Menurut Kuncoro 2001 regresi logistik cukup baik dan sering digunakan. Hal ini karena regresi logistik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
regresi lainnya, yaitu : a. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang
digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap
grup. b. Variabel dalam regresi logistik dapat berupa campuran dari variabel
kontinyu, diskrit dan dikotomis. c. Regresi logistik amat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas
variabel terikat diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas.
2.6 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai topik peternakan sudah banyak dilakukan, diantaranya yaitu Nugraha 2006 dengan topik pengendalian mutu lingkungan, Ridwan
2006 dengan topik model agribisnis peternakan sapi perah berkelanjutan pada kawasan pariwisata di Kabupaten Bogor, Maksudi 1993 dengan topik dampak
lingkungan, dan Nadjib 1990 dengan topik performans usaha peternakan sapi perah rakyat dalam wilayah dataran rendah dan dataran tinggi pada beberapa skala
usaha di Kabupaten Bogor. Penelitian sebelumnya mengenai perhitungan kelayakan finansial
pengembangan instalasi biogas sudah ada yang melakukan yaitu diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyani 2008 dengan topik Analisis
Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu dan Kelompok Peternak. Penelitian ini menyebutkan bahwa instalasi pengolahan
limbah reaktor biogas terbuat dari semen dan fiber glass, reaktor biogas dari bahan fiber glass lebih efektif dan produksi gasnya lebih baik. Studi di empat
wilayah baik secara individu maupun kelompok, dengan memanfaatkan pupuk organik cair maupun padat sangat membantu meningkatkan pendapatan peternak.
Hasil analisis kelayakan finansial dengan kapasitas biodigester 5 m
3
dan 17 m
3
dengan tingkat suku bunga 17 menunjukkan proyek pengembangan instalasi biogas layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan. Alternatif kebijakan untuk
44
pengembangan usaha adalah: 1 meningkatkan produktivitas, 2 memperluas jaringan pemasaran, 3 memanfaatkan jasa perbankan untuk pengembangan
usaha, 4 meningkatkan pengetahuan manajemen usaha, 5 mempertahankan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan, 6 penguatan anggota peternak dengan
kelompok, 7 memasyarakatkan biogas sebagai energi alternatif dan 8 meningkatkan teknologi produksi dan mutu produk.
Riesti 2010 menyatakan bahwa 1 pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dilihat dari aspek non finansial layak
diusahakan yaitu dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial lingkungan kecuali dilihat dari aspek manajemen dan hukum tidak layak hal ini
dapat dilihat dari bentuk usaha, struktur organisasi, pembukuan, administrasi dan izin usaha yang belum dimiliki oleh peternak, 2 pengusahaan sapi perah dan
pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas; pengusahaan sapi perah; dan pengusahaan biogas dengan pemanfaatan limbah pada pengusahaan sapi perah
dilihat dari aspek finansial pada kondisi normal layak dijalankan. Hal ini sesuai dengan kriteria dengan NPV masing-masing yaitu Rp 82.401.004,07;Rp
45.497.751,50; dan Rp 36.864.132,91. Sedangkan IRR; Net BC; dan PP pada pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas yaitu
23; 2,20; dan 5 tahun 1 bulan. IRR; Net BC; dan PP pada pengusahaan sapi perah yaitu 16; 1,63; dan 5 tahun 8 bulan. IRR; Net BC; dan PP pada
pengusahaan biogas dengan pemanfaatan limbah pada pengusahaan sapi perah yaitu 95; 9,73; dan 2 tahun 9 bulan. 3 kegiatan pengusahaan sapi perah dan
pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dari jenis resiko yang dihadapi yaitu produksi susu menghasilkan NPV yang diharapkan sebesar Rp 69.190.067
sedangkan koefisien variasi 1,03. Penelitian sebelumnya menggunakan CVM diantaranya penelitian yaitu
Syakya 2005 dengan topik Analisis WTP dan Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Lampuuk Di Nangroe Aceh Darussalam, Muniarti 2006 dengan
topik Analisis WTP Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional Kota Bogor, dan Hudayanti 2007 dengan topik Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesediaan WTP Pengusahaan Tahu dalam Pembangunan dan Operasional IPAL Biogas Kasus Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat.
45
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah Rakyat Kecamatan Cisarua-Kabupaten Bogor selama dua bulan yaitu Februari-Maret 2011.
3.2 Teknik dan Pengambilan Sampel
Teknik dan pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode random sampling dari 4 kelompok peternak di Kecamatan Cisarua desa Baru Tegal, Baru
Sireum, Tirta Kencana, dan Bina Warga. Jumlah peternak anggota kelompok peternak yang mempunyai ternak sapi perah berjumlah 98 peternak dari total
keseluruhan jumlah anggota yaitu 108 peternak. Sampel diambil 30 dari populasi yang memiliki ternak sapi perah. Gay dan Diehl mengemukakan bahwa
untuk penelitian deskriptif minimal diambil sampel 10 dari populasi Sanusi, 2003.
3.3 Pengumpulan Data
Data Primer.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden. Data primer tersebut meliputi 1 Karakteristik sosial demografi dan
ekonomi responden, 2 Pendapat responden tentang pengolahan limbah peternakan menggunakan instalasi biogas, 3 Besarnya WTP dari responden
dalam pengadaan instalasi biogas untuk pengolahan limbah. Data ini digunakan sebagai pendukung analisis Contingent Valuation Method CVM.
Data Sekunder
. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan pengolahan limbah peternakan menggunakan instalasi biogas. Instansi-
instansi tersebut diantaranya Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, KUD Giri Tani, Kecamatan Cisarua. Data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang
sesuai dengan topik.
3.4 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dengan bantuan Microsoft Excel dan Minitab 14.
3.4.1 Analisis Deskriptif
3.4.1.1 Karakteristik Peternak di Peternakan Sapi Perah Rakyat Kecamatan
Cisarua-Kabupaten Bogor
46