Tabel 17 Perubahan penutupan lahan dan cadangan karbon di Taman Nasional Gunung Merapi 2001 −2009
No Tipe penutupan lahan Luas
tahun 2001 ha
Luas tahun
2009 ha Perubahan
penutupan lahan ha
Karbon 2001
Mg Karbon
2009 Mg
Perubahan karbon
Mg 1
Hutan sekunder 1455.89
21.09 552.72 8
-903.17 250529.55 57.28 95112.06
21.16 -155417.49 2
Hutan tanaman campuran 164.09
2.38 1513.9
21.92 -1349.81 16002.15
3.66 147635.5
32.85 131633.37 3
Hutan tanaman pinus 820.22
11.89 1195.76 17.32 -375.54
107957.49 24.68 157385.93 35.02 49428.44 4
Bambu 475.89
6.89 245.78
3.56 230.10
17679.24 4.04
9130.88 2.03
-8548.36 5
Perdu 962.91
13.95 840.92 12.18 121.99
44601.944 10.20 38951.32 8.67
-5650.62 6
Semak dan padang rumput 172.56
2.5 344.41
4.98 -171.85
624.66 0.14
1246.77 0.28
622.11 7
Lahan terbuka 458.09
6.64 606.89
8.79 -148.80
- -
- -
- 8
Pasir 714.69
10.35 168.40 2.44
546.29 -
- -
- -
9 Batu
967.85 14.02 726.14
10.52 241.72 -
- -
- -
10 No data
710.23 10.29 710.23
10.29 0 -
- -
- -
Total 6902.42
100 6905.16
100 -1809.08
437395.04 100 449462.49 100
12067.45 Keterangan : tidak dilakukan pendugaan cadangan karbon
awan dan bayangan awan
5.6 Cadangan Karbon Tersimpan Taman Nasional Gunung Merapi dan Konsep REDD
Konsep REDD yang menjadi topik utama dalam COP 13 di Nusa Dua Bali merupakan salah satu solusi isu pemanasan global yang dalam beberapa dekade
terakhir menjadi sorotan dunia. Konsep REDD diperlukan dalam upaya mitigasi angka perubahan penggunaan lahan dan kehilangan jumlah cadangan karbon
tersimpan di TNGM. Terdapat beberapa kriteria dalam penetapan lokasi REDD, seperti pengelolaan kawasan, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di
sekitar kawasan hutan serta konflik kepentingan antara masyarakat. Data luas penggunaan serta perubahan lahan TNGM beserta cadangan karbon tersimpannya
merupakan aspek yang termasuk kriteria pemilihan lokasi REDD yang diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.30Menhut-II2009. Konsep REDD sekarang
semakin maju, tidak hanya sekedar mengurangi degradasi dari deforestasi hutan, tetapi juga melihat peningkatan penyerapan dan penyimpanan karbon dalam vegetasi
dan pengelolaan. Konsep ini dinamakan REDD-plus, yang mengutamakan pengelolaan hutan secara lestari sustainable forest management yang mencakup
kelestarian produksi, ekologi, dan sosial budaya setempat. Nilai penurunan kualitas hutan pada perubahan cadangan karbon tahun
1991 −2009 sebesar 15745.87 Mg 2.65 per tahun dapat dijadikan baseline karbon
sebagai acuan Reference Emission Level REL untuk program REDDREDD-plus yang pada saat ini masih dalam program uji coba di beberapa lokasi. Trend cadangan
karbon merapi sejak tahun 1991 sampai 2009 tersaji dalam Gambar 19. Pelaksanaan REDDREDD-plus direncanakan akan dimulai setelah tahun 2012. Nilai cadangan
karbon tersimpan yang terlihat dari peta klasifikasi tahun 2001-2009 mengalami peningkatan walaupun hanya 1508.43 Mg 0.35 per tahun. Peningkatan cadangan
karbon tahun 2001 −2009 sebagai bukti bahwa sudah terlaksananya kerjasama dari
berbagai pihak yang berkepentingan. Pengelolaan berbasis kerjasama antara TNGM dengan masyarakat merupakan cara yang efektif karena secara langsung masyarakat
merupakan tokoh utama keberadaan TNGM.
Gambar 19 Sejarah kecenderungan cadangan karbon TNGM tahun 1991 −2009.
Simbiosis mutualisme antara TNGM dengan masyarakat akan memperbaiki kondisi hutan Gunung Merapi, jika kondisi hutan baik maka cadangan karbon
tersimpan akan meningkat. Gunung Merapi memiliki catatan letusan terbanyak di dunia sehingga sering mengalami kerusakan akibat letusan. Kerusakan lain
diakibatkan dari pertambangan pasir dengan peralatan berat yang juga menyebabkan kerusakan vegetasi di TNGM. Mitigasi daerah yang rusak sangat diperlukan untuk
memperbaiki kualitas dan kuantitas hutan TNGM. Perlakuan mitigasi akan memberikan keuntungan lebih baik daripada hanya membiarkan lahan terbuka
terbengkalai atau menjadi lahan pertanian terbuka. Reforestasi atau penghutanan kembali dengan menggunakan bibit atau semai
asli dari hutan setempat, terutama di lokasi bukaan lahan, bekas tebangan dan semak belukar merupakan strategi selain melakukan mitigasi degradasi dari deforestasi
hutan. Pemilihan jenis yang akan ditanam disesuaikan dengan prioritas keperluan. Pada tipe hutan sekunder, semak dan padang rumput bisa menggunakan spesies asli
hutan setempat, seperti dadap pri Erythrina lithosperma, pasang abang Quercus sundaica dan pasang kletak Lithocarpus elegans. Pada daerah hutan tanaman