BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kota Berkelanjutan
Menurut King, Ross dan Yuen 1999 yang disitir oleh Uniaty 2008, kota berkelanjutan atau Eco-city adalah kota yang memiliki konsep berkelanjutan yang
melibatkan aspek ekologi, ekonomi, dan budaya dari suatu kota. Saat ini konsep kota berkelanjutan banyak diterapkan dalam konsep perencanaan lanskap
permukiman baru. Hal tersebut membuktikan para pengembang kawasan permukiman mulai menyadari pentingnya keberlanjutan lingkungan dengan
mengutamakan perencanaan lanskap yang berbasis ekologi. Perencanaan lanskap yang berbasis ekologi memiliki pengertian yang
berbeda pada setiap orang. Thompson dan Steiner 1997 mendefinisikan perencanaan sebagai integrasi dari pengetahuan ilmiah dan teknik yang
menyediakan pilihan untuk membuat keputusan tentang alternatif masa depan. Perencanaan tidak hanya terfokus kepada pengetahuan ilmiah atau pengambilan
keputusan saja, tetapi telaah dari integritas keduanya. Definisi perencanaan dalam konteks lanskap adalah keputusan tentang alternatif masa depan yang terfokus
pada kebijakan dan keberlanjutan penggunaan dari suatu lanskap dalam mengakomodasi kebutuhan manusia. Hal ini berarti sumberdaya alam yang
tersedia pada suatu lanskap tetap terlindungi. Dengan terlindunginya suatu sumberdaya alam, berarti juga menjaga sumberdaya alam tersebut untuk generasi
yang akan datang. Kota berkelanjutan sangat berkaitan erat dengan Kota Hijau atau Green
City. Kota Hijau adalah kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, termasuk unsur-unsur
lainnya baik tumbuhan dan tanaman, hewan dan satwa liar, maupun tanah, air dan udara Arifin, Munandar, Arifin, Pramukanto dan Damayanti., 2008. Dalam
tulisan lain yang berjudul Community Participatory Based Toward Green City, Arifin 2009 menjelaskan Kota Hijau sebagai sebuah konsep kota sehat dan
ekologis. Kota yang ekologis mengedepankan pembangunan yang ramah
lingkungan. Pembangunan yang ramah lingkungan salah satunya dapat dicapai dengan menambah jumlah area hijau untuk memperbaiki kualitas lingkungan.
Pembangunan yang ramah lingkungan harus memperhatikan aliran energi sehingga diperlukan teknologi untuk mendaur ulang energi. Selain itu
pembangunan yang ramah lingkungan juga dapat dicapai dengan pemilihan material yang akan digunakan dalam pembangunan permukiman. Material yang
digunakan dipilih dengan spesifikasi yang dapat meminimalkan terbuangnya aliran energi. Hal ini bertujuan agar energi yang ada di lingkungan tidak terbuang
percuma, tetapi dapat dimanfaatkan. Konsep pembangunan yang ramah lingkungan saat ini telah banyak
diterapkan pada konsep perancangan bangunan dan dikenal dengan bangunan ramah lingkungan atau Green Building Gambar 2. Konsep ini idealnya dapat
meminimalkan penggunaan energi dan lebih memanfaatkan energi alami dari alam.
Gambar 2. Ilustrasi Konsep Desain Green Building
manajemenproyekindonesia.com, 2011
2.2 Ruang Terbuka Hijau