalah tai to tail artinya sapi yang dikandangkan saling membelakangi atau ekor dengan ekor sehingga dapat
mempermudah dalam proses pemberian pakan dan pemerahan susu. Keunggulan lain dari sistem perkandangan ini adalah mempermudah pengaliran feces dimana
aliran feces dibuat ditengah-tengah kandang yang kemudian bermuara pada saluran pemasukan yang akan masuk ke dalam instalasi biogas. Sebagian besar
kandang digunakan utnuk sapi perah berbentuk kandang permanen yang beratapkan genteng atau asbes dan berlantaikan semen. Dinding kandang pada
lokasi penelitian beragam ada yang tertutup dan ada yang semi terbuka. Biasanya untuk kandang yang semi terbuka berjarak beberapa meter dengan pemukiman.
Gambar 6. Kandang Sapi
4.4 Potensi Limbah
Limbah peternakan adalah buangan usaha peternakan yang bersifat padat, cair dan gas. Menurut Sudono 2000, satu satuan ternak sapi perah menghasilkan
limbah sebanyak 30 kg per hari terdiri dari feces dan urine. Potensi limbah peternakan di Kecamatan Cisarua dapat dilihat pada tabel 11.
Potensi limbah dihitung dari jumlah satuan ternak ternak dikali limbah yang dihasilkan per satuan ternak 30 kghari. Dari tabel 11 terlihat bahwa potensi
limbah terbesar yaitu di daerah Baru Sireum dengan jumlah limbah 8.472 kghari. Rata-rata pemilikan ternak di Kecamatan Cisarua adalah 2-5 ekor ternak sapi
61