misalkan dengan menggunakan driver ODBC, menggunakan bahasa basis data standar SQL structured query language dan mengoperasikan fungsi analisis lain
yang sudah rutin digunakan di dalam sistem basis data. Fungsi analisis spasial terdiri dari klasifikasi reclassify, overlay, buffering, analisis tiga dimensi 3D,
proses digitalisasi gambar. SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem, yaitu input data, output
data, manajemen data, manipulasi data serta analisis data. Subsistem dapat melakukan permodelan data untuk meghasilkan informasi yang diharapkan. Jika
subsistem diatas diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis keluaran yang ada di dalamnya, maka subsistem SIG juga dapat digambarkan
dalam Gambar 2 Prahasta 2005.
Gambar 2 Uraian subsistem SIG.
2.5 Kombinasi Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Perubahan Lahan dan
Pendugaan Karbon
Penginderaan jauh terbentuk dari rangkaian proses panjang dengan memanfaatkan sumber energi. Lillesand dan Kiefer 1997 menjelaskan bahwa
INPUT DATA
MANIPULASI DAN MANAJEMEN DATA
DATA OUTPUT
Output Input
Tabel Laporan
Pengukuran lapang
Data digital lain
Peta tematik,
topografi, dll
Citra satelit Foto udara
Data lainnya Storage
data base Retrieval
Processing Peta
Tabel
Laporan
Informasi digital
softcopy
penginderaan jauh merupakan seni dan ilmu untuk mendapatkan informasi suatu objek melalui analisis data tanpa adanya kontak langsung dengan objek yang
dikaji. Secara umum penginderaan jauh memiliki keterbatasan sistem yaitu sumber energi, atmosfer, interaksi pantulan antara sumber energi dengan objek,
sensor, sistem pengolahan data dan pengguna data Lillesand Kiefer 1997. Hasil penginderaan jauh akan sangat tergantung dengan keenam sistem tersebut.
Sumber energi merupakan awal dari proses panjang penginderaan jauh. Sumber energi akan dipantulkan, lalu pantulan energi atau gelombang akan
direkam dan diterima oleh sensor satelit. Sensor satelit merupakan alat yang memiliki kepekaan tinggi terhadap panjang gelombang, menghasilkan data spasial
rinci dengan nilai kecerahan absolute Lillesand Kiefer 1997. Data spasial yang dihasilkan selanjutnya akan diolah sesuai dengan tujuan para pemakai data.
Tahap selanjutnya adalah interpretasi dan analisis yang dilakukan oleh sumberdaya manusia yang akan berakhir pada sebuah aplikasi penginderaan jauh
Gambar 3. Beberapa kegunaan dari aplikasi penginderaan jauh yaitu dapat mengetahui besarnya perubahan lahan, identifikasi vegetasi, pendugaan biomassa
karbon, pendugaan Leaf Area Index LAI, memprediksi hasil pencitraan dan lain sebagainya.
Perubahan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan permukaan bumi, contoh jenis kenampakan permukaan bumi seperti penggunaan lahan, bangunan
perkotaan, badan air dan lain-lain. Hasil penelitian Prasetyo 2010 menyebutkan bahwa perubahan lahan yang terjadi pada hutan primer di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan tahun 2000 sampai 2009 dengan menggunakan citra landsat berkurang sebesar 2565.54 ha. Citra landsat dapat digunakan untuk mengetahui
berbagai informasi karena citra merupakan susunan 2 dimensi dari luasan kecil yang disebut piksel Wilasari 2009. Gunawan 2009 menjelaskan bahwa
perubahan posisi piksel dapat mengakibatkan perubahan informasi gelombang spektral yang akan dibaca oleh saluran band dari citra landsat.
Gambar 3 Komponen sistem penginderaan jauh. Penginderaan jauh memiliki beberapa band yang sesuai dengan jenis
citranya. Berikut adalah fungsi band dari citra landsat TM yang tertera dalam Tabel 3.
Tabel 3 Saluran citra landsat TM
Saluran Kisaran gelombang
Kegunaan
1 0.45
−0.52 Peningkata penetrasi ke dalam tubuh air, mendukung analisis
sifat khas pengunaan lahan, tanah, dan vegetasi. 2
0.52
−
0.60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau
yang terletak di antara dua saluran spektral serapan klorofil. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis
vegetasi dan penilaian kesuburan.
3 0.63
−
0.69 Saluran terpenting untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini
terletak pada salah satu bagian serapan klorofil dan memperkuat kontras antar kenampakan vegetasi dan non-
vegetasi.
4 0.76
−
0.90 Saluran yang peka terhadap biomassa vegetasi, juga untuk
identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dengan tanaman, serta lahan dan air.
5 1.55
−
1.75 Penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman, dan
kondisi kelembaban tanah. 6
10.40
−
12.50 Pemisahan formasi batuan.
7 2.08
−
2.35 Saluran infra merah termal, bermanfaat untuk klasifikasi
vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisahan kelembaban tanah, dan sejumlah gejala lain yang berhubungan dengan
panas.
Sumber: Lillesand dan Kiefer 1997.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi kajian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merapi TNGM Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten, Propinsi DI. Yogyakarta dan
Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan, dengan rincian 3 bulan
Juni −Agustus 2010 pengambilan data lapang di TNGM dan 4 bulan
September −Desember 2010 pengolahan serta penyelesaian laporan akhir di
Laboratorium Spatial Database and Analysis Facilities SDAF Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan secara umum dibagi menjadi dua, yaitu : Alat dan bahan yang digunakan saat pengambilan data lapang yaitu alat tulis,
global positioning system GPS Garmin 76 CSxi, golok, kamera digital, kompas, meteran, peta kawasan, pita ukur, tali rafia, tanur, blangko
pengukuran tally sheet, timbangan, walking stick, oven, trash bag dan alkohol 70.
Alat dan bahan yang digunakan pada pengolahan dan analisis data yaitu kalkulator, satu paket sistem informasi geografis SIG, software ArcGis 9.3,
software ERDAS imagine 9.1, software microsoft word, software microsoft excel, citra landsat, peta tata batas kawasan TNGM dan peta rupa bumi
Indonesia. Informasi keseluruhan citra landsat dan peta pendukung yang digunakan
dalam penelititan ini tersaji di dalam Tabel 4 dan 5. Tabel 4 Informasi citra satelit landsat yang digunakan
Pathrow Seri
Landsat Tanggal perekaman
citra satelit
Sumber
120065 TM
Landsat 5 28 Juni 1991
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH IPB
ETM+ Landsat-7
28 April 2001 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
PPLH IPB 21 Juni 2009
SEAMEO BIOTROP