Teknologi Instalasi biogas Potensi Limbah

Gambar 7. Cara Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Cisarua

4.4.2 Teknologi Instalasi biogas

Pengusahaan sapi perah selain bermanfaat untuk menghasilkan susu dan pedet juga dapat membantu pengembangan energi alternatif dari limbah yang dihasilkan. Peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua sejak tahun 2007 mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat berupa instalasi biogas bertipe fixed dome berbahan dasar fiber glass sehingga para peternak dapat memanfaatkan 65 feces yang dihasilkan menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan. Penyaluran instalasi biogas yang diberikan Pemerintah Pusat kepada para peternak di jembatani oleh KUD Giri Tani. KUD Giri Tani menentukan peternak mana yang berhak mendapatkan bantuan instalasi biogas yaitu : 1. Memiliki sapi empat sampai tujuh ekor. 2. Memiliki lahan sekitar 18 m 2 dimana lahan tersebut tidak akan dijual dan bersedia untuk dipasang instalasi biogas. 3. Memanfaatkan instalasi biogas bantuan dari KLH sebaik-baiknya. 4. Bersedia memelihara dan merawat bantuan tersebut. 5. Bersedia berkonsultasi dengan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor melalui Desa apabila terdapat permasalahan dalam pemeliharaan dan pemanfaatan. 6. Apabila tidak dimanfaatkan dengan baik, bersedia memindahkan instalasi biogas ke tempat lain. 7. Menandatangani surat pernyataan pemanfaatan dan pemeliharaan instalasi biogas. Pembuatan instalasi biogas dipercayakan pihak KLH kepada pihak ketiga yaitu PT. Swen Inovasi Transfer dalam hal pembuatan, pemasangan, dan penyuluhan mengenai instalasi biogas kepada peternak, selain mendapatkan hibah berupa pembangunan instalasi biogas, para peternak juga mendapatkan kompor gas sebanyak satu unit dengan rata-rata satu tungku pembakaran, selang gas untuk mengalirkan gas yang dihasilkan dari reaktor ke kompor biogas yang terletak di dapur rumah peternak, stop keran untuk mengatur aliran dan jumlah gas yang dihasilkan, serta dibangun pula lubang pemasukan serta lubang penampung limbah biogas sludge. Pengelolaan limbah dengan menggunakan teknologi instalasi biogas memberikan pengaruh terhadap lingkungan dan juga peternak. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, sehingga peternak dapat mengganti bahan bakar yang dulunya elpiji dengan biogas sehingga sangat menghemat pengeluaran rumah tangga peternak terhadap gas. 66 Gambar 8. Instalasi biogas dan Kompor Gas Nilai biogas dapat dihitung dari mengkonversi biogas dengan gas elpiji yang digunakan peternak untuk memasak. Menurut Wahyuni 2008 setiap 1 m 3 reaktor biogas mampu menghasilkan 0,46 kg gas elpiji dalam seharinya. Menurut PT. Swen Inovasi Transfer 2009 setiap 5 m 3 reaktor biogas mampu menampung feces dari tiga sampai tujuh ekor sapi perah dewasa. Biogas yang dihasilkan akan optimum apabila sapi yang diternakkkan berjumlah tujuh ekor sapi perah dewasa, namun jumlah rata-rata kepemilikan sapi perah di Kecamatan Cisarua berjumlah dua sampai lima ekor sapi perah dewasa. Berdasarkan hal tersebut penggunaan reaktor skala 5 m 3 yang dimiliki oleh peternak belum optimum. Berdasarkan perhitungan, volume reaktor untuk lima ekor yaitu 3,56 m 3 sehingga reaktor dalam seharinya mampu menghasilkan setara gas elpiji sebanyak 3,56 m 3 x 0,46 kg = 1,640 kg. Dengan jumlah tersebut dalam satu tahun jumlah biogas yang dapat dihasilkan setara dengan 590,64 kg gas elpiji. Gas elpiji 3 kg biasanya digunakan untuk memasak oleh satu keluarga 3- 5 orang selama 10 hari atau tiga tabung selama satu bulan atau membutuhkan 108 kg gas elpiji per tahun per keluarga, sehingga biogas yang dihasilkan dari 1 reaktor dapat digunakan untuk 5 keluarga. Apabila dilakukan pengkonversian dengan harga jual elpiji 3 kg sebesar Rp 15.000,- atau Rp 5.000,- per kg maka penerimaan biogas yang dihasilkan oleh peternak dalam setahun mencapai Rp 2.952.000,-. Selain itu proses biogas mengeluarkan sludge yang dapat dijual dengan harga Rp 150 per kg. Sludge yang dihasilkan adalah 70 dari feces yang masuk jadi dapat dihitung penerimaan dari penjualan sludge adalah 70 dikali 150 kg feces yang masuk lalu dikali dengan harga maka didapat hasil Rp 472.500,- per bulan. 67 Mulyani 2008 dan Riesti 2010 yang sama-sama meneliti tentang kelayakan finansial pengusahaan biogas skala 5 m 3 dengan umur proyek 30 dan 15 tahun, hasilnya ditampilkan pada tabel 13. Hal itu menunjukkan indikator kelayakan NPV, IRR, Net BC, menunjukkan nilai positif dengan discount factor 17 dan 6,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa peternak tidak dirugikan dengan investasi biogas. Tabel 13 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Biogas Indikator Kelayakan Biogas 5 m 3 Mulyani 2008 Riesti 2010 Df 17 Df 6,5 NPV Rp 39.370.074 Rp 36.832.511 IRR 34 95 Net BC 2,14 9,73

4.4.3 Teknik Operasional Biogas