Taman Vertikal TINJAUAN PUSTAKA

Udara yang masuk ke dalam bangunan dapat dikontrol kecepatannya dengan menambahkan elemen tertentu seperti tananam yang diletakkan pada akses masuk udara Gambar 8. Gambar 8. Bukaan pada Bangunan Dapat Berfungsi Sebagai Akses Masuk Udara kiri, dan Udara yang Masuk Dapat Dikontrol kecepatannya kanan Watson dan Labs, 2003

2.5 Taman Vertikal

Pada wilayah perkotaan, terutama pada pusat-pusat kegiatan masyarakat perkotaan maupun pemukiman, cenderung sulit untuk menemukan lahan yang dapat dikembangkan untuk pertamanan maupun untuk lahan penanaman. Lahan yang tersedia biasanya lahan sisa yang luasnya terbatas dan kondisinya bermasalah. Oleh karena itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan khusus dalam melakukan penanaman pada area tersebut. Salah satu cara untuk menanam pada kondisi tersebut adalah taman vertikal Arifin dkk, 2008. Penanaman taman vertikal ini dilakukan pada struktur vertikal seperti tanggul atau dinding penahan retaining wall yang pada umumnya dibangun untuk menahan lereng. Penanaman atau penghijauan pada area ini selain membantu meningkatkan kestabilan lereng, juga menjadikan dinding lebih menarik dan bahkan dapat menciptakan habitat satwa. Taman vertikal sebenarnya sudah diterapkan sejak dulu dan merupakan perkembangan dari konsep vertikultur. Vertikultur sendiri biasanya lebih dikenal dalam istilah pertanian sebagai salah satu teknik menanam pada media vertikal. Vertikultur adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat Widarto, 1994. Taman vertikal menjadi solusi di lingkungan permukiman sebagai pengganti RTH karena fungsi taman vertikal dapat mensubtitusi fungsi RTH dalam lingkup mikro. Beberapa fungsi RTH yang dapat disubtitusi taman vertikal secara mikro antara lain, sebagai penyedia udara bersih, ameliorasi iklim mikro, pereduksi cahaya dan bising serta dapat peningkat kenyamanan. 2.5.1 Jenis Taman Vertikal Berikut merupakan jenis-jenis taman vertikal yang dibedakan berdasarkan medianya Arifin dkk, 2008 : a. Dinding rambat Dinding rambat berupa elemen beton atau kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan tanaman merambat atau tumbuh menempel pada dinding. b. Bronjong Bronjong berupa batu kali dengan diameter sekitar 15-30 cm yang dibentuk blok dengan bantuan kawat baja. Bronjong biasanya sudah tersedia di pasar dengan ukuran blok tertentu. Bronjong memungkinkan tanaman terutama tanaman-tanaman pionir dan tanaman merambat atau menempel tumbuh. c. Bronjong halus Bronjong halus berbentuk seperti bronjong, hanya batu yang dibuat blok berukuran lebih kecil dengan ukuran kawat kawat ayam dan blok yang lebih kecil pula. d. Teknik vertikultur Teknik vertikultur sebenarnya merupakan teknik menanam pada wadah atau pot yang disusun vertikal membentuk dinding hijau yang berfungsi memperkuat permukaan lereng. Pada skala pekarangan, teknik vertikultur merupakan cara menanam dalam pot berjenjang vertikal. e. Sel sarang lebah Berbentuk seperti sarang lebah yang terdiri dari beberapa lapis sel sehingga dapat diisi tanah untuk media tumbuh tanaman. Struktur sejenis sel yang dapat digunakan untuk pengganti sel yaitu paving grass-block. f. Kantong pasir Kantong pasir berupa karung-karung yang nantinya diisi tanah, terbuat dari bahan geotextile, yang memungkinkan tanaman tumbuh diantara serat-serat geotextile. g. Rangka besi Rangka besi merupakan struktur taman vertikal yang terdiri dari rangkaian besi dengan pola tertentu dan menempel pada dinding sehingga dapat dijadikan media tumbuh bagi tanaman pada taman vertikal. Pembentukan pola tumbuh