53
1. Kualitas Laporan Keuangan
Penelitian Francis et al. 2005 dalam Fanani 2009 menunjukkan atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan berbeda satu dengan lainnya atau
tidak terjadi tumpang tindih overlap antar atribut kualitas pelaporan keuangan. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas akrual menduduki urutan
pertama atau lebih unggul dibandingkan dengan atribut lainnya. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitas laporan
keuangan yang diukur menggunakan kualitas akrual model Dechow dan Dichev 2002. Dasar Dechow dan Dichev Model mengasumsikan bahwa
kualitas akrual tergantung pada bagaimana tepatnya akrual saat mengarah ke masa lalu, arus kas sekarang dan masa depan. Presisi tinggi pada pemetaan
akrual saat ini dan arus kas menunjukkan kualitas pelaporan keuangan yang tinggi.
ΔWC
t
= a + a
1
CFO
t-1
+ a
2
CFO
t
+ a
3
CFO
t+1
+ ε
t
ΔWC : change in working capital ΔPiutang Usaha + ΔPersediaan – ΔUtang Usaha + ΔAsset lainnya dibagi rata rata asset
CFO : arus kas dibagi rata rata asset
Residual untuk model DD dimodifikasi setelah memasukkan data perusahaan sampel mewakili kualitas laporan keuangan. Diasumsikan
bahwa standar deviasi residual tinggi besar menunjukkan kualitas laba rendah, sehingga persistensi laba juga rendah. Sebaliknya, jika standar
deviasi residual rendah kecil menunjukkan kualitas laba tinggi, dan persistensi laba juga tinggi.
54
2. Ukuran Komite Audit
Ukuran Komite Audit juga menjadi hal yang penting. Seberapa efektif komite audit dapat berjalan dengan adanya jumlah anggota komite
audit, karena tingkat efektivitas komite Audit juga dapat dinilai dari jumlah anggota Komite Audit. Ukuran komite audit dapat diukur dengan jumlah
anggota komite audit Anderson et al., 2003.
3. Jumlah Rapat Komite Audit
BRC Bryan et al., 2004 menekankan bahwa kualitas laba dipengaruhi oleh peran komite audit yang independen dan efektif dalam
melakukan tugasnya.
Berdasarkan BAPEPAM-LK
Nomor: KEP-
643BL2012, mensyaratkan komite audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3 tiga bulan atau empat kali rapat dalam satu
tahun. Jumlah rapat komite audit dalam penelitian ini diukur dari jumlah rapat yang dilakukan komite audit selama satu tahun Bryan et al., 2004 dan
Pamudji et al., 2010 4.
Keahlian Akuntansi Komite Audit
Salah satu tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses keuangan perusahaan, maka anggota komite audit yang memiliki keahlian
keuangan terutama keahlian akuntansi tentunya lebih efektif dalam
memonitor manajemen dalam praktek pelaporan keuangan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Keahlian keuangan komite audit diklasifikasikan dalam keahlian akuntansi dan keahlian
keuangan. Sistem klasifikasi keahlian keuangan anggota komite audit
55
banyak digunakan dalam literatur yang ada seperti DeFond, 2005 ; Krishnan et.al, 2008; dan Dhaliwal, Naiker dan Navissi 2010 dalam
Kusnadi 2015. Klasifikasi pertama adalah dua kelompok yang berbeda: akuntansi ahli keuangan dan non-akuntansi ahli keuangan. Akuntansi ahli
keuangan ACCT diklasifikasikan sebagai anggota komite audit yang bersertifikat akuntan publik CPA atau dengan pengalaman kerja
sebelumnya sebagai chief financial officer CFO, vice president of finance, financial controller, atau posisi akuntansi utama lainnya.
5. Ukuran Perusahaan