15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Relevan
1. Teori Keagenan Agency Theory
Terori keagenan agency theory merupakan kontrak antara pemilik principal dan manajemen agent, dimana agent diberi wewenang lebih untuk
menjalankan operasional perusahaan dan mempertanggunjawabkan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen Jensen dan Meckling, 1976 dalam Saptiti
Adharia, 2013. Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara pemilik sebagai pemegang saham dan manajer sebagai agen yang menjalankan
perusahaan. Agen dikontrak untuk melakukan tugas tertentu serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan pemilik. Pemilik diasumsikan hanya
tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya
dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan.
Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik kepentingan pribadi konflik agensi. Konflik tersebut terjadi karena pemilik modal berusaha
menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin, sedangkan manajer
cenderung mengambil
keputusan pengelolaan
dana untuk
memaksimalkan keuntungan yang sering bertentangan dan cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri.
16
Jensen dan Meckling 1976 dalam Mutmainnah dan Wardhani 2013 menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan
yaitu mekanisme pengikatan bonding dan mekanisme pengawasan monitoring. Konflik keagenan yang masih ada yang tidak dapat diatasi oleh kedua mekanisme
tersebut disebut sebagai residual loss. Mekanisme pengikatan merupakan mekanisme yang mengikat agen sehingga dapat berperilaku yang sejalan dengan
kepentingan prinsipal. Mekanisme ini dijalankan diantaranya melalui kebijakan kompensasi, penetapan KPI key performance indicator bagi manajemen, dan
kepemilikan manajerial. Sedangkan mekanisme pengawasan dijalankan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan Pemilikan dan pengelolaan
perusahaan yang terpisah meningkatkan konflik agensi antara manajer dan
pemegang saham karena timbulnya asimetri informasi.
Asimetri informasi tersebut menurunkan kualitas informasi yang digunakan sebagai dasar pelaporan keuangan sehingga menimbulkan kesalahan-
kesalahan pada pelaporan keuangan. Menurut Krishnan dan Lee 2011 dalam
Awalia 2014 kualitas pelaporan keuangan merupakan salah satu kontributor
penting terhadap lingkungan informasi perusahaan. Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah keagenan dan membatasi perilaku
opportunistic management adalah corporate governance. Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan
dikendalikan. Teori keagenan menunjukkan bahwa pemegang saham memerlukan
perlindungan karena manajemen mungkin tidak selalu bertindak untuk
17
kepentingan pemilik Jensen dan Meckling, 1976. Oleh karena itu, dewan komisaris muncul untuk melindungi kepentingan pemegang saham Joshi dan
Wakil, 2004. Dewan komisaris memiliki tanggung jawab yang beragam dan beberapa hal tersebut didelegasikan kepada komite audit. Tujuan dibentuknya
komite audit ialah membantu dewan komisaris dalam menjalankan proses pengawasan. Komite audit membantu dewan komisaris mengembangkan serta
memelihara kerangka akuntabilitas perusahaan Braiotta, 2004.
2. Kualitas