tanaman mengikuti pola besi. Tanaman seolah diarahkan untuk tumbuh mengikuti bentuk tertentu Gambar 9. Gambar 9. Taman Vertikal Model Rangka Besi www.southernaccents.com Konsep mengarahkan pertumbuhan tanaman untuk mendapatkan pola tertentu disebut juga espalier. Espalier mirip dengan rangka besi, hanya saja konsep espalier tidak hanya menggunakan besi sebagai media tumbuhnya. Media tumbuh espalier dapat berupa elemen lain selain besi. h. Vertical Greening Module VGM Vertical Greening Module VGM adalah sistem modular untuk membuat taman vertikal yang berbentuk kotak Gambar 10. Kotak VGM terbuat dari bahan plastik daur ulang polypropylene recycled dan akan diisi dengan media tanam non-tanah yang terbungkus oleh filter fabricsgeotextile, rangka pendukung dari bahan metal yang digalvanis atau stainless steel dan pilaster. Bentuknya seperti keranjang plastik tempat menampung media tanam. Modul ini sangat praktis dan awet untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama 10 tahun. Ukuran kotak ini 50 cm x 55 cm dengan ketebalan 12,5-25 cm. Karena berbentuk modul maka kita mudah mencopot dan menggantinya dengan tanaman lain jika sudah bosan. Modul ini sangat berat sehingga kurang praktis digunakan pada taman vertikal yang tinggi. Gambar 10. Vertical Greening Module VGM trisigma.co.id VGM dapat dikaitkan pada dinding karena struktur ini memiliki pengait pada bagian sudutnya. VGM juga dapat disusun dalam jumlah masal sehingga menghasilkan struktur yang lebih besar. Kotak-kotak ini dipasangkan pada sebuah rangka besi yang lebih besar dan menghasilkan susunan VGM yang lebih besar Gambar 11. Gambar 11. Pengait pada VGM kiri dan Penyusunan VGM kanan trisigma.co.id 2.5.2 Tanaman untuk Taman Vertikal Tanaman menjadi salah satu elemen utama yang digunakan pada taman vertikal. Tanaman berfungsi sebagai elemen yang dapat menambah estetika sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan sekitar. Tanaman yang akan digunakan pada taman vertikal diseleksi berdasarkan karakteristik tanaman tersebut. Beberapa karakteristik yang dapat menjadi pertimbangan antara lain jenis tanaman, kerapatan daun, pola perakaran dan pemeliharaan. Tanaman yang digunakan pada taman vertikal salah satunya memiliki pola tumbuh merambat sehingga sesuai digunakan pada taman vertikal terutama model rangka besi. Berikut merupakan beberapa jenis tanaman merambat yang biasa digunakan pada Taman vertikal: 1. Tendrils sulur; 2 Clinging bergantung; 3 Twinning; 4 Climbing memanjat. Tendrils sulur memiliki sulur yang berbentuk seperti jari dan dapat mengikat pada media tumbuh jenis besiteralis. Contoh dari tanaman ini adalah Anggur balon Cardiospernum halicacabum dan Ivy Hedera helix. Clinging tanaman bergantung merupakan tipe tanaman merambat yang dapat menempelkan diri pada permukaan yang kasar. Tanaman ini dapat merusak cat dan kayu pada dinding. Twinning merupakan tipe tanaman merambat yang tipe rambatannya mengelilingi struktur atau media tumbuh. Struktur yang kuat diperlukan untuk membentuk pola pertumbuhan tanaman tipe ini. Contoh tanaman tipe ini adalah Thunbergia alata dan morning glory Ipomea sp.. Climbing tanaman memanjat merupakan tipe tanaman merambat yang memerlukan media untuk menopangmendukung tubuhnya. Taman vertikal dengan media tumbuh tertentu misalnya VGM, dapat menggunakan tanaman yang lebih beragam. Tanaman yang digunakan pada taman vertikal dengan tipe ini meliputi berbagai jenis rumput dan tanaman penutup tanah dengan warna yang menarik. Beberapa kriteria umum untuk mendapatkan tanaman yang sesuai untuk tumbuh pada VGM misalnya memiliki kerapatan daun yang tinggi, tanaman semi naungan, tanaman penutup tanah berdaun menarik atau berbunga, perakaran di dalam media tanam pada vertical garden module dan perawatannya mudah. 2.5.3 Media tanam Menurut Blanck 2010, pada dasarnya, tanaman tidak membutuhkan tanah untuk proses hidupnya. Tanah hanyalah merupakan media mekanis untuk mengangkut material mineral dari akar sampai ke daun melalui proses kapilaritas, serta media untuk pijakan tempat tumbuh tanaman tersebut. Tanaman dapat tumbuh dengan baik, dan melaksanakan proses fotosintesis dengan air, bahan mineral yang dibutuhkan, karbondioksida, sinar matahari dan nutrisi lain yang penting. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari media tanam yang dapat digunakan pada taman vertikal: 1. Mampu menopang tanaman secara kokoh, sehingga tanaman mampu berdiri tegak dan tidak mudah goyah. Untuk memenuhi syarat ini, maka harus dipilih media tanam yang tidak mudah lapuk dan bisa bertahan dalam jangka waktu lama. 2. Bersifat porous, sehingga mampu mengalirkan kelebihan air yang tidak dibutuhkan. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah media tanam menjadi becek dan lembab secara berlebihan, yang berakibat pada resiko kebusukan atau serangan jamur pada tanaman. Untuk itu harus dipilih media tanam yang tidak bersifat padat dan mampu menciptakan “rongga” di dalam wadah media tanam, sehingga proses drainase dan aerasi berjalan dengan baik. 3. Mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, baik itu unsur hara makro maupun mikro, sehingga kebutuhan tanaman akan zat-zat makanan selalu terpenuhi. Untuk memenuhi syarat ini, bisa dilakukan dengan memasukkan unsur pupuk kandang kedalam ramuan media tanam, atau dengan menambahkan pupuk kimia yang umumnya berbentuk butiran. 4. Bersifat steril, bebas dari serangan serangga, jamur, virus dan mikroorganisma merugikan lainnya. Hal yang biasa dilakukan dalam mensterilisasi media tanam adalah dengan mengukus media tanam. Cara ini efektif apabila media tanam yang dipakai sedikit. Apabila media tanam yang digunakan dalam jumlah banyak, maka media tanam bisa dijemur di bawah terik sinar matahari selama kurang lebih dua hari, lalu membungkusnya kedalam wadah plastic yang tertutup rapat. Cara lain yang sering pula digunakan dan lebih praktis adalah dengan cara kimia dengan aplikasi Furadan G sesuai takaran yang dianjurkan. 5. Sesuai dengan jenis tanaman hias yang dipilih. Hal ini perlu dilakukan, karena masing-masing jenis tanaman hias mempunyai karakterisktik berbeda-beda, sehingga membutuhkan media tanam yang berbeda pula. Media tanam yang digunakan pada vertical garden dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan pembentuknya. Jenis media tanam yang pertama adalah media tanam yang berasal dari bahan organik. Media tanam ini contohnya arang, batang pakis, kompos, moss, pupuk kandang, sabut kelapa coco peat, sekam padi, humus, rumput laut, felt dan lain-lain. Jenis media tanam yang kedua adalah media tanam yang tidak berasal dari bahan organik melainkan bahan anorganik. Media tanam ini contohnya gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit dan perlite, gabus, rockwool, zeolit, red lava dan lain-lain. Pemilihan media tanam untuk mendukung pertumbuhan tanaman pada taman vertikal memperhatikan bobot media tanam itu sendiri. Bobot media tanam mempengaruhi berat total dari tanam vertikal. Oleh karena itu untuk taman vertikal yang media tanamnya juga ikut disusun secara vertikal, sebaiknya dipilih media tanam dengan bobot yang relatif ringan. 3 d 6 P p A s i

3.1 Lokasi